4

455 51 26
                                    


Sakura melepas genggaman tangan Wooseok. Ia memalingkan wajah, tak ingin melihat wajah pemuda itu. "Kau sadar dengan apa yang kau katakan tadi?" tanyanya.

"Hn." Wooseok terdiam, terlihat memikirkan sesuatu. "Sampai agensi meminta kita untuk mengakhiri hubungan ini, aku tidak akan menemui Jung Hana," sambungnya.

Seketika Sakura ingin tertawa miris. Ia tidak paham mengapa, tapi terdapat sedikit rasa kecewa setelah tahu maksud sebenarnya dari laki-laki itu. Ia mengangguk sebagai tanggapan. Gadis berambut sebahu itu memberanikan menatap lawan bicaranya.

"Baik. Tapi karena pekerjaan aku tidak mungkin benar-benar menghindari Yohan," tuturnya. Sakura tak melihat ekspresi keberatan di wajah Wooseok maka ia melanjutkan. "Aku akan professional di sini."

"Jadi... bisakah kita tetap menghabiskan waktu luang bersama di sini?" Wooseok mengangkat kembali kantung plastik berisikan ramyeon yang dibawanya. Ia menatap Sakura dengan kedua matanya yang seolah memohon.

Helaan napas keluar dari bibir Sakura. "Cari teman sana dan jangan ganggu aku!" ucapnya namun ia merampas kantung plastik Wooseok dan segera bergegas ke dapur.

Kim Wooseok diam-diam menggulum senyum lalu berdeham. Ia menyusul Sakura, membantu gadis itu menyiapkan ramyeon.

"Aku menginap lagi."

Sakura berhenti dengan kegiatannya memotong sayur. "Kau tidak punya rumah atau bagaimana?" sindirnya.

"Hangyul sedang kencan. Aku tak mau sendirian," ucap Wooseok. Sejujurnya ia terbiasa melakukan apapun sendirian. Namun, karena akhir-akhir ini terasa cukup menyenangkan untuknya, rasanya sangat kesepian begitu membuka pintu dan tak ada siapapun di sana.

"Oh... managermu yang tampan itu sudah punya kekasih?"

Wooseok mengerutkan dahi. Tampan? Terasa agak mengesalkan mendengar gadis di sebelahnya itu memuji managernya itu dengan santai sementara Sakura sama sekali tidak pernah memuji wajahnya yang luar biasa itu. "Hn. Manager tampanku sedang berkencan dengan temanmu. Kau tak tahu?"

Sakura menuangkan bumbu ramyeon sembari mengabsen nama-nama temannya yang berkemungkinan menjalin hubungan dengan manager sekaligus teman Kim Wooseok. "Siapa?" tanyanya setelah menyerah.

"Chaeyeon?" Wooseok menyebutkan sebuah nama dengan ragu karena tak begitu ingat, namun detik berikutnya ia dibuat terkejut karena Sakura secara tiba-tiba menarik kedua lengannya. "Hah?!"

.....

Sakura terbangun tengah malam. Rasa haus dan kering di tenggorokannya membuatnya terpaksa bangun dan menuju dapur. Sesaat matanya tertuju pada Kim Wooseok yang tertidur pulas di sofa. Sakura menghampiri Wooseok perlahan. Mencoba mendekat tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Ia berjongkok di depannya, memandangi wajah tampan seniornya itu.

"Kalau kau tidur dan diam begini jadi seperti anak kecil," Sakura berbisik kemudian bergidik begitu mengingat betapa sombong dan menyebalkan sifat asli laki-laki di depannya itu.

Perlahan Sakura menggerakan tangannya, menyisir poni pemuda itu. "Selamat tidur. Mimpi indah," ia berbisik lagi sebelum kembali ke kamarnya.

Wooseok membuka matanya perlahan. Rona merah memenuhi wajahnya. Secara spontan ia menutupi wajahnya dengan punggung tangan. Sejujurnya ia belum tidur. Begitu mendengar Sakura keluar dari kamarnya dan menuju dapur, ia berpura-pura menutup mata. Wooseok berusaha mati-matian menahan tubuhnya bereaksi saat Sakura mengelus rambutnya dan membisiki ucapan selamat tidur. Jantungnya berdegub begitu cepat.

Gawat. Aku kenapa?

....

Sepasang mata milik Wooseok mengekori Sakura yang berjalan dari dapur dengan sepotong roti di tangan kanannya. Gadis itu terlihat fokus dengan ponsel yang ia genggam di tangan kiri kemudian mendudukan diri di depannya. Biasanya gadis itu akan segera bersiap-siap untuk pergi latihan tapi hari ini terlihat tidak begitu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hopeless RomanticWhere stories live. Discover now