prolog

7.6K 71 3
                                    

Peluh menetes terlihat dari kening seorang pria. Beberapa kali dia harus menoleh ke bawah melihat situasi yang terjadi di sana. Asap mengepul dari tengah medan area pertempuran akibat mobil yang terbakar.

Baku tembak masih terdengar dari atas peti kemas yang menjadi tempatnya bersembunyi. Bentrok antara dua kelompok mafia pimpinan Ayara dan pimpinan Devian bertempur dengan hebat. Darah bahkan mayat bergelimpangan di tanah.

Suara tembakan terdengar kembali. Dari area pertempuran terlihat Araya tengah menghabisi anak buah Devian satu per satu dengan senjata sejenis soft gun maupun pen gun. Sejenis laras panjang yang biasa digunakan oleh kepolisian maupun komandan KOPASUS dalam melatih pada tentara.

"Shirt, apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku masih di sini, bisa-bisa aku mati seperti mereka!" umpatnya dengan kesal.

Kedua tangannya mengepal merasakan gejolak amarah yang meradang ke seluruh tubuh. Beringsut mundur dan turun dari peti kemas dia lakukan. Beberapa kali ia harus bersembunyi mengantisipasi anak buah Ayara yang melintas. Bukan untuk bermain petak umpet.

Namun, lebih tepatnya mencari keberadaannya yang lari dari medan pertempuran karena kehabisan amunisi dalam bertempur. Semua peluru yang digunakannya untuk menembaki musuh yang bersembunyi habis tanpa sisa. Sehingga mau tak mau dia harus bersembunyi bagikan sang kekasih ketahuan berselingkuh dengan wanita lain.

"DEVIAN, KELUAR LO! JANGAN JADI PENGECUT LARI DARI MEDAN PERTEMPURAN! URUSAN KITA BELUM SELESAI!" teriak seorang pria berpakaian resmi. Di tangannya, sebuah soft gun dipegang. Kepalanya clingak-clinguk mencari keberadaan Devian yang bersembunyi.

BUKKK

Seorang dari arah belakang berhasil memukul kepala Ayara hingga terkulai lemas dan jatuh di tanah. Soft gun yang dipegang Araya berpindah tangan kepadanya.

"Sepertinya tak tik yang kau gunakan meleset, Tuan Araya," ejeknya.

Melangkah, Devian meninggalkan tubuh Ayara dan melenggang pergi.

***

Pajero sport terhenti di sebuah rumah mewah di kompleks perumahan Puri Indah. Seorang pria berpakaian safari berlari dan membuka pintu mobil. Devian keluar dari dalam mobil melangkah menuju ke dalam rumah. Mobil yang terparkir di depan rumah, orang itu ambil alih dan membawanya ke dalam garasi.

"Baru pulang, sayang?" tanya seorang wanita berpakaian sexy padanya. Sebuah peluk maupun ciuman di pipi wanita itu berikan. Devian yang mendapat perlakukan darinya hanya bisa membalasnya mengecup pipi si wanita.

"Iya."

Kening si wanita mengeryit kala melihat dari dari bibir Devian. Tangan dengan kuku berkuteks merah menyala itu meraba bibi pria di depannya dengan rasa cemas.

"Darah? Kau habis melakukan apa hingga seperti ini!"

Tangan wanita itu Devian raih dan dikecupnya. "Hanya masalah kecil. Kau tidak usah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja, Alexa sayang. Jangan tegang-tegang gitu, dong! Ayo, senyum," godanya.

Wanita yang dipanggil Alexa itu hanya bisa tersenyum kecil mendengar godaan yang bisa dilakukan oleh Devian.

"Auh, sakit sayang. Kau agresif banget, sih! Ini masih siang, loh!"

Alexa menghembuskan napas kemudian berbalik dan melangkah pergi. Namun, tangan kekar melingkar di pinggangnya sukses menghentikan langkahnya.

"Jangan marah, dong. Aku gak bisa liat kamu marah walau hanya sedetik. Please ... maafin aku," bisik Devian tepat di telinga Alexa.

TAKDIR CINTA SANG MAFIA KEJAM   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang