Kondisi Keisya sudah cukup membaik dan ia sudah diperbolehkan pulang, namun gadis itu nampak murung dihari dia bisa pulang dari rumah sakit.
"ga usah sedih gitu kali Kei karena Nuca gabisa nemenin kamu pulang, kan ada gue disini"
"Kak Nuca, ada kerjaan apasih jak?"
"Gatau gue. Gue cuma tau dia udah ada jadwal untuk hari ini dari lama" jelas Reza. Ia melihat wajah murung Keisya.
"padahal gue hari ini pulang dari rumah sakit"
"Kei... lo mau sampe kapan sih mikirin dia?"
"Ejak apaansih, mulai deh"
"Gue gamau lo sakit karena harapan lo sendiri. Dia mungkin hutang nyawa sama lo saat ini, tapi... itu belum tentu ngubah keadaan. Kita berdua tau, hatinya udah dia kasih ke orang lain, dan yang paling lo harus inget... dia gatau soal perasaan lo sebenernya. Yang dia tau, lo peduli sama dia karena dari awal, dia tau lo sebagai salah satu fangirl nya. Cuma lo lebih beruntung dari yang lain."
"Ejak udah ya, males ih bahasannya"
"Gue ngomong gini demi kebaikan lo sendiri. Sebagai temen lo dan juga temen Nuca."
"Gue baik-baik aja meskipun dia sama orang lain. Sebelum gue baper sebagai cewek, gue udah sayang sama dia as a fangirl. Saat ini, kondisinya, perasaan gue hanya naik tingkat dari yang sebelumnya. Gue akan tetap baik-baik aja apapun yang akan terjadi kedepan" ucap Keisya.
"Elo yakin lo akan tetap baik-baik aja? Lo yakin keadaan akan tetap baik-baik aja semisal Nuca tau yang sebenernya? Setelah apa yang lo lakuin untuk dia, lo yakin Nuca juga akan tetep baik-baik aja? Dia hanya akan bingung harus gimana, Kei. Ke elo, juga kesana"
Keisya mengerti 'kesana' yang dimaksud Reza ituapa. Bibirnya mendadak bungkam tidak tahu harus menjawab Reza apa.
"terus gue musti apa? Kalo bisa milih, gue juga gamau dikondisi kaya gini. Apa enaknya cinta sendirian? Ga ada. Tapi siapa yang bisa ngendaliin hati harus jatuh ke siapa? Ga ada, Ejak."
Reza diam. Ucapan Keisya sepenuhnya telak. Reza paham betul kondisinya, karena ia juga diposisi yang sama. Cinta sendirian. Reza tahu rasanya, karena itu ia tidak mau Keisya terus terjebak di pusaran cinta tak berbalas itu.
—————
Nuca duduk diam di Starbucks Bandara Soekarno Hatta, ia sedang menunggu seseorang. Ia sudah menunggu lama untuk hari ini, namun kondisinya saat ini sulit untuk dijelaskan. Ia senang orang yang sudah lama ia tunggu akhirnya akan segera bisa ia temui, jarak yang ada ditengah mereka selama ini sering kali membuat Nuca rindu, namun pada satu sisi ia juga memikirkan Keisya. Ada perasaan bersalah yang mengganggu nya karena tidak bisa menjemput Keisya dihari gadis itu pulang dari rumah sakit. Nuca merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Keisya, tapi dia juga tidak mampu untuk tidak menepati janji pada seseorang yang sebentar lagi akan ditemuinya.
Nuca mengambil handphonenya, tangannya bergerak mencari nama dikontak teleponnya, ia menelfon Reza.
"Kenapa, Nuc?" suara Reza menyambutnya.
"Udah sampe rumah?"
"Udah, barusan aja. Lo udah ketemu dia?" Reza berjalan keluar rumah, ia menghindari supaya Keisya tidak mendengar obrolannya dengan Nuca di telfon. Sebetulnya Reza tahu kemana dan ada urusan apa Nuca hari ini, namun ia sengaja merahasiakannya dari Keisya.
"Belum. Ini masih nunggu dia. Lo bilang sama Keisya, soal gue kemana hari ini?"
"Enggak. Gue bilang lo ada jadwal kerjaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONTROLLABLY FOND
Fanfiction"Dia adalah suara yang mengubah seluruh hidupku. Warna, juga cerita" "Dia adalah rangkaian kata yang membentuk makna dalam nyanyianku" Bagaimana hati kita jatuh, pada siapa hati kita jatuh, tidak ada yang bisa mengendalikan. Termasuk diri kita sendi...