Sudah genap seminggu Alfi bekerja di kantor Abid, ia juga sudah memiliki banyak kenalan dari divisi lain. Karena ia memiliki sifat ramah, tidak sulit baginya untuk mendapatkan banyak teman.
Perihal penawaran Abid beberapa hari yang lalu, sudah tidak terlalu dipikirkan olehnya. Karena kesibukannya, ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan semua itu, karena ia juga sudah mengatakan pada Abid jika dirinya belum ada keinginan untuk kenalan dengan siapa pun itu dari kaum adam.
"Alfi."
Alfi yang semula fokus pada komputer di hadapannya, kini beralih menatap Fania yang sudah berdiri menyandar di kubikelnya.
"Iya, Mbak Fan. Ada apa?"
Fania menyodorkan sebuah dokumen pada Alfi. Sementara Alfi menatap dokumen yang tepat berada di hadapannya dan menatap Fania secara bergantian.
Melihat kebingungan Alfi langsung saja Fania mengatakan apa maksudnya. "Tolong kasih ini ke Bu Bella, ya."
"Kenapa nggak Mbak Fina aja?"
"Saya mau ke toilet, tapi dokumen ini harus diserahkan ke dia sekarang." Alfi mengangguk, kemudian mengambil dokumen itu.
"Maaf, ya ngerepotin," ucap Fania dengan wajah memelas.
"Iya, nggak papa, kok. Santai aja lagi."
"Oh, iya kalau saya lama di toilet, kalian langsung ke kantin saja, nanti saya menyusul." Alfi, Sisil, Silvi, dan David mengangguk serentak, kemudian kembali fokus pada komputer masing-masing kecuali Alfi.
"Alfi." Alfi yang baru saja berjalan tiga langkah menoleh ke belakang karena mendengar Sisil memanggilnya.
"Ada apa, Mbak?"
"Kamu beneran mau serahin kerjaan Fania ke Bu Bella?" Alfi mengangguk.
"Nggak takut disemprot sama mulut pedasnya," ucap Sisil dengan nada rendah, tetapi masih bisa didengar oleh Alfi.
Tidak heran jika Sisil berkata seperti itu. Karena memang Bella terkenal pemarah dan tegas. Sedikit saja kesalahan yang dilakukan anak buahnya, maka siap-siap saja mendapati kata-kata pedasnya.
"Memangnya mulut Bu Bella cabe, ya?" Alfi terkekeh setelah mengucapkan kalimat itu.
"Kayaknya iya deh, Al. Soalnya kalau dia ngomong pedesnya ngalahin cabe yang level paling tinggi," celetuk David, kemudian tertawa juga.
"Udah lah, aku mau ke ruangannya Bu Bella dulu. Mungkin saja hari ini dia baik hati."
Setelah itu Alfi berjalan menuju ruangan Bella yang tidak jauh dari kubikelnya. Saat tiba di depan pintu kaca itu, Alfi langsung mengetuknya.
"Masuk!"
Dengan perlahan tangan Alfi mendorong pintu, dan pandangannya langsung tertuju pada Bella yang terlihat sibuk dengan beberapa dokumen di atas mejanya.
"Assalamualaikum, Bu. Ini, dokumen yang Ibu minta pada Fania." Alfi menaruh dokumen yang tadi dibawanya di meja, tepat di depan Bella.
"Kenapa bukan Fania yang mengantarnya?" tanya Bella dengan suara yang sedikit menakutkan bagi Alfi.
"Dia ke toilet, Bu." Alfi masih berdiri di depan meja Bella. Dalam hati Alfi bertanya-tanya mengapa ia tak disuruh duduk?
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Bersama Abidzar [SELESAI]
SpiritualSebelum baca, yukk follow dulu😚 Alfi tidak menyangka bahwa lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah Abid. Cinta yang sekian lama ia pendam pada lelaki berhati dingin itu akhirnya menemukan setitik harapan dan juga memiliki kesempatan untuk mend...