3

9.4K 1.1K 363
                                    

"Mana yang namanya Tedi, Tomi, sama Ardi?" kata Yoshua membaca nama yang tertulis di telapak tangannya.

Tiga orang anak laki-laki bangkit berdiri dan saling tatap sama bingungnya.

"Ikut gue!" kata Yoshua mendului jalannya.

Tedi dan teman-temannya menurut dan mengikuti Yoshua. Mereka sadar betul kalau tak pernah membuat masalah dengan kakak kelasnya yang terlihat kelam dan kasar itu. Tak sengaja menyenggolnya saat berjalan saja mungkin akan diumpati habis-habisan. Cari mati kalau memancing masalah dengannya.

Mereka berempat sampai di halaman belakang sekolah. Sepinya tempat itu membuat ketiganya punya firasat buruk. Yoshua berhenti dan berdiri menghadap tiga adik kelasnya.

"Gue denger, lo bertiga ngebully orang," kata Yoshua dingin, sudah mengintimidasi dengan mata kejamnya.

"A-apa? Enggak Kak," sanggah Tedi.

"Jujur aja!" sahut Yoshua.

"Jujur kita Kak, ngapain juga kita boong," jawab Ardi kali ini.

"Muka lu gak bisa dipercaya," kata Yoshua setelah itu melayangkan sebuah tamparan di pipi Ardi.

Tak hanya Ardi, Tedi dan Tomi pun terkejut dibuatnya.

"Dengerin gue!" kata Yoshua. "Demi kebaikan lo pada, mending berhenti ngebully dia."

"Ng-ngebully siapa maksudnya?" tanya Tomi.

Yoshua tersenyum sinis mendengar pertanyaan Tomi.

"Oh, jadi korbannya ada banyak ha? Sampe lo bingung 'dia' yang mana?" tanya Yoshua.

"A-apa? Enggak Kak, justru karena kita ngerasa gak ngebully siapa-siapa makanya kita bingung..."

Satu bogem menghantam keras wajah Tomi sebelum selesai kata-katanya.

"Gak ngerasa?" tanya Yoshua geram. "Dia terpuruk sampai putus asa dan lo seenaknya bilang gak ngerasa?" kata Yoshua mengulangi. "LO PUNYA OTAK GAK?"

Tendangan kuat mengenai tubuh Tomi membuatnya tersungkur.

"T-tenang dulu Kak! Kita omongin dulu baik-baik. Kenapa tiba-tiba kayak gini?" kata Tedi kali ini. Sudah terlihat panik.

"Gue udah coba sebisanya buat ngomong baik-baik," jawab Yoshua. "Berhenti ngebully siapa aja demi kebaikan kalian sendiri," kata Yoshua memperingatkan.

Ketiganya adik kelas Yoshua itu saling pandang belum begitu paham.

"Kak, ini sebenernya siapa yang Kakak maksud? Kakak mungkin salah orang atau salah paham, kita ini beneran gak ngebully siapapu...

"BULLSHIT!!" umpat Yoshua menendang Tedi tepat di kepala. "JADI SAMPAI AKHIR KALIAN GAK AKAN NGAKU HA?" kali ini Ardi yang masih tegak berdiri mendapatkan tendangan di dadanya.

Nafas Yoshua kembang kempis menahan amarah menatapi tiga laki-laki yang semuanya telah tersungkur mendapat sapaan kakinya.

"Ndin, ke sini lo!" kata Yoshua kemudian.

Andin keluar dari persembunyiannya. Wajahnya nampak syok gara-gara melihat betapa kejam cara Yoshua menghajar mereka. Tidak sering kita melihat seseorang menendang tepat di kepala seperti yang Yoshua lakukan pada Tedi bukan?

"Kenal sama dia?" tanya Yoshua pada Tedi dan teman-temannya.

Wajah Tedi dan teman-temannya berubah pucat melihat Andin menghampiri Yoshua.

"Atau masih mau pura-pura gak tau apa-apa?" tanya Yoshua.

"A-ampun Kak, kita gak tau dia pacar Kakak," ketiganya mendekat, bersujud memohon ampun dengan segala kata maaf dan lainnya.

BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang