5 : Voidness

1.1K 169 48
                                    

D E S T I N Y — Chapter 5
by:
©baericey
.
.

Pelan tapi pasti, lelaki bersurai coklat melangkah masuk ke dalam rumah duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelan tapi pasti, lelaki bersurai coklat melangkah masuk ke dalam rumah duka. Dengan helaan napas yang beberapa kali keluar ia memantapkan diri menuju salah satu kaca yang terdapat sebuah guci abu.

Senyum tipis terukir diwajah tampannya. Perlahan ia membuka kaca tersebut dan meletakkan sesuatu di sebelah guci tersebut, sebelum ia menutup kembali. Dipandangi lamat-lamat bingkai foto yang terdapat disana.

Memejamkan mata saat dirasa air mata yang terbendung akan jatuh. Dia tidak boleh menangis lagi. Dia sudah berjanji pada gadisnya.

"Maaf. Kelepasan tadi. Habis kamu cantik banget disitu." gumamnya masih memperhatikan wajah seorang gadis yang sedang tersenyum bahagia didalam foto.

"Maaf juga karena tadi pagi aku gak jenguk kamu." lanjutnya kemudian menundukan kepala. Tangannya terkepal kuat saat dadaknya terasa sesak.

"Raina..." ujarnya sepelan mungkin.

"Aku... rindu. Serius, aku capek selalu begini. Apa... aku gak boleh nyusul kamu aja?"

Jaemin merasakan kekosongan dalam hidupnya setelah Raina pergi meninggalkannya. Dia benar-benar putus asa. Tidak bisa melakukan apapun selain menatap dalam diam guci abu Raina setiap harinya.

Kini Jaemin kembali mendongak, menatap bingkai foto Raina dan guci abu secara bergantian. Hingga perlahan air matanya menetes pelan membasahi pipinya yang tirus. Baik, Jaemin kalah. Dia tidak bisa menepatkan janjinya pads Raina untuk tidak menangis.

Ketahuilah, Jaemin adalah lelaki lemah jika berurusan dengan Raina. Jaemin benar-benar tidak berdaya, walau hanya dihadapkan dengan guci abu dan bingkai foto milik Kim Raina.

"Aku gak tau harus gimana lagi, Rain..." Jaemin mengacak surainya frustasi. Lelaki itu kini bertumpu lutut dengan menundukan kepala. Bahunya bergetar kecil. Dia menangis dalam diam.

"Setidaknya lu harus bertahan sampai Tuhan kasih kebahagian untuk lu."

Suara seseorang dari belakang sana membuatnya mendongak. Mengusap pipinya yang basah karena air mata kemudian menoleh.

"Kak Doyoung?"

Kim Doyoung, kakak Raina. Lelaki itu tersenyum kecil, melangkah mendekat dengan bunga lily ditangannya. Sebelum meletakan bunga tersebut, Doyoung membantu Jaemin untuk berdiri.

"Jangan begini terus, Raina bisa marah." ujar Doyoung. Lagi.

Jaemin hanya diam. Tatapannya kini mengarah pada bingkai foto lainnya. Dimana terdapat dirinya dengan Raina. Itu hasil paksaan gadis itu yang terus merengek ingin berpose bersama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang