0.2 [ Jadian ]

7 1 0
                                    

Raga tersenyum miring, kemudian menjawab,

"Oke. Gue terima tantangannya."

Arul dan Arya mengangguk bersamaan. Lalu ketiganya bertos.

🍂🍂🍂

Clarena berlari kencang menuju kantin. Padahal, bel istirahat baru saja selesai berbunyi. Perutnya benar-benar membuat gadis itu menggila. Sampai dikantin, tempat itu masih lumayan sepi. Baru ada beberapa murid yang memang sudah sampai kantin karena mungkin jarak kelas dengan kantinnya berdekatan.

Gadis itu berhenti di meja panjang dengan bangku sama panjangnya juga. Mengatur napasnya yang sangat ngos-ngosan. Bukannya mengantre, Clarena justru mendaratkan bokongnya di bangku itu. Tidak lama Kalia dan Lisa sampai. Keduanya cekikikan seperti membicarakan hal yang sangat lucu.

"Udah pesen makanan, Cla?" Kalia ikut mendaratkan bokongnya di sebelah Clarena.

Menggeleng seraya tersenyum dengan memiliki maksud terselubung, Clarena menarik lengan Lisa yang sedang melihat-lihat jajaran tukang makanan berbeda-beda ditempat tersebut. Lisa menoleh.

"Mau titip ya? Hehe," benar saja dugaannya. Clarena ini selalu menitip dengannya. Bisa dihitung dengan jari temannya itu pergi mengantre sendiri membeli makanan untuk dirinya sendiri.

Lisa mendengus sebal. "Mau apa?"

"Bakso sama teh botol. Kayak biasa teh botolnya dituang ke gelas sama kasihin es batu ya, Lis. Tengkyu honey," Clarena memberikan gerakan kiss pada temannya yang pengertian itu.

Lisa mengangguk. "Lo makan apaan, Li?"

Kalia berpikir sejenak. "Mau es jeruk aja ah. Gue gak laper." dan Lisa mengangguk.

Sambil menunggu Lisa, Clarena mengeluarkan handphone dengan merk ternama berlambang apel separo itu. Menyalakan mode data karena sejak pagi sengaja ia matikan, dan hanya menghidupkan mode pesawat saja. Bukan dengan alasan ingin menghemat baterai, tapi ia sedang malas melihat notifikasi-notifikasi tidak penting dari berbagai sosial medianya, terutama yang paling banyak adalah Line. Kebanyakan juga yang mengechatnya di Line adalah anak laki-laki. ia sendiri bingung mengapa id Linenya dengan mudah tersebar begitu saja.

Tuhkan. Baru saja dibicarakan, banyak sekali notifikasi di handphonenya. Kalau begini bisa lemot karena handphonenya menerima terlalu banyak notifikasi seperti ini.

Clarena berdecak. Membuat pandangan Kalia beralih menatapnya bingung.

"Kenapa, Cla?"

"Ini gue heran, kenapa coba banyak banget yang ngechat gue di Line. Gue risih banget njir," aduhnya diakhiri dengan umpatan kesal.

"Blok aja kalo gitu. Gampang, kan?" ya benar. Ide cemerlang dari seorang Kalia. Tapi memblok orang sebanyak itu? Oh ayolah, Clarena mana mau merepotkan dirinya dengan hal kurang kerjaan seperti itu.

Malas memikirkan soal Line, Clarena memilih membuka aplikasi sosial media lainnya, yaitu Instagram.

Ada notifikasi beberapa pengikut baru. Clarena mengabaikannya. Banyak yang mengiriminya pesan di DM menyuruhnya memfollback akun-akun yang tidak dikenalnya itu. Dan lagi, gadis itu mengabaikannya. Bukannya ingin sombong atau apapun itu semacamnya tapi, Clarena hanya akan memfollback orang-orang yang ia kenal saja.

 Bukannya ingin sombong atau apapun itu semacamnya tapi, Clarena hanya akan memfollback orang-orang yang ia kenal saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang