3 - Patah

24 4 1
                                    

     Tumbuh menjadi gadis remaja adalah hal yang sulit bagi Melody. Menyesuaikan dirinya di lingkungan elite sangat melelahkan. Jika bukan karena otaknya yang encer, ia tak akan mampu bersekolah di SMA Perdana.

     Suatu kebanggaan bagi Melody, tapi tidak dengan teman temannya disana. Mereka hanya mau berteman dengan kaum selevel, bukan penerima beasiswa seperti Melody.

     Satu satunya teman Melody hanya Kanaya. Kanaya Adinda. Ia dengan senang hati menerima Melody sebagai sahabatnya. Meski notabenenya Kanaya adalah anak seorang pengusaha kaya yang bisnisnya bercabang di berbagai daerah hingga ke lingkup internasional.

     Melody tumbuh menjadi pribadi yang introvert di lingkungan barunya. Ia sangat menutup diri, kecuali pada Kanaya yang selalu siap menjadi pendengar segala ceritanya.

     "Lagi liatin siapa, tuh! " Kanaya menyenggol bahu Melody, membuat Melody tersentak.

     Sepertinya Kanaya tak butuh jawaban. Ia tau untuk siapa tatapan mata itu, ia tau untuk siapa semua puisi yang dibuat Melody selama ini, ia tau kepada siapa hati Melody jatuh.

     Karel. Karel Agasta. Teman satu kelas Melody dan Kanaya yang diidolakan semua gadis di sekolahnya.  Karel tak seperti anak famous lainnya yang sombong, dia baik dan ramah, setidaknya itu menurut Melody. Namun Melody tak seberuntung Mawar Ayudia, pacar Karel sejak satu bulan yang lalu.

     Melody cantik, tapi mungkin tak secantik Mawar. Melody tidak sanggup membandingkan. Posisi Mawar jauh lebih tinggi dibanding Melody. Selalu lebih tinggi.

     Apa yang bisa diharapkan dari orang kecil seperti Melody? Tidak punya rumah besar, tidak punya mobil, tidak punya barang barang mahal atau pakaian tren yang biasa dipakai Mawar di setiap kiriman instagram nya. Diam diam Melody mengidolakan Mawar. Terkadang ia juga ingin menjadi sorotan. Namun mimpinya terlalu tinggi saat itu. Menjadi seekor semut di sekumpulan  gajah sepertinya memang lebih baik.

     Melody memalingkan pandangannya dari Karel dan teman-temannya yang sedang bercengkrama. Ia tidak ingin jatuh terlalu dalam. Nyatanya, mencintai dalam diam sangat menyakitkan. Seperti pungguk merindukan bulan. Mungkin hanya itu satu satunya peribahasa yang menggambarkan perasaan Melody pada Karel.

     "Lo pasti bisa, Mel. Suatu saat, perasaan lo bakalan terbalas. " hibur Kanaya.

     "Kalau ternyata enggak? "

     "Kalau enggak, berarti lo bakalan dapet yang lebih baik. " Kanaya merangkul Melody.

     Melody tersenyum. Semoga saja yang dikatakan Kanaya menjadi kenyataan.

     Kesekian kalinya Melody merasa patah, namun tak pernah sekalipun perasaannya luntur. Melody merasa sudah terlanjur jatuh, jatuh terlalu dalam. Bukan perasaannya yang salah, tapi Melody. Ia telah salah menjatuhkan hatinya pada seseorang yang mustahil untuk diraih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesan dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang