08 - Ragu

648 103 10
                                    

.

Jaejoong menatap sebal Yunho yang duduk di sebelahnya, tepatnya menunggu antrian untuk check-up rutin kandungannya.

"Kenapa kau mengikutiku lagi! Bukankah kau sangat sibuk! kenapa kau terus menempeliku begini!"

"Kapan aku mengatakan sibuk?"

"Jelas - jelas setiap malam kau berkutat dengan banyak berkas dan laptopmu hingga tengah malam"
Jaejoong mendengus pelan.

"Ohh, jadi istriku ternyata sangat memperhatikanku"
Suara Yunho cukup keras hingga beberapa pasangan suami istri di sekitar mereka menoleh. Jaejoong yang kesal langsung mencubit pinggang Yunho yang kebetulan menempel di sebelahnya hingga namja beruang itu mengaduh kesakitan.

Pasangan lain yang tadi menatap mereka tampak terkekeh pelan, dan ada beberapa pasangan yang lebih tua melontarkan kata-kata menggoda yang di balas Yunho dengan senyum sopan. Sementara Jaejoong hanya mampu menunduk, menyembunyikan wajahnya yang merah padam.

'ISTRI KEPALAMU!'
batinnya kesal, namun Jaejoong hanya berani membatin mengingat mulut licik beruang itu.

"Kim Jaejoong"
Suara perawat menyelamatkan Jaejoong dari pusat perhatian sebagian besar pasangan itu, ia buru-buru bangun sambil mengambil tas kecil berisi beberapa buku kehamilan miliknya, namun tiba - tiba saja tas itu di raih oleh tangan besar Yunho, namja beruang itu tanpa ragu mengalungkan tas itu di bahunya lalu dengan lembut menuntun Jaejoong memasuki ruangan dokter. Jaejoong hendak menolak namun bisikan Yunho yang tidak jauh - jauh dari kalimat mesum membuat Jaejoong memilih diam. Mereka memasuki ruangan dokter di iringi seruan serta pandangan menggoda dari pasangan lain.

Yunho dengan lembut menarik kursi sebelum Jaejoong duduk, Jaejoong yang sudah lelah memilih diam dan duduk.

"Jadi ini suamimu ya Jaejoong-ssi"
Dokter itu tersenyum bahagia.

"Bu-"

"Benar, saya suami Jaejoong. Panggil saja Yunho, Uisa-nim"
Yunho buru - buru menyela kata-kata Jaejoong tak lupa menyalami tangan dokter itu.

"Ahahaha, tentu Yunho-ssi. Saat Jaejoong-ssi berkata suaminya pergi jauh kupikir kau meninggalkannya. Maafkan aku sempat berburuk sangka padamu"
Dokter itu tersenyum meminta maaf. Yunho melirik sekilas ke arah Jaejoong lalu Jaejoong segera membuang muka.

"Tidak apa-apa Uisa-nim. Kami sempat bertengkar saat itu dan aku belum tau dia hamil jadi karena kesibukanku membuatnya merajuk"

"Tidak masalah, sering terjadi di antara pasangan muda apalagi dengan kehamilan anak pertama. Oh benar, Jaejoong-ssi dimana buku kehamilanmu"

"Ah ini dia.."
Dengan sigap Yunho mengambil buku di dalam tas yang ia bawa.

Jaejoong hanya pasrah saja melihat percakapan Yunho dan dokter itu. Ia menatap sekilas Yunho yang dengan sabar mendengarkan penjelasan dokter. Bohong jika hatinya tidak tergerak. Jauh di lubuk hatinya ia bahagia. Walaupun mulut dan tangan namja itu suka mencari kesempatan tapi sejauh ini ia tidak memaksanya hingga di luar batas, perhatiannya, kesabarannya, menemani tiap ia tidur hingga mimpi buruk yang mengganggunya tak lagi sering datang, perasaan aman saat Yunho selalu di sampingnya dan kehangatan keluarga Yunho telah sedikit demi sedikit mengisi kekosongan di jiwa Jaejoong. Namun ia takut, takut jika akan kecewa lagi, takut jika terluka lagi, takut di abaikan dan di tinggalkan.

Tanpa sadar air mata telah menetes membasahi celana hitamnya.

"Sayang, kau kenapa?"
Buru-buru ia memegang pipi Jaejoong yang sudah basah, ia mengambil sapu tangan dari saku lalu dengan sabar mengusap wajah Jaejoong.

"Huhuhu anakmu membuatku merasa ingin menangis!!!"
Dengan alasan bayi yang bahkan belum tumbuh sempurna Jaejoong menatap Yunho dengan sedih.

"Baiklah baiklah gwenchana"
Yunho mendekap Jaejoong dengan lembut tak lupa mengelus perut Jaejoong dengan sayang.

Bukan makin tenang tangis Jaejoong malah makin pecah. Yunho dengan sabar menenangkan ibu hamil yang bahkan saat menangis pun masih terlihat menggemaskan di matanya.

'Jung Yunho, betapa beruntung pasanganmu kelak. Tapi sayang itu bukan aku.'
Jaejoong hanya mampu menyunggingkan senyum miris. Dia sama sekali tidak pantas mendapatkannya. Ia tidak pantas untuk siapapun.

.

Yunho masih duduk tenang di mobil sambil memangku Jaejoong yang tertidur lelap karena kelelahan menangis. Ia usap pelan pipi gembil yang memerah itu, ia sibak poni chesnut itu dan ia kecup keningnya cukup lama. Ia tau bukan karena bayi mereka yang membuat Jaejoong begitu sedih, ia tau pasti hal lain meskipun ia belum tau itu apa. Yunho menyamankan posisi Jaejoong lalu ia menyuruh supirnya melaju perlahan.

Yunho ingat semalam Jaejoong mengigau makan pangsit daging di sebuah tempat pinggir jalan, tanpa ragu Yunho mengubah rute kepulangan mereka dan melaju ke tempat penjual pangsit itu.

Jaejoong terbangun perlahan, ia mengedarkan pandangannya ke seliling. Ia tidur di dalam mobil sendirian, sedangkan supir keluarga Jung sedang menyender di luar.

Ia menghela napas pelan. Matanya agak sakit, mungkin efek menangis tadi. Ia mencoba menenangkan hatinya yang kacau karena sosok Yunho yang muncul di hidupnya. Banyak hal yang awalnya ia rencanakan dengan mudah dan rinci telah rusak karena kehadiran Yunho dan keluarganya. Dia tidak membenci keberadaan mereka, namun hal itu telah mempengaruhinya hingga sedalam ini.

Untuk seseorang yang tidak mengenal kehangatan keluarga dari kecil, dititipkan kesana kemari, mengurusi segala hal hampir selalu sendiri, mulai menjauh dari keramaian, hingga harapan akan utuhnya kembali keluarganya hingga mendapatkan kehangatan keluarga walaupun terlambat, namun nyatanya itu hanya ilusi, hanya harapan bukan kenyataan yang terjadi. Jika dulu ia hanya di abaikan, saat ini ia telah bersama sosok ayah dan ibunya yang selalu ia mimpikan setiap malam namun setiap hari hanya berisi pertengkaran, cek cok karena hal kecil, bahkan terkadang ia lah yang menjadi alasan pertengkaran mereka. Satu-satunya harapan Jaejoong telah padam. Hingga saat ini dunianya hanya berisi kegelapan.

Ia mengelus perutnya pelan. Ia yang sejak kecil di buang tidak pantas mendambakan kehangatan dari Yunho dan keluarganya. Ia tidak layak untuk itu.

Setelah terdiam cukup lama dan ia merasa cukup tenang, ia akhirnya keluar dari mobil.

"Kemana Yunho pergi Ahjussi?"

"Tuan pergi membeli pangsit daging di toko seberang nyonya"

"Baiklah terima kasih, aku akan menyusulnya"

"Saya akan mengantar anda nyonya"

"Tidak perlu, Ahjussi. Jika anda khawatir anda bisa melihatku dari sini bukan?"
Supir itu hanya mampu mengangguk dengan berat hati.

Jaejoong ingat, kemarin malam ia sangat menginginkan pangsit daging dan mungkin saja Yunho tau karena ia tanpa sadar menyebutkannya. Wajahnya agak panas, namun bibir yang melengkung ke atas menghianati sikapnya yg pura-pura biasa saja.

Saat hendak memasuki Restoran itu tanpa sengaja bahunya di tabrak dari belakang, ia hampir terjungkal jika saja ia tak reflek memegang tiang di sampingnya, ia buru-buru memegang perutnya.

Dengan kesal ia berbalik hendak memarahi orang yang menabraknya, namun ia malah tercekat. Di depannya adalah ibunya yang sedang menggandeng seorang pria berumur yang juga menatapnya kaget.


TBC.

No edit.

udh 3 tahun aja ya :"

oke, see you next time guys😘

Terima kasih dan sampai jumpa^^

With Love,
Miss_Pisces

k, 14•02•23
21•30

GamophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang