0.1 [ Taruhan ]

12 1 0
                                    

Siang ini rasanya sangat panas. Atau memang cuaca benar-benar sedang panas? Terik matahari memancar serta menembus langsung kaca jendela berukuran tidak terlalu besar di sebelah kiri ruang kelas 10 IPA 3. Dan juga, tepat mengenai kulit mulus seorang siswi yang sekarang mulai merasa terganggu dengan pancaran sinar matahari tersebut.

Namanya Clarena. Princella Clarena Mahaprana. Banyak yang mengakui bahwa Clarena merupakan siswi paling cantik, dengan body idaman para siswi lain di angkatannya. Terbilang cukup populer meskipun baru beberapa bulan menjadi murid SMA Bina Nusa. Siapapun pasti mengenalnya. Tentu, tidak hanya selalu dikenal dengan tatapan kagum, tapi juga banyak yang membenci dirinya. Merasa iri mungkin? Masa bodo dengan semuanya. Toh, Clarena sama sekali tidak meminta sendiri ingin dipuja-puja bak dewi fortuna. Memang sih dia menikmati kepopulerannya. Dengan begitu-memiliki kepopuleran- dia bisa mendapatkan banyak teman. Peduli setan mau mereka itu fake atau benar-benar bisa disebut teman.

Clarena mengangkat kepalanya yang sejak satu setengah jam lalu ia tidurkan di atas meja dengan lipatan kedua lengannya sebagai bantalan. Meregangkan otot-ototnya, kemudian beralih mengusap wajahnya dua kali.

Kelas masih dengan kondisi riuh seperti satu setengah jam lalu saat dirinya memutuskan untuk tidur. Ya, kelasnya sedang tidak ada guru. Tian, si ketua kelas bilang bahwa hari ini Pak Guntur-guru biologi berkumis tebal- izin tidak masuk kelas mereka dikarenakan beliau mendadak pulang karena istrinya melahirkan. Tentu saja seisi kelas bersorak senang. Tiga jam pelajaran biologi yang selalu terasa membosankan, hari ini bebas. Lagipula Pak Guntur tidak memberikan tugas sama sekali untuk mereka.

Clarena menoleh ke samping kanan. Dilihatnya Kalia-teman sebangku sekaligus temannya sejak masih menjalani MOS pertama kalia- masih tertidur pulas dengan sepasang headshet yang menutupi kedua telinga cewek berkuncir kuda tersebut. Gadis itu mendengus. Perutnya terasa sangat lapar, padahal jam istirahat masih satu setengah jam lagi. Ia mengibaskan rambut panjangnya yang dicat coklat tua. Mengambil selembar kertas sobekan tengahan buku tulisnya untuk dijadikan kipasan. Kelasnya memang ber-AC, tapi sudah dua hari ini AC tersebut mati karena rusak. Beberapa kali ia mengumpat tidak jelas karena kegerahan.

"Eh, udah bangun lo,"

Clarena menoleh kebelakang. Mendapati Lisa yang juga baru terbangun dari tidurnya. Mengabaikan gurauan temannya itu, dan malah tersenyum yang direspon Lisa dengan dahi mengkerut.

"Kenapa lo?" tanyanya.

"Kantin, yok."

Lawan bicaranya terlihat memperhatikan jam tangan kecil di pergelangan tangannya. "Istirahat masih satu jam lagi." jawabnya. Clarena memutar bola mata malas.

"Ya kan kita lagi free. Lagian gue lapernya sekarang, Lis. Kasian nih cacing-cacing di perut seksi gue lagi pada butuh asupan," gadis itu memelas. "Gue jajanin deh. Mau yaa?"

Cewek berambut abu-abu dengan gradasi biru tosca dibagian bawahnya tersebut menggeleng pasti, tanda tidak mau.

Clarena berdecak. "Ah, ngga asik lo."

"Gak inget dua hari lalu kita ketauan Bu Rena jajan di kantin di jam pelajaran? Nih kaki gue aja masih pegel gara-gara itu guru nyuruh kita berdiri depan tiang bendera sampe bel pulang, hffftt,"

Ah iya. Dua hari lalu mereka-Clarena, Lisa, dan Kalia- tertangkap basah oleh Bu Rena selaku wakil kesiswaan di Bina Nusa sedang jajan di kantin. Memang sih, saat itu kelas mereka sedang free class. Tapi tidak bisa dipungkiri juga kalau mereka memang bersalah. Seharusnya, kalau sedang pergi ke kantin sekedar jajan di jam pelajaran itu diam-diam saja. Tidak seperti ketiga cewek itu yang justru tertawa cekikikan sembari menikmati makanan yang mereka beli. Pantas saja kalau Bu Rena berhasil memergoki mereka, karena ruangan beliau tepat bersebelahan dengan kantin.

LAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang