Dari tempatnya berdiri, Keisya melihat Bagas hendak mengarahkan pisau kearah Nuca.
"KAK NUCA!!!"
Keisya sudah berdiri didepan Nuca tepat saat Bagas menusukkan pisaunya.
"KEISYAAA!"
Teman-teman Keisya berlari menghampiri Keisya, sedangkan Bagas berlari menjauh setelah melihat orang yang ia tusuk bukanlah Nuca melainkan Keisya.
"akkh..." suara Keisya kesakitan memegang perutnya yang sudah mengeluarkan banyak darah.
"Mobil! Mobil! Cepatt!" teriak Nuca panik, ia melepas hodie yang dipakainya untuk menahan supaya tidak banyak darah yang keluar dari perut Keisya.
"Kei tahan, tolong, tahan" ucap Nuca masih dengan suara paniknya, ia melihat wajah Keisya sudah mengeluarkan banyak keringat.
Reza datang dengan mobilnya, Nuca membopong Keisya masuk ke bangku tengah.
"Cepat za!" perintah Nuca pada Reza, tangannya masih menekan bagian perut Keisya yang terluka, hodienya sudah penuh dengan darah.
Reza mengemudikan mobil secepat yang dia bisa, fokusnya terbagi dua antara jalanan didepannya dan juga Keisya. Ia melihat Nuca memeluk Keisya dari kaca tengah mobil.
Lima belas menit mereka sampai di rumah sakit terdekat, mobil Reza berhenti didepan pintu ruang gawat darurat. Reza keluar dan berlari meminta pertolongan pertama.
Beberapa perawat datang dengan bangkar darurat lalu membantu Nuca membaringkan Keisya diatas tempat nya.
Mereka semua berlari menuju ruang Instalasi Gawat Darurat, namun hanya bisa menunggu sampai didepan pintu.
Nuca terduduk lemas di lantai, Reza terus mondar mandir gelisah didepan ruangan, dua temannya yang lain duduk di kursi tunggu dengan cemas.
Nuca masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, ia sama sekali tidak pernah berpikir Keisya akan membahayakan dirinya sendiri untuk menyelamatkannya.
Hampir dua jam dokter menangani Keisya di ruang IGD, Reza semakin gelisah karena dokter tidak kunjung keluar juga.
Suara pintu ruang IGD terbuka, Nuca langsung berdiri menghampiri dokter.
"Gimana keadaannya, dok?" Tanya Nuca dan Reza bersamaan.
"Syukurlah dia cepat sampai disini, jika terlambat sedikit saja, mungkin tidak bisa tertolong, setelah masa kritisnya lewat, dia sudah bisa dipindah ke ruang inap" jelas dokter.
Mereka semua bernafas lega.
"terimakasih, dok" ucap mereka bersamaan. Dokter hanya mengangguk lalu pergi.
2 Hari setelah Keisya dipindahkan ke ruang rawat inap, ia masih belum juga siuman.
"Za, gue keluar bentar gapapa? Kita belum ada yang makan, gue cari makan dulu, jangan sampai kitanya ikut sakit disini" ujar Nuca.
"oke gapapa"
"kalau ada apa-apa atau Keisya siuman, langsung kabarin gue"
"oke"
Sepergian Nuca, Reza mendekati tempat tidur Keisya. Ia duduk dikursi samping kanan Keisya.
Reza mengambil tangan Keisya, menggenggamnya.
"gue tau perasaan lo ke dia gimana, gue tau lo sayang sama dia... lebih dari yang dia dan orang lain tau selama ini, tapi gue nggak nyangka lo bisa ngorbanin diri lo kayak gini buat nyelametin dia. Kenapa lo ga pernah berhenti bikin gue khawatir sih? Kenapa lo harus berbuat sejauh ini buat dia?" Tanya Reza pada Keisya yang masih belum sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONTROLLABLY FOND
Fanfiction"Dia adalah suara yang mengubah seluruh hidupku. Warna, juga cerita" "Dia adalah rangkaian kata yang membentuk makna dalam nyanyianku" Bagaimana hati kita jatuh, pada siapa hati kita jatuh, tidak ada yang bisa mengendalikan. Termasuk diri kita sendi...