7

4.1K 520 36
                                    

"Keluarlah."

Aku mengerjap. Hanya begini? Serius? Lima belas menit?

"Pak?"

"Aku sedang pusing, Ley. Keluar saja. Laporanmu sudah tidak ada masalah. Tinggal realisasinya bukan? Lagipula bulan kemarin juga tercapai," sahut Birawa.

Aku mengangguk, mengambil map laporanku dari atas meja, dan beranjak berdiri.

"Ley," kuhentikan langkahku dan berputar.

"Ya, Pak?"

"Ambil cuti seminggu mulai senin depan!"

Aku membulatkan mataku.

"Minggu depan realisasi acara Pak Suherman, Pak," mana mungkin aku cuti dalam deadline pekerjaanku?

"Suruh Nirmala ambil alih. Nanti aku yang atur!"

"Memang ada apa?"

"Ikut aku!"

"Kemana? Dalam rangka apa?"

"Kenapa kamu cerewet sekali sih? Lakukan saja!"

"Pak, saya tidak bisa cuti seenaknya. Kasihan teman-teman. Kenapa tidak dua minggu lagi saja? Saya kosong di dua minggu kedepan," aku berusaha bernegosiasi.

"Kamu mau membantahku?"

Aku menghela nafas. Mendudukkan diriku lagi ke kursi.

"Ada apa sebenarnya?"

Birawa mengusap kasar wajahnya. Ia nampak begitu kalut.

"Bi?" aku tidak bisa menggunakan panggilan 'Bapak' jika ingin Birawa bicara.

Ia hanya memandangku.

"Ada yang bisa kubantu, Bi?"

Birawa memejamkan matanya sejenak, lalu memandangku lagi.

"Kemarilah," katanya terdengar lelah.

Aku menghampirinya, dan ia langsung menarikku duduk di pangkuannya, lalu melalui interkom, menginstruksikan pada Fenny untuk tidak membiarkan siapapun masuk.

"Ada apa?" tanyaku menangkup wajahnya dan mengusap pipinya dengan ibu jariku.

Birawa membenamkan wajahnya ke dadaku. Menarik nafas di sana dengan dalam dan penuh, lalu mengangkat wajahnya menatapku.

"Shareen memintaku menemaninya ke Paris. Minggu depan kami berangkat," ujar Birawa pelan.

"Lalu apa masalahnya?" tanyaku heran.

"Ley... aku tidak ingin pergi. Aku sedang sibuk-sibuknya. Aku juga- bagaimana bisa lima hari tanpa menyentuhmu? Tapi Shareen memaksa."

"Tapi kamu pergi dengan Shareen, Bi. Mana bisa aku ikut?" protesku.

Aku tidak mengerti jalan pikiran Birawa. Memangnya dia gila akan membawaku dalam perjalanannya bersama calon istrinya?

"Aku akan mengatur semuanya. Aku tentu tidak akan membiarkan Shareen tau tentang hubungan kita, Ley," sahutnya.

Aku terdiam. Tentu saja Birawa tidak akan membiarkan Shareen tau tentang hubungannya denganku. Bukankah dilihat dari segi manapun, aku ini tidak pantas untuknya?

.

=====

.

Aku melihat mobil Dasta terparkir di basement apartemen dan kuhampiri.

Dasta tersenyum menyambutku, membukakan pintu dan menungguku masuk ke dalamnya sebelum ia menyusul kemudian.

Ia menjalankan mobilnya dengan santai. Menuju ke arah luar kota.

(Not) Your Mistress (EBOOK tersedia di Google Play Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang