Aileen mendesah. Ia menyesal sudah mabuk dihadapan Hwang Yunseong yang ia tak tahu apakah Yunseong juga mabuk atau tidak. "Aku tidak tahu Eonnie. Aku hanya takut aku mengatakan sesuatu kepadanya semalam"
"Bukankah sudah saatnya kau membiarkan seseorang untuk masuk kedalam hidup mu?"
Aileen duduk tegak dari kursi sandar terapinya. "Eonnie tahu kalau aku tidak bisa melakukan itu"
Yena salah satu psikolog ternama di Seoul sudah menangani pasiennya ini sejak 3 tahun yang lalu. Ia ingat betul bagaimana kondisi Aileen saat pertama kali datang ke tempatnya. Pasiennya ini memiliki kehidupan kelam. Berbagai cara ia lakukan agar pasiennya ini mau membuka diri kepada orang lain atau setidaknya memerinta bantuan. Aileen, pasiennya ini tak pernah mau menerima bantuan. Dia berkata dia lelah dengan bantuan yang ditawarkan oleh orang lain dan setelah Ia mendengar ceritanya ia paham mengapa Aileen mengatakan hal itu.
"Coba kau pikirkan" Yena mengatakannya dengan dalam. "Sadar atau tidak, tapi semalam kau membiarkannya untuk tetap tinggal di apartemen mu saat kau mau melakukan kegiatan hibernasi mu kembali bukan?"
Aileen berpikir sejenak. Ia juga tak mengerti kenapa semalam ia tidak mengusir Hwang Yunseong sebelum meminum minuman. Aneh. Hal itu memang aneh baginya. Tiga sahabatnya sekali pun, akan selalu ia suruh pulang jika dirinya tiba-tiba menjadi stres.
"Aileen" Yena memanggil pasiennya dengan lembut. "Manusia hidup untuk saling berkomunikasi dan berkomunikasi bertujuan untuk mendapatkan seseorang yang bisa dipercayai. Setidaknya jangan selalu membebani dirimu sendiri"
"Aku berbicara dengan Eonnie. Aku menceritakan segalanya, tidak ada sedikitpun yang terlewati, bukankah itu artinya aku sudah menemukan orang yang ku percayai?"
"Itu adalah hal yang berbeda. Kau percaya padaku atas pekerjaan ku"
"Ya, karena tidak semua psikolog yang ku temui wajahnya bisa meyakinkan ku" Aileen tersenyum. "Itulah kenapa aku bertahan dengan Eonnie"
"Eonnie tidak pernah memaksa ku untuk pergi ke psikiater, Eonnie tidak memaksa ku bercerita ketika aku datang kesini, Eonnie tidak memaksa ku untuk menuruti saran yang Eonnie berikan, sedangkan yang lainnya, mereka tidak sabar dengan ku. Sepertinya" tambah Aileen.
"Kau bisa memberikan ku alasan mengapa kau sanagt mudah untuk berbincang dengannya disaat kau baru saja mengenalnya?"
Ailleen mengangkat bahunya. "Entah. Aku juga tidak tahu kenapa"
Yena tersenyum. Ada sedikit kemajuan dari pasiennya. Ia mensyukuri hal itu. "Bagi ku, itu berarti alam bawah sadar kau telah percaya padanya. Mungkin kau akan mengelaknya tapi itulah yang bisa ku lihat"
"Tapi aku tidak bisa berjanji untuk membuka diriku dengannya. Eonnie tahu kan kalau aku saja tidak bisa membuka mulut ku dengan tiga sahabatku apalagi dengannya yang baru ku kenal"
"Aku tidak meminta mu untuk berjanji" Yena paham. "Berceritalah ketika kau sudah siap, berceritalah dengan orang yang kau percayai, berceritalah saat kau sudah menghilangkan harapan atas respon mereka terhadap cerita mu karena jika kau memiliki harapan itu, kau bisa sakit jika mereka memberikan respon yang tidak sesuai"
"Ya aku mengerti" Aileen mengangguk. "Lagi pun, tidak semua orang yang bertanya padaku ingin benar-benar mendengar dan memahaminya. Banyak diantara mereka yang hanya ingin tahu dan selesai begitu saja saat aku selesai bercerita"
"Aku lupa memberitahu Eonnie. Tadi pagi aku mengiyakan dia untuk berkeliling Seoul" lanjut Aileen.
"Benarkah?" tanya Yena yang kembali terkejut dengan perubahan pasiennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE | Hwang Yunseong
RomanceDia bermuka dua. Dia bukan dia. Aku tahu itu. Tapi semuanya menarik. Segalanya berubah. Hampa. Jantungku berdegup dengan kencang melihat segalanya. Dia tak ada. Dia pergi. "Tuhan, bila Kau memberikan ku satu kesempatan lagi, maka aku berjanji akan...