2 : She

1.3K 231 45
                                    

[Aku yakin kalian paham bagaimana cara menghargai suatu karya seseorang]

D E S T I N Y — Chapter 2
by:
©baericey

.
.
.

SELAMAT MEMBACA❤️

Tangan mungilnya mengarsir sketsa bergambar dua anak kecil yang sedang tersenyum lebar diatas kanvas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan mungilnya mengarsir sketsa bergambar dua anak kecil yang sedang tersenyum lebar diatas kanvas. Sesekali ia tertawa kecil kala melihat anak-anak kecil yang bermain dengan riang dikawasan taman, berlarian kesana kemari, menaiki beberapa mainan anak yang disediakan di taman tersebut.

Sudah hampir satu jam setengah ia menghabiskan waktu ditaman ini dengan kanvas, cat warna dan antek-antek lainnya. Tangan kanannya yang semula memegang palet kini beralih -setelah meletakan paletnya dipangkuan- meraih ponsel yang ada didalam tasnya.

Tunggu—

Isi tasnya hanya ada dompet berwarna hijau tosca dan beberapa barang lainnya, seperti parfum. Seharusnya ada ponsel juga didalamnya. Dengan panik dirinya menggeledah isi tasnya, mengeluarkan semua yang ada didalam tasnya. Namun nihil, benda pipih berwarna hijau tosca tidak ada.

"Oh God! Jangan-jangan...."

Dengan gerakan cepat ia merapihkan alat lukisnya, membawanya kedalam mobil lalu segera melajukan mobilnya ke suatu tempat. Ya, dia ingat dimana terakhir kali memegang benda pipi tersebut.

Setelah sampai ditempat tujuan, dia berjalan dengan tergesa hingga membuat beberapa pengunjung yang ada ditempat tersebut memperhatikannya. Telinganya juga menangkap suara-suara heboh dimeja pojok, namun ia tetap menghiraukan.

"Permisi, saya kehilangan barang disini." ujarnya pada kasir.

"Maaf, kalau boleh tau anda duduk dimeja nomor berapa?"

"Meja nomor 18. Sekitar jam 9 dan itu dua jam yang lalu saya kesini. Mungkin ada pengunjung lain selain saya?"

Kasir tersebut mengerutkan dahi, mencoba mengingat pengunjung yang datang sejak pagi tadi.

"Sepertinya belum ada yang menempati meja nomor 18 setelah nona."

"Coba diinget-inget lagi." gadis tersebut mulai panik. Mengigit pelan kuku-kukunya sembari menghentakan kecil kakinya. Masalahnya, ponsel itu baru saja dibelikan dua hari yang lalu oleh ayahnya dan tidak mungkin dia meminta lagi. Yang ada dia mendapat cibiran saudara-saudaranya.

Tepat saat kasir tersebut hendak membuka mulut, seorang laki-laki datang menghampiri keduanya.

"Ada apa ini?"

Sebelum menjawab kasir tersebut membungkuk, membuat sang gadis ikut membungkuk walaupun ia tidak tau siapa lelaki ini.

"Nona ini kehilangan barangnya dimeja nomor 18, sekitar dua jam yang lalu. Dan saya ingat tidak ada pengunjung lain yang duduk dimeja tersebut selain nona ini, Pak." jelas kasir itu.

[2] DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang