bab 06.

48 3 7
                                    

Author.;

Sorot matahari menembus sela sela gorden megah menyoroti mata yang masih terbenam di atas meja belajarnya.
Edgard mengusap usap mata menetralkan semua pandangan agar bisa melawan cahaya silau yang menyoroti kedua manik abunya. Lagi lagi seperti ini, bangun di atas meja,tengkurap menindih buku pelajaran yang telah di hafalkan semalaman, tidak ada yang membangunkan kecuali sorotan matahari pagi yang senantiasa menjadi ibu di awal hari.
Edgard mengambil handuk putihnya dan berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi.membasuh tubuhnya dan menatap wajahnya sendiri di balik cermin yang terpampang besar di dalam sana. Hatinya mendengus kesal pada kesehariannya ini, tetapi juga dia harus belajar merelakan ini semua berjalan dengan semestinya, semua orang punya jalan hidup masing masing, orang lain punya ayah dan ibu yang selalu ada tapi mereka punya perbatasan dalam hal lain, semua orang pasti pernah terpuruk dan terpukul, bukan cuma dirinya yang tiap pagi hanya berjalan sendirian di dalam bangunan mewah dan luas ini.
tidak ada pelayan, tidak ada pembantu ataupun tukang kebun,yah paling tidak bibi yang selalu memasak untuknya tiap pagi atau mencuci pakaiannya tanpa harus dia mengurus semua keperluannya sendiri dan menahan rasa lapar sampai jam istirahat pertama berbunyi.

Edgard mengeringkan rambutnya dan segera beralih ke lemari untuk mengambil baju ganti. Tidak lupa dia memakai vasline anti sinar UV karna wajah dan kulitnya yang sangat sensitif akan sinar matahari terik yang bisa membakar tubuhnya hanya dalam hitungan menit saja. Edgard mempunyai julukan vampir vegetarian oleh dudy karna kebiasaannya yang terbilang aneh untuk orang orang pada umunya. Punya penyakit kulit? Tidak.
Mungkin  infeksi ataupun penyakit dalam kepala yang bisa membuatnya pingsan seketika secara tiba tiba??? Itu juga tidak. Yang jelas jika Edgard diam di bawah naungan sinar UV yang sangat terik, kulitnya akan terasa panas dan memerah seperti terbakar dalam hitungan menit. Makanya jika akan keluar dia akan memakai vaselin dan handsenizer untuk tangannya yang sering kali merasa terbakar tiba tiba walau di tempat yang dingin sekalpun.

Hari ini edgard akan pergi ke luar untuk sekedar membeli makanan pengganjal lapar, tanpa menelepon dudy namun berharap dia bisa bertemu dengan fiona yang  kebetulan berbelanja mingguan dan berpapasan dengannya.
                                
                                         ***

"Aku mau ke trans mart sama om andi sebentar pah." Ucap fio menyalami ayahnya yang bertanya akan kemanakah anaknya ini pagi pagi. "Kamu mau beli apa ke mall??? kamu belum makan loh sayang.!!" Lanjut ibunya yang duduk di sebelah David yang tak lain adalah ayah fio. "Aku akan sarapan di luar sama om andi mah."
"lagian katanya, sisa bekal sekolahnya masih tersisa 30% kemarin." Bisiknya pada David dan kaila  yang di ikuti dengan jertakan jemari pada pinggangnya dari belakang."apaan sih.?"dercak Fio melihat omnya mengedip ngedipkan mata yang tadinya ingin memberikan dia kode agar tidak memberi tahu sisa jajannya pada David dan juga kaila malah ponakannya yang unyu dan polosnya  itu mengatakan jika sisa uang jajan andi masih di atas 50 juta.
"Sssstttttttthhh.....sssttttshhh" andi menempelkan telunjuknya lekat di bibir agar fio berhenti berbicara tentang sisa uang yang diberikan abangnya untuk kuliah di satu semester pada orang tuanya.
Namun lagi lagi gadis itu mengatakan hal yang sama yang akhirnya andi memilih untuk membekam mulut ponakannya itu dan membawanya ke dalam mobil segera.

"Apaan sih om, mengap tau.!!"

"Kamu bego atau bodoh sih,kenapa kamu bilang sama bang David kalau om masih punya uang sisa,di sebutin nominalnya lagi." Ketus andi yang gemas pada ponakannya, namun juga khawatir pada dirinya sendiri. Fiona hanya melongo polos tak mengerti,"emangnya kenapa kalau aku bilangin,kan emang Bener."

Andi yang melihat kepolosan ponakannya berdecak sebal, kenapa dia harus punya ponakan yang udah kaya falaq oon bego lagi. "Coba kamu pikir deh ponakan om yang kaya sirip ikan koi, kalau misalnya papah kamu tau om masih punya uang nominalnya tidak sedikit, nanti om berangkat lagi cuma di kasih uang tiket pesawat,kalau misalnya mereka gak tau om masih punya uang sisa,nanti om berangkat lagi bakal di kasih nominal utuh, dan sekarang kita bisa belanja sepuasnya..." tutur andi menjelaskan panjang lebar dengan nada geram yang hanya di balas senyum cengengesan oleh fio. "Kan om masih punya kartu kredit kakek." Lantangnya. "Ya kan itu buat.....ah sudahlah, kita berangkat aja, capek om ngomong sama kamu."

flying paper.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang