1

10.3K 634 25
                                    

Laki-laki itu, Birawa Bagaspati. Putra tunggal pemilik jaringan B-Hotels yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Ia hanya tinggal bersama ayahnya. Ibunya sudah meninggal karena sakit sejak ia berusia dua belas tahun.

Hawa dingin menusuk kulitku. Dan semakin menggigil ketika ia menatapku dalam-dalam, seolah ingin memakanku bulat-bulat.

"Aku mau kamu, malam ini," desisnya tajam.

"Tidak. Aku bukan pacar-pacarmu. Aku hanya staff di sini," jawabku mencoba untuk tidak takut dengannya.

"Lalu kenapa? Aku mau kamu yang menemaniku. Jangan sok menolak!" gusarnya.

"Suruh pacar-pacarmu itu menemanimu! Aku tidak sudi!"

"Sudah kubilang, aku mau kamu! Jangan sok jual mahal, Ley. Apa kamu lupa saat mengerang puas di bawahku?" seringainya satu langkah mendekat.

Wajahku memanas. Aku tidak memungkiri, bagaimana ia membuatku menjerit merasakan kepuasan setiap kali kami bercinta. Ia seolah diciptakan untuk memuaskan wanita.

"Jangan mendekat! Pergi sana dengan pacar barumu!"

"Sania maksudmu? Atau Reva?" ia terkekeh mengejekku, selangkah lebih dekat lagi.

Aku mendengus sebal. Aku benci mengakui bahwa aku cemburu pada gadis-gadis yang menempelinya.

"Mereka tidak senikmat dirimu," senyum lebarnya yang mempesona itu membuatku merinding. Sial!

"Sudah kubilang, jangan mendekat!" bentakku.

"Kamu makin sexy kalau marah begitu," kini ia hanya tinggal selangkah di depanku.

"Jangan menggombal! Tidak mempan!"

"Hmm... aku tau. Kamu lebih suka aku langsung bertindak, bukan?"

Ia meraih pinggangku, memerangkapku dalam pelukan kedua lengan kokohnya. Senyum miringnya membuat alarm tanda bahaya berbunyi nyaring di otakku.

Sebelum aku mengatakan satu katapun, ia sudah membungkam bibirku, melumatnya dengan penuh nafsu.

Aku berusaha mendorong dadanya, tapi seperti mendorong sebuah tembok yang kokoh. Ia justru makin erat memelukku dan lidahnya menjajah rongga mulutku tanpa bisa kutolak.

Dan seperti biasa, ia dengan mudah membuatku terhanyut oleh sentuhannya yang seolah memujaku.

.

=====

.

Aku mengerang saat sinar matahari menyakiti retinaku. Kukerjapkan mataku berulang kali, membiasakan terang yang memenuhi kamar.

Perlahan aku duduk, melilitkan selimut di tubuhku. Kusandarkan pungungku ke headboard. Birawa sudah pergi, meninggalkanku kembali dalam kesendirianku, meraih botol kecil dalam laci, meneguk satu pil dari dalamnya dengan dua teguk air dalam gelas yang selalu kusiapkan setiap harinya di samping tempat tidur.

Kusambar note yang ia tinggalkan.

'Maaf meninggalkanmu terlebih dulu. Aku ada janji temu dengan Gina.'

Aku menghela nafas. Baginya, aku ini hanyalah bawahannya. Staff marketing-nya yang bisa ia sentuh seenaknya jika ia ingin. Baginya para wanita di sekelilingnya hanyalah mainan yang akan ia buang jika ia bosan.

Kusentuh dadaku yang sesak. Tidak. Aku tidak bisa lagi menangis. Untuk apa? Hidup sudah begitu banyak mengajariku untuk berdiri dengan tegar.

Perlahan aku berdiri, menyeret paksa tubuhku yang terasa remuk redam ke kamar mandi, membilas tubuh lelahku agar sedikit merasa segar.

(Not) Your Mistress (EBOOK tersedia di Google Play Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang