3 : Birthday Party

35 6 0
                                    

Ran dapat Job cuci piring. Kadang ia hadir di setiap acara pernikahan,akikah,dan lain-lain hanya sekedar menawarkan diri untuk menjadi tukang cuci piringnya.

Diusia muda seperti Ran biasanya remaja-remaja lain menghabiskan waktu dengan hura-hura,ketawa ketiwi bersama teman-teman,dan hal-hal lain yang menyenangkan.Berbeda dengan Ran,ia harus menafkahi dirinya dan Ibunya yang sudah sakit-sakitan.

"Kamu nanti cuciannya pas acara udah selesai aja ya. Jadi kamu juga bisa ikut serta meramaikan ulang tahun anak saya"ujar sang pemilik acara. Pemilik acara ini ingin semua orang merayakan ulang tahun anak tunggalnya. Tentu Ran hanya bisa mengangguk dan menyetujui itu.

Selanjutnya Wanita yang berstatus sebagai Ibu Clarisa,sang pemilik acara itupun pergi.

Ran mengintip suasana di luar dengan membuka sedikit tirai pembatas antara tempat cuci piring dan halaman rumah Clarisa yang kini telah dihias sedemikian mungkin. Ia merasa tak pantas hadir di pesta itu. Kasta mereka berbeda.

Kini Ran kembali menutup rapat tirai itu. Kemudian ia memandang sekitarnya,disinilah tempatnya. Ia memang pantas berdiri disini,bukan berdiri di balik tirai tempatnya para remaja sesungguhnya.

Ran berjalan perlahan dan duduk di kursi yang terletak dekat tas nya. Ia meraih tas ranselnya yang ada di dekatnya. Kemudian Ran mengambil sebuah buku yang betulisan besar BIOLOGY.

Biologi adalah pelajaran kesukaan Ran. Walaupun suasananya bising tapi Ran tetap bisa berkonsentrasi membaca buku tebal itu.

"Haduh Wc nya mana lag........."

Ran menoleh kesumber suara,ia sedikit terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya. Sifat cuek Ran memang sudah melewati kadar dosisnya. Kenal tak kenal ia tak peduli dengan orang sekitarnya.

Berbeda dengan orang yang ia temui. Wajahnya tampak seperti menang lotre."Lo yang tadi pagi ketemu gue pas di perpuskan?" Tanyanya dengan nada sedikit girang.

Ran tak peduli,ia hanya membalik bukunya dan tetap membaca dengan fokus.

Tama menganggap bahwa Ran marah padanya,tetapi sesungguhnya Ran sama sekali tak peduli.

"Soal tadi siang gue minta maaf banget atas nama temen gue. Emang dia kadang kalau bertingkah suka lupa umur.'"

"Gue Pratama Danuarta,nama lo siapa?"

Sunyi, tak ada jawaban atau sedikit respon dari Ran.

"Tamaaaa!!"

Keduanya terkejut saat mendengar Juna meneriaki nama Tama. "Heh,elo ya dicariin juga."

Mata Juna langsung tertuju pada Ran. Juna menatap Ran dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia mendekat ke arah Ran sehingga membuat Ran dan Tama merasa heran.

"Ranjani?"tebak Juna.

Ran menunjukkan wajah bingung dan bertanya-tanya mengapa Juna bisa mengenalinya. "Gua Juna?teman kecil lo. Inget?"

Teman kecil?seketika memori Ran dan Juna saat keduanya masih kecil terputar. Beberapa detik mencerna,akhirnya Ran ingat. "Oh Arjuna ya?apa kabar?"tanya Ran yang tak sefanatik Juna.

"Baik,lo sindiri gimana?"

"Aman"singkat Ran.

Tama berdehem. "Reuni nih ceritanya?"sindir Tama. Ran hanya melirik sekilas kearah Tama. "Kenapa lu nyari gue?"lanjut Tama.

"Dicari Clarisa"

"For what?"

"Mana gue tau. Ohiya disana ada bokap nyokap lo juga. Jadi buruan deh lo kesana"

Papa mama nya Tama?setau Tama kedua orang tuanya tipe orang yang super duper sibuk dan enggan untuk menghadiri pesta anak muda.

"Gue harap kita bisa ketemu lagi"ujar Tama kemudian menarik Juna untuk menghadiri Pesta ulang tahun Clarisa yang sudah dimulai.

***

"Tama!"panggil Hana.

Tama hanya menoleh tanpa menjawab. Mengapa Clarisa harus mengundang perempuan penyihir itu. Merusak mood nya saja.

Hana menghampiri Tama dengan senang hati dan langsung menggandeng tangannya. Sontak Tama yang tak ingin disentuhpun langsung menjauhkan tangan Hana dari lengannya.

"Apaan sih Han"

"Ihh Tama jahat banget sama aku"

"Aku aku,jiji"ketusnya lalu ia pergi.


"Tama"panggil Clarisa. Ia menoleh dan bertanya kenapa. Wajah Clarisa tampak gugup dan gelisah.

Lantas Clarisa menjawab,"ortu lo ada di dalam rumah gue. Mereka lagi bahas pertunangan omong kosong. Yakali umur segini gue di suruh tunangan sama elo"

Tama hanya tertawa,"eh elo emang jago ngelawak Ris"kekeh Tama.

"Stress emang ni orang. Ngapain gue ngelawak. Sumpah demi kerang ajaib emak lo sama emak gue sibuk banget bahas bahas itu di dalem"

Mimik wajah Tamapun berubah. Sepertinya yang dikatakan Clarisa adalah kejujuran. Pasalnya beberapa hari ini Sang Ibu terus terusan menanyakan tentang Clarisa kepadanya.

Atau mungkin karena bisnis,kedua orang tuanya ingin menjodohkan mereka.

Tama bertanya di mana kedua orang tuanya sekarang. Kemudian mereka langsung menghampiri pertemuan orang tua yang tidak mereka ketahui ini.

Orang tua Tama dan Clarisa tengah bersantai sambil meminum teh hangat yang disediakan. Disisi lain Tama dan Clarisa merasa sangat cemas berharap semua yang mereka dengar adalah HOAX.

"Mama sama papa ngapain disini?"tanya Tama To the point.

"Duduk dulu nak,datang-datang kok langsung nanya gitu."ujar Sang Ibu.

Terpaksa Tama dan Clarisa harus duduk dan menenangkan diri terlebih dahulu. "Jadi sekarang Tama tanya lagi,Papa sama Mama ngapain kesini?"tanyanya dengan nada yang sedikit serius.

"Bulan depan kamu tunangan sama Clarisa"sambar Ayah Tama.

Clarisa terdiam begitupun juga dengan Tama.

"Tolong jelasin apa maksudnya ini mom?"tanya Clarisa pada Ibunya.

Ibu Clarisa menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. "Kamu anak Mommy satu-satunya. Kita gak punya penerus laki-laki yang bisa dipercaya untuk mempertahankan perusahaan Daddy. "

"Kita pengen suami kamu jadi pewaris perusahaan yang Daddy kamu bangun dari Nol sampai sebesar ini. Dan orang itu Tama"

"Mom,are u sure?Aku masih 18 tahun dan Mommy udah bahas tentang ini. I don't like it mom. Ini 2017 gak ada yang namanya jodoh-jodoh kayak..."

"Daddy sama Mommy cuman mau yang terbaik buat kamu Sayang"

You : I Still Remember The Firts Day I Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang