GROW ALONE

144 18 4
                                    

Semenjak kejadian di air terjun itu June jadi sering ke rumahku. Mengobrol dan bermain dengan Javi selayaknya teman dekat. Ia jarang terlihat dengan Bobby lagi, mungkin June telah memutuskan hubungan dengan Bobby atau ia hanya sedang emosi saja entahlah.

Siang ini sepulang sekolah saat aku benar-benar lelah karena tugas yang menumpuk serta cuaca panas yang menguras keringat semakin menurunkan mood. Seketika seragamku basah kuyub akibat serangan bola air yang tak sengaja terlempar ke arahku. Pelakunya adalah Javi, Renjun dan seseorang yang kurang kasih sayang, siapa lagi kalau bukan June.

"Ahhh... kalian ini, besok masih harus dipakai bodoh," ketusku seraya melempar tas ke dalam rumah melewati jendela kemudian menghampiri mereka yang tengah asik bermain di samping rumah.

Tadinya aku tidak mau ikutan tapi sepertinya seru juga panas-panas begini bermain air. Tak tanggung-tanggung selangpun kujadikan senjata, menyemprot anak-anak itu tanpa ampun hingga kami saling menyerang satu sama lain.

Halaman rumah kini berubah bak medan pertempuran dalam video games online yang tengah viral dan banyak digandrungi anak muda. Karena terlalu bersemangat kami sampai tidak sadar akan kedatangan Hanbin dan Bobby akibatnya mereka juga terciprat air-air itu.

"Wah... wah... begini ya kalian kalau dibelakang layar, kek boncil." sahut Bobby seraya menenteng lengannya dipinggang.

"Bobby, ada apa kemari?"

"Tukan aku bilang juga apa, kita tamu yang tidak diinginkan. Kalau begini caranya kita main kasarlah, Bob." timpal Hanbin langsung disambut anggukan Bobby.

Aku masih belum paham apa yang hendak mereka lakukan tiba-tiba saja seember air yang diletakkan di dekat pintu belakang berpindah ke wajahku. Gila, mereka berdua menyiramku tanpa basa-basi.

"Woy, gak waras ya kalian berdua ini seragam besok masih dipakai kalau tidak kering bagaimana?"

"Siapa suruh seru-seruan tanpa kami," ujar Bobby.

"Ya sudah aku juga tidak mau besok dikira lupa hari sendirian, nih rasain." akupun segera menyiram mereka dengan asiknya sampai benar-benar basah seperti tikus tercebur got.

Kini semua orang bergembira ria, saling melempar air dan tersenyum. Gelak tawa menggema disana tak ada dendam dengki, semua orang bergahagia.

Sampai tiba dimana Hanbin bertemu June saling memandang dalam diam. Waktu seakan berhenti berputar semua hal membeku termasuk kami juga mendadak menghentikan aktivitas.

Suara gemericik air semakin keras. Dedaun menggesek satu sama lain sebab angin berhembus disana. Tubuh yang tadinya hangat kini semakin terasa dingin sebab air mulai menembus pori-pori atau karena keheningan dan dua mata elang itu? Entahlah.

"Pulang," lirih June.

"Jun, Kakak sayang sama kamu," balas Hanbin dengan nada lembut yang membuat bulu kuduk merinding.

"Aku hanya mau kamu kembali, aku kesepian Bin sangat, sangat kesepian."

"Sekuat apapun kamu memaksa aku tidak bisa, kamu tahukan aku tidak bisa bertemu papa."

"Apa kamu tidak sayang mama lagi?"

"Tidak pernah sedetikpun rasa sayangku terhadap mama berkurang bahkan akan terus bertambah. Setiap hari aku selalu merindukan mama, sampai kapanpun mama tetap dihati kita Jun."

"Papa akan menikah lagi, apa kamu tidak mau pulang dan menemaniku, aku takut Bin."

Tak ada kata lagi yang terucap dari bibir Hanbin ia terus memeluk saudaranya itu dengan erat. Air matanya satu persatu jatuh diatas tanah becek yang ditumbuhi rerumputan hijau.

MAS PACAR [KOO JUNHOE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang