Bau masakan yang menguar pagi ini mengusik perut Jimin untuk segera mengisinya, dia sudah duduk manis dimeja makan sembari menunggu Areum menyajikan makanan yang akan menjadi sarapannya pagi ini. Jimin memperhatikan gerak-gerik Areum yang sedang menata rapi makanan, tak lupa dia juga menyediakan segelas teh untuk Jimin minum.
Saat akan menyantap makanan yang sudah disediakan Areum, Jimin melihat Areum bergerak kembali kedapur merasa heran Jimin memanggilnya.
"Kenapa tidak ikut sarapan?"
Areum berhenti melangkah dan berbalik kearah Jimin, Areum merasa canggung saat ini.
"Kakak saja yang sarapan, Areum belakangan." Gadis berambut panjang itu kembali berbalik untuk melanjutkan pekerjaannya didapur.
"Kau tidak boleh lagi sarapan didapur, temani aku." Jimin berhasil menghentikan Areum yang menuju dapur.
Langkah pelan Areum terlihat gugup saat mendekati meja makan, Jimin membantu Areum untuk duduk disampingnya dengan menggeser kursi agar Areum bisa duduk. Jimin juga membantu Areum untuk mengambil makanannya, setelah itu Jimin memulai sarapannya.
Tidak ada suara obrolan pagi yang hangat seperti orang lain yang menjadikan sarapan momen yang bagus untuk berbagi kisah, kedua pasangan itu hanya diam menyantap makanan yang sekarang sulit untuk ditelan. Areum belum terbiasa dengan ini semua banyak hal yang terlintas dipikirannya, begitupun Jimin, saat ini dia berusaha untuk tenang sampai dia siap mengatakan semuanya kepada Areum.
Jimin teringat dengan Jieun disaat seperti ini, dia selalu menggoda Jieun yang terlihat cantik setiap hari, jika Jieun sudah merona Jimin akan segera menciumnya dengan penuh gairah hingga mereka bercinta. Hampir setiap hari mereka seperti itu disaat Jimin sedang dirumah, menggoda Jieun adalah hal favoritnya. Sudut mana yang belum mereka pakai untuk bercinta.
Saat berada dengan Areum, Jimin tidak bisa berbuat seperti itu, selalu merasa canggung. Areum juga seperti tidak nyaman saat berada didekat Jimin, rasa gelisah selalu dirasakan Jimin saat Areum ada didekatnya. Sudah tiga minggu mereka menikah dan selama itu juga tidak ada sentuhan yang berarti, saat tidurpun Areum lebih memilih memunggungi Jimin.
Jimin seorang pria yang juga butuh dengan seorang wanita, saat berjauhan dengan Jieun seperti ini sangat menyiksanya, satu sisi dia juga takut menyentuh Areum. Dia belum yakin dengan perasaannya kepada Areum, Jimin hanya merasakan dia jatuh cinta pada Jieun tidak dengan Areum.
Sebenarnya, apa tujuan Jimin menikahi Areum?
Areum bukan tidak mampu mengimbangi Jieun, gadis itu pandai dalam segala hal. Bahkan untuk beberapa hal Areum jauh lebih unggul dibanding Jieun. Jika Jieun akan meminta tolong pada Jimin untuk mengganti bola lampu, tidak dengan Areum, gadis itu akan mencari tangga dan mengganti sendiri bola lampu tersebut, hal itu pernah dipergoki oleh Jimin dan menegurnya untuk tidak melakukan itu lagi.
Mungkin karena terlahir menjadi anak tunggal dia terbiasa melakukan segala hal sendiri, saat meninggalkannya pun Jimin tidak terlalu khawatir seperti saat dia meninggalkan Jieun.
Jimin merindukan Jieun.
"Areum. Kau tidak apa 'kan jika aku tinggal selama tiga hari? Aku akan kembali ke Seoul, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan." Jimin sedikit berdusta pada Areum.
"Bolehkah aku ikut?" Tanya Areum hati-hati.
Jika Jieun akan mengatakan aku sudah terbiasa kau tinggal, jawaban Areum sedikit mengusik hati Jimin.
"Kenapa? Kau takut?"
"Eum. Tidak."
"Lalu apa?"