EXTRA PART 9

2.9K 138 16
                                    

Author Pov.

"Mamaaaa...Papaaaa...tolong...tolong!!!!"

Teriakan Aaron beserta ketukan kuat di pintu kamar Meggy dan Ares membuat pasangan yang tengah bercumbu mesra itu berhenti menatap bingung ke arah pintu kamar mereka. Ares yang tengah berada di bawah kendali Meggy melirik jam di nakas kemudian kembali menatap Meggy. Pandangan keduanya menyatakan kebingungan, tengah malam Putra mereka sedang berbuat kegaduhan di depan kamar mereka.

"Ares." Lirih Meggy, ia turun dari atas tubuh Ares, memperbaiki penampilannya.

Beruntung Meggy dan Ares baru memulai percintaan mereka dengan cumbuan jika lebih, mungkin mereka akan mengabaikan kegaduhan Aaron di luar sana.

Dengan tergesa-gesa Meggy dan Ares membuka pintu, Ares menangkap kepalan kedua tangan Aaron yang hendak mengetuk pintu lagi.

"Ada apa Sayang?" Tanya Meggy.

Nafas Aaron menggebu, pria tampan itu terlihat bergetar sekujur tubuh.

"Ma Pa tolong...Mare....Mare berdarah!" Seru Aaron meski pun terbata-bata.

"Berdarah?"

Aaron menggangguk cepat.

"Mare tiba-tiba saja berdarah, aku tidak tahu apa penyebabnya! Saat aku bertanya apakah sakit Mare hanya menggeleng tapi Mare menangis! Kalian harus melihatnya." Aaron menggenggam masing-masing tangan kedua orang tuanya, menuntun Meggy dan Ares menuju kamarnya dan Merrie.

Setiba di kamar Aaron dan Merrie, mereka menghampiri Merrie yang duduk diam di tengah-tengah ranjang, kedua kaki gadis itu terlipat dengan bantal di atasnya dan kedua tangan di atas bantalnya. Gadis cantik itu menatap nanar kedatangan Meggy dan Ares.

"Hei." Lirihnya dan terlihat malu.

"Mare katakan kau berdarah di bagian mana, jangan menyembunyikannya dari kami." Cemas Aaron.

Merrie menatap kembarannya, ia menggigit bibir dalam bagian bawahnya, ragu harus berkata apa.

"Mareeee sekarang sudah ku bawakan Mama dan Papa, apa lagi yang harus ku lakukan agar kau bicara?" Ucap Aaron cemas dan kesal.

Pandangan Merrie jatuh kepada Meggy, meminta pengertian dari Ibunya dan Meggy seakan baru menyadarinya hanya bisa tersenyum seraya menghampiri Merrie.

"Oh Sayang." Gumam Meggy terkekeh sambil memeluk Merrie.

"Sekarang tanyakan padanya Ma." Desak Aaron.

Meggy mengecup puncak kepala Merrie kemudian beralih menatap Ares, lewat tatapanya meminta Ares untuk mengerti.

Ares menghela nafas dan terkekeh. Ia merangkul pundak Aaron, menepuknya pelan.

"Ayo jagoan."

"Kemana? Kita belum tahu penyebab Mare berdarah sampai sekarang." Protes Aaron.

Ares tersenyum.

"Itu urusan Mare dan Mamamu jagoan, ayo!."

Aaron berkelit dari rangkulan Ares, menatap tidak mengerti wajah Ayahnya.

"Tapi adikku berdarah Papa! Dia berdarah! Dan apakah hanya aku yang panik saat melihat Mare berdarah? Ini aneh! Mare berdarah dan kalian hanya diam saja?"

"Abang, aku baik-baik saja." Ucap Merrie tersenyum. Merrie tahu meski pun Aaron adalah kembaran yang menyebalkan tapi Aaron sangat peduli dan menyayanginya.

Aaron beralih menatap Merrie, rasa cemas terlihat luar biasa nyata, seluruh diri Aaron menyatakan itu.

"Mare---"

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang