Elena semakin menatap lekat Joe. Sungguh miris mengetahui bahwa Joe-lah yang menjadi selingkuhan Flora. Dia menjadi kasihan pada Joe yang selalu ramah itu.
"Dan jika dia selingkuh, aku akan menyuruhnya memilih antara aku atau pria lain itu. Jika dia memilihku maka aku mempertahankannya karena aku mencintainya," tambah Joe dengan senyuman ramahnya yang tidak pernah hilang seolah pertanyaan Elena hanyalah hiburan sesaat.
Elena terdiam. Matanya memandang sendu. Joe sepertinya sangat mencintai Flora. Bahkan Joe akan memaafkan perempuan itu selama perempuan itu memilihnya. Elena sadar, dia seharusnya memang diam saja. Hubungan kisah cinta terlarang ketiga orang itu, seharusnya tak usah ia pikirkan. Itu urusan mereka.
Melihat wajah sedih Elena, Joe menjadi gemas dan tertawa. "Aku bercanda. Aku sama sekali tidak suka perselingkuhan. Tapi, selama kau percaya pada pasanganmu, mereka tidak akan mengkhianatimu," tambah Joe yang memang sedikit menggoda Elena yang setahunya sangat pemalu. "Kenapa? Apa temanmu ada yang selingkuh? Atau jangan-jangan kekasihmu berselingkuh?"
"Aku bahkan tidak memiliki pria yang mau melirikku," ucap Elena lirih dan pelan agar tak terdengar oleh Joe sembari menggeleng miris. "Aku hanya berniat menulis artikel tentang perselingkuhan. Jadi, aku meminta pandangan orang-orang."
Elena bersorak karena alasannya yang sempurna. Sudah ia bilang, otaknya itu 'seksi' dalam berpikir cerdas dan cepat. Apalagi melihat Joe mengangguk-angguk mengerti, membuat Elena sedikit lega karena Joe tidak curiga.
"Boleh aku membagi pandanganku juga?"
Sebuah suara mengintrupsi mereka.
"Aku paling benci perselingkuhan. Bahkan jika kekasihku tetap memilihku, aku tidak akan mentolerirnya."
Sebuah suara terdengar di samping Elena, tepatnya di pintu masuk ruang Joe. Elena yang melihat sosok itu membulatkan matanya terkejut. Tubuhnya menegang setelah menyadari bahwa orang itu nyata dan benar-benar berdiri di antara mereka.
"Pa—pak Abrahms?"
***
Sepuluh menit yang lalu ....
Royce tengah memeriksa beberapa dokumen di ruangan. Namun, entah kenapa dia merasa tidak fokus sama sekali. Ia terus-terusan teringat oleh sesuatu yang ia dengar tadi siang dari perempuan yang setahunya adalah anggota divisi marketing Joe.
"Pak Abrahms, apa Anda melihat perempuan lewat? Rambutnya panjang dan dia sangat cantik. Ah, iya! Dia pacarnya Pak Manajer—"
"Kita bertemu lagi. Apa kau mencariku?"
"Tidak. Iya. Tidak! Maksudku iya! Iya! Aku hanya ingin bilang terima kasih atas burgernya. Kalau begitu aku akan kembali. Bu Sandra mungkin mencariku. Aku permisi!"
Royce terngiang akan sebuah kalimat.
'Dia pacarnya pak manajer'.
Ia ingat bahwa perempuan itu mencari seseorang yang ia jelaskan sebagai kekasih manajernya yang mana adalah Joe. Pegawai sekaligus teman Joe. Dan ternyata perempuan itu malah mencari Flora. Ia sendiri yakin ia tidak salah mendengarkan kalimat itu.
Mungkin Royce tidak fokus pada kalimat terakhir perempuan itu. Namun, bukan berarti Royce tidak mendengarnya. Royce mendengar. Walau samar, ia yakin apa yang ia dengan bukanlah kekeliruan. Ia yakin ia mendengar kalimat itu.
Merasa resah, Royce memutuskan menutup map dokumen itu. Ia meraih jasnya dan memakainya. Ia lalu berjalan ke lift, hendak menuju lantai di mana divisi marketing dan tim majalah berada.
***
"Ada apa kau kemari? Kau ingin meminjam komputerku lagi?" tanya Joe dengan santai mengingat Joe memang teman Royce. Joe dan Royce lebih suka berbicara dengan santai selain di saat rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Red Daisy
RomanceTidak bisa mengutarakan perasaannya langsung pada manajernya-Joe, Elena mengirimkan email cinta dengan menggunakan alamat email samaran. Tetapi, yang tidak diketahui Elena, bukannya berada di kotak masuk Joe, kumpulan email cinta itu terkirim ke ema...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi