💫 threat

45 9 5
                                    

Tring tring
Bel berbunyi menandakan jam pelajaran saat ini telah usai.Dara membereskan alat-alat tulisnya dan melirik pria di sebelahnya.

Keningnya berkerut menatap Arkan yang seperti terburu-buru.dara ingin sekedar menyapa namun ia urungkan niatnya karena melihat Arkan yang bergegas pergi setelah guru keluar.

Dara mengendikkan bahunya acuh.
"Gosah mikirin masalah orang lain dara,mending mikirin wajahnya lebih menguntungkan lahir batin yakan"batin dara.

Lalu dara berjalan melewati tempat duduk arkan namun,matanya tertuju pada sebuah benda di atas meja Arkan, membuatnya menepuk jidat lalu bergegas keluar tidak lupa pamit pada kedua sahabatnya.

"Woyy ponakan-ponakan Firaun gue balik duluan ya by"pamit dara.

"Sempak!!!"sinis Andin tidak terima di sebut ponakan Firaun.

"Tu anak kenapa sih buru-buru gitu nahan boker yah??"tanya Risa bingung.

"Palingan juga mau lihat momen pas si malaikat naik motor nya.saoloh pasti gantengnya double-double .gue juga mau lihat, tapi disuruh Bu Riska keruangan nya kan kesel"

"Oooo.."ucap Riska ingin memutuskan pembicaraan itu.

"Oh doang anjirr,gue bingung Ama Lo yah ko tumben gitu Lo biasa aja pas ngomongin Arkan padahal kalau udah bahas cogan Lo pasti heboh banget kek lagi menang togel" tanya Andin penasaran.

"Ah itu,gue lagi pms makanya mood-nya lagi gak baik" elak Risa.

ARKAN POV.

Cahaya masuk melalui jendela yang gordennya sudah tersingkap membuat seseorang yang sedang tidur di balik selimut berwarna abu-abu itu sedikit menggeliat karena cahaya yang tiba-tiba menerpa wajahnya.

Ia memalingkan wajahnya agar cahaya matahari tidak mengenai wajahnya dan perlahan membuka mata,dan mendapati sepi yang selalu menyambut nya di pagi hari dalam beberapa tahun terakhir.

Ia menatap sendu ke arah bingkai yang ada di atas nakasnya,dalam foto itu terlihat sepasang suami istri dengan dua orang anak yang pria memakai baju SMA yang wanita memakai baju SMP.keluarga itu
Terlihat bahagia dari senyum-senyum indah yang mereka perlihatkan.

Arkan bangkit dan duduk di samping Ranjangnya,tangannya terulur mengusap foto itu perlahan lahan dan tersenyum.

"Selamat pagi semuanya"sapa Arkan seolah mereka semua ada di hadapannya.lalu ia menaruh kembali foto itu di tempatnya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah memakai seragam sekolah barunya ia bercermin menatap miris pantulan bayangan dihadapannya.

"Ciss mau sampai kapan lo terus menghindar dari semuanya?"tanya arkan pada pantulan gambar di hadapannya sebelum akhirnya menarik ranselnya dan turun ke bawah.

Tidak beda jauh dengan yang ada di kamarnya di ruang tamu ini juga ia mendapati sepi dan sunyi yang seakan mengolok-olok nya.rumah sebesar ini terasa sangat luas untuk ditempati dua orang ah ralat sebenarnya ada tiga orang yang tinggal di dalamnya yaitu arkan,pembantu rumah tangga,dan ibunya namun wanita itu jarang sekali tinggal di rumah.

Arkan tau jelas alasan ibunya seperti itu makanya ia tidak pernah mengeluh.satu hal yang selalu ia sesali andai hari itu tidak pernah terjadi mungkin. Keluarga nya akan menjadi keluarga paling bahagia di seluruh dunia,yah andai saja.

"Nak Arkan mau pergi sekolah ayo sarapan dulu,bibi udah nyiapin sarapannya di meja."suara wanita paruh baya itu mengagetkan Arkan dari lamunannya.

"Ah iya bi, makasih"ucap Arkan tulus ia mengamati wanita paruh baya itu yang selama ini menjaganya dari kecil Arkan bahkan sudah menganggap wanita itu sebagai ibunya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang