3

5.4K 503 33
                                    

Malam ini, aku dalam perjalanan menuju sebuah resto untuk makan malam, memenuhi ajakan Dasta. Kebetulan Birawa ada acara, sehingga ia tidak datang ke apartemen.

Aku baru saja turun dari taksi ketika melihat Dasta mondar-mandir di depan resto, sesekali melihat jam tangannya. Ia tersenyum lega ketika melihatku menghampirinya.

"Akhirnya kamu mau memenuhi ajakan saya," sambutnya senang.

"Maaf membuat Mas Dasta menunggu," jawabku sopan.

"Menunggu wanita secantik kamu, saya rela," sahutnya menyentuh punggungku dan mengajakku masuk ke dalam.

Rupanya ia sudah memesan tempat di sini. Bisa kulihat seorang waiter menunjukkan meja untuk kami.

"Mas Dasta sudah sering kemari?" tanyaku basa basi setelah kami memesan beberapa menu untuk makan malam.

"Lumayan. Beberapa kali bersama rekan kantor," sahutnya tersenyum lagi.

Aku mengangguk menunjukkan bahwa aku mengerti.

"Tapi jangan khawatir, saya kemari bersama banyak orang dan tidak khusus dengan seorang wanita. Kamu wanita pertama yang saya ajak secara khusus seperti ini," katanya buru-buru.

Aku tertawa kecil.

"Saya tidak khawatir, Mas. Itu kan terserah Mas Dasta, mau ajak siapa kemari," laki-laki di depanku ini terlihat salah tingkah.

"Saya hanya tidak mau kamu salah paham," katanya meraih dan menggenggam sebelah tanganku.

"Uhm... saya tidak akan salah paham, Mas. Bukankah kita tidak ada hubungan apa-apa?" aku menarik lepas tanganku dari genggamannya.

Dasta nampak kecewa, namun ia menutupinya dengan senyum tipis.

Makanan pesanan kami datang. Raut kecewa Dasta sudah tidak nampak lagi.

"Ayo kita makan dulu, Cathleya," senyum lebarnya menulariku. Jujur, aku juga sedang lapar.

.

=====

.

Aku baru saja meminum lemon tea milikku ketika merasa ada seseorang yang memperhatikanku. Aku mengangkat wajahku dan tersedak ketika melihat tatapan tajam seorang laki-laki yang duduk berjarak dua meja dari tempatku duduk.

"Hati-hati," Dasta bergegas mengulurkan sapu tangannya yang buru-buru kuterima untuk mengeringkan bibir dan sedikit percikan di daguku.

Aku berusaha menghentikan batuk. Sorot tajam itu membuatku tidak nyaman dan terancam.

"Kamu kenapa, Cathleya?" tanya Dasta dengan wajah khawatir.

"Tid-uhuk uhuk... tidak apa-apa," kututup mulutku dengan sapu tangan Dasta.

Batukku mulai mereda. Aku harus segera pergi. Kuraih gelasku dan meminumnya lagi. Kali ini dengan lebih hati-hati.

"Mas Dasta masih mau makan lagi?" tanyaku yang langsung ditatap dengan kernyitan heran Dasta.

"Tidak. Kenapa? Kamu tidak nyaman makan malam bersama saya?"

Aku menggeleng cepat.

"Bukan! Bukan begitu... saya... uhm... bisa kita pergi dari sini? Saya merasa tidak enak berlama-lama mengobrol di sini," pintaku sedikit berbisik.

Dasta memandangku sesaat dengan bingung, lalu mengangguk.

"Baiklah. Kita ke tempat lain saja," Dasta melambai, memberikan beberapa lembar ratusan ribu dan mengajakku keluar dari resto.

(Not) Your Mistress (EBOOK tersedia di Google Play Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang