A Place for Us Two • 03

1.1K 202 26
                                    

Seperti yang kalian tidak pernah duga, Minho benar-benar melakukan sesuatu yang akan berguna untuk Chan.

Hari ini ia kembali ke rooftop saat jam makan siang, untuk menanam beberapa sayuran di lahan kecil sebelah tenda dengan segunduk tanah di atasnya. Demi memanfaatkan lahan itu, Minho sengaja membeli bibit sayuran kecil yang sudah bertunas, untuk memudahkan dalam merawatnya sehari-hari.

"Tunggu, siapa yang akan merawatnya nanti?"

"Tentu saja kakak. Dan aku."

Maka, dengan senyum penuh antusias Minho menyirami sayuran yang ia tanam dengan sepenuh hati. Chan yang memperhatikan dari tenda hanya bisa menggeleng tak percaya.

"Benar-benar. Lee Minho adalah pemuda yang penuh kejutan."

"Apa iya?" Minho yang baru kembali ke dalam tenda merespon ucapan Chan. Tak lupa ia menaruh penyiram tanaman di dekat pintu masuk tenda.

"Sebenarnya untuk apa kamu menanam sayuran disitu? Nanti juga cepat layu."

"Enak saja! Aku tetap akan merawatnya sampai mereka benar-benar tumbuh subur, dan akan kutunjukkan kehebatanku dalam merawat tetumbuhan." jawab Minho percaya diri.

"Tapi, untuk apa?"

"Aku melakukannya untukmu, kak. Aku akan membuatmu lebih sering makan sayur, jadi kakak bisa tetap sehat."

Mendengar jawaban polos dari Minho, wajah Chan berubah takjub. Semburat merah menjalar di kulit pipinya yang seputih salju, membuat Minho keheranan.

"Lho, kakak kenapa? Apakah demam?"

"T-tidak. Tidak apa-apa. Jangan pedulikan aku dan makan ramyeonmu, nanti keburu dingin."

Meski masih penasaran, Minho tetap menurut dan memakan ramyeonnya yang masih panas. Ia pantas akui, akhir-akhir ini ia lebih cepat menurut dan patuh—terutama pada Chan. Entah ada sihir apa yang membuatnya begitu tunduk pada seseorang yang baru beberapa hari ini ia kenal.

"Oh iya, kak Chan."

"Hm?"

"Besok 'kan hari libur. Bagaimana kalau kita menonton film di laptopmu? Aku akan bawa makanan dari rumah."

"Boleh juga idemu. Tapi bagaimana caranya kamu masuk ke sini? Pintu gedung utama pasti terkunci."

"Tenang saja, aku akan menyelinap di antara anak-anak palang merah yang sedang latihan bebas. Mereka latihan di lapangan setiap akhir pekan, jadi aku bisa mengaku sebagai anggota palang merah dan meminjam kunci pintu utama dari satpam."

"Brilliant," Chan mengacungkan jempolnya salut. "tapi itu artinya kamu ga bisa lama-lama berada di sini."

"Aku tahu."

Dalam hati Chan merasa sedih. Sejujurnya, ia ingin sekali menghabiskan waktu lebih lama bersama Minho. Apalagi besok dan lusa adalah hari libur, Chan merasa kecewa jika ia hanya bisa melihat Minho sampai tengah hari saja.

"Perlu untuk kakak ketahui, sebenarnya aku sudah punya rencana." Minho tersenyum misterius, membuat Chan penasaran.

"Rencana apa?"

"Besok pagi aku akan meminjam kunci pintu utama dan menduplikasinya. Supaya aku bisa bebas datang ke sini buat ketemu kakak."

Mendengar kalimat pertama dari Minho, Chan hampir tersedak kuah ramyeon yang pedas.

"Uhuk, uhuk! Hey, are you insane?!" Chan terbatuk akibat rasa pedas yang menyerang tenggorokannya. "Bisa-bisa kita ditangkap satpam sekolah karena menduplikasi kunci ilegal lagi. You must be crazy, Lee Minho."

"No, i'm not crazy, just a little unwell~" Minho malah bersenandung kecil untuk menanggapi protes Chan.

"Oh, kamu juga tahu lagu itu ya?"

"Aku penggemar Matchbox Twenty, kakak juga?"

Chan mengangguk antusias, membuat Minho berbicara heboh.

"Wah, kalau begitu kapan-kapan kita harus karaoke bareng! Oh, dan juga menonton konser! Ayo nonton konser berdua, kak Chan!"

Entah sejak kapan ia sadari, Chan merasa pemuda asing di hadapannya telah berhasil mengisi ruang yang hampa di dalam hatinya selama bertahun-tahun, dan menebar antusiasme yang positif secara sukarela lewat tawa juga senyumnya yang menular

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah sejak kapan ia sadari, Chan merasa pemuda asing di hadapannya telah berhasil mengisi ruang yang hampa di dalam hatinya selama bertahun-tahun, dan menebar antusiasme yang positif secara sukarela lewat tawa juga senyumnya yang menular. Bahkan pandangan Chan pada pemuda itu kini tak tampak asing lagi, berganti dengan pandangan familiar yang dapat kalian temui di kisah roman remaja yang baru saja menemukan jati diri.





Indeed, Chan's mind is just a little unwell.



• 𝘐𝘭𝘭𝘶𝘴𝘵𝘳𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯/𝘱𝘪𝘤𝘵𝘶𝘳𝘦 𝘰𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘵𝘪𝘮𝘦𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘺: 𝘼𝙣𝙖𝙜𝙖𝙩𝙖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



• 𝘐𝘭𝘭𝘶𝘴𝘵𝘳𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯/𝘱𝘪𝘤𝘵𝘶𝘳𝘦 𝘰𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘵𝘪𝘮𝘦𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘺: 𝘼𝙣𝙖𝙜𝙖𝙩𝙖

A Place for Us Two「 banginho 」[DISKONTINU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang