Hanya Teman

3.1K 268 5
                                    

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.”
(HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

____________________________


"Umah tidak tahu kabar jelasnya, nduk. Abangmu cuma bilang kalau ada orang perusahaan yang dateng trus meminta agar pesantren segera di kosongkan dalam waktu beberapa bulan," jelas Fatma.

Kabar itu berhasil membuat Aisyah tak habis pikir. Bagaimana bisa masalah seperti ini ia tak mengetahuinya.

"Loh, bukannya eyang sudah mewakafkan tanah ini untuk pesantren?" Tanya Aisyah, masih belum menemukan pecahan masalah selanjutnya.

"Umah pun tidak tahu. Kata Abah mungkin orang tua eyang dulu punya perjanjian terhadap perusahaan ini dan belum selesai."

"Aisyah takut, Umah. Pesantren ini sudah kaya bagian hidup Aisyah. Aisyah gak ridho bila ambil ahli begitu saja."

Fatma terseyum maklum, wanita paruh baya itu pun sama halnya merasakan demikian. Tapi mau bagaimana lagi, masalah harus di lewati bukan dihindari. "Kamu tenang ya. Abah dan Abangmu akan mengurusnya. Insyaallah pesantren ini akan tetap berdiri sebagai tempat menuntun ilmu bagi para santri."

Aisyah menghela nafas seraya menaruh kepala di paha Fatma. Lalu sebuah tangan keriput mengelus lembut kepalanya. "Para santri sudah tahu kabar ini?"

"Belum. Biarkan mereka fokus aja dalam mengenyam ilmu. Umah gak mau ada rasa beban di pikiran mereka."

"Aisyah ingin membantu masalah ini cepat selesai. Tapi, Aisyah tidak tahu harus memulainya dari mana." Ungkapnya seraya menatap ke arah jendela yang menampakan langit malam penuh bintang.

"Jika usaha tidak bisa, cukup gunakan senjata kaum muslimin. Yaitu doa."

"Iya, Umah. Aisyah akan meminta bantuan sama Allah."

Tidak ada usaha yang terbaik selain doa. Jika memang semesta tak mengijinkannya untuk membela keadilan, maka masih ada Allah si pemilik semesta yang selalu membantu para hambanya, yang selalu mendengar keluh kesah, yang selalu membuat ukiran senyum umat manusia.

•♡•♡•♡•

Aktivitas Aisyah pagi hari ini adalah mengajar para anak panti, ia menggantikan temannya yang tak bisa hadir. Walaupun tanpa sepeser uang yang di dapat dari tugas ini, Aisyah tak masalah. Niatnya untuk mencerdaskan para anak-anak panti, bukan cuma mencari materi.

Dengan diantar Kahfi--salah satu abdi ndalem kepercayaan abahnya--Aisyah menempuh perjalanan. Kahfi sudah seperti kakak kedua bagi Aisyah. Di saat Faiz sudah harus berkewajiban mengurus rumah tangganya, lantas Kahfi datang sebagai pengganti sosok Faiz. Jadilah Aisyah tak merasa kehilangan sosok pelindung di sampingnya.

"Mau di jemput tidak pulangnya?" Tanya Kahfi ketika mobil sudah sampai di gerbang panti.

"Heum, Aisyah tidak tahu kapan pulangnya. Nanti di hubungi lagi deh."

"Oke."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aisyah pun menutup pintu mobil kembali, seraya memberikan lambayan tangan kepada Kahfi. Sejuru kemudian mobil itu perlahan menghilang seiring kecepataannya menambah.

Nona Hujan & Tuan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang