Pakaiannya terkoyak, tubuhnya yang lebam berlumur darah dan dipenuhi dengan luka. Tapi rasa sakit ditubuhnya tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada dihatinya, karna rasanya lebih menyakitkan bagai ter iris-iris pisau berulang-ulang. Darah segar masih mengalir dari keningnya yang terbentur dinding putih yang sekarang sudah berubah warna menjadi bercak-bercak merah kecoklatan, aroma darah memenuhi rongga hidungnya, rasa besi dibibirnya pun mulai menyebar dan berusaha ia telan untuk mengurangi rasa perih ditenggorokannya.
Rona berusaha mengumpulkan suaranya. Sejenak ia memejamkan kelopak matanya yang terasa berat, sebelum berusaha untuk merayap kembali mengabaikan rasa sakit disekujur tubuhnya, dengan menggunakan sebelah lengan kanannya yang tidak cedera ia menopang setengah tubuhnya dan mencodongkannya tubuhnya kedepan hingga ia berhasil menggapai ponsel yang tergeletak dilantai dihadapannya.
Setelah berhasil meraih telepon genggam itu dengan gemetar ia menekan beberapa tombol-tombol nomor kontak darurat untuk bantuan. Sambil mendengarkan beberapa dering dan menunggu jawaban diseberang ia mengusap sebelah matanya yang terasa lebam dan panas. Ia sadar saat ini ia tidak mampu menggerakkan sebelah kakinya. Entah itu cedera atau terluka ia tidak memedulikan rasa sakitnya. Belum saatnya untuk menyerah sekarang pikirnya.
Ia kembali berusaha mengumpulkan sisa- sisa tenaganya untuk tetap bertahan dan menjaga kesadarannya. Ia membuka sedikit mulutnya, menghela dan menghirup udara semampunya karna tidak memungkinkan lagi baginya bernapas melalui hidung, yang saat ini masih mengeluarkan darah.
"Halo, Selamat siang!? suara seorang wanita diseberang dari ponsel yang ia genggam menyadarkannya, dengan kuat ia berusaha mengeluarkan suaranya, tenggorokkannya masih terasa sakit dan teramat kering dan perih.
tolong!!! Ucapnya dengan suara parau. Tolooong!!! Bisiknya kembali berusaha mengumpulkan sisa -sisa tenaganya, "Tolooong selamatkan ibuku !!!!!! teriaknya dengan kuat dan sesenggukan karna derasnya air mata yang tanpa sadar ia tahan sedari tadi sebelum semua menjadi kabur dan gelap.
Tolong....
RONA POV ( Point of view)
Kosong dan hampa itu yang saat ini aku rasakan...
Aku mungkin hanya bisa menatap langit - langit putih dalam ruangan ini atau mungkin hanya bisa berdiam diri dibalik jendela kamar rumah sakit. aku terkadang hanya menatap matahari itu terbit hingga akhirnya itu terbenam dan digantikan dengan pemandangan kerlap kerlip lampu malam yang ada di setiap gedung- gedung dan bangunan- bangunan yang ada dibawah dan diseberang kamarku, aku juga bisa melihat kerlap kerlip lampu kendaraan yang lalu lalang dibawah dan diseberang jalan ketika gelap menyelimuti kota.Aroma disinfektan dan aroma kain yang baru dibersihkan selalu memenuhi udara diruangan ini dan penciumanku. Entah ini sudah berapa lama, aku tidak pernah memperdulikan waktu. aku hanya menghabiskan setiap waktuku seperti ini, dan sepertinya waktu sedang berduka dan memberikan banyak hari untuk aku nikmati tanpa harus aku perhitungkan. terkadang tanpa sadar akhirnya aku jatuh tertidur dan terbangun kembali karna mimpi buruk yang tidak jelas dapat kuingat tapi tetap menghantui diriku dan itu masih terasa jelas menyentuh dan menyakitiku.
Mungkin tubuhku sudah berangsur-angsur kembali pulih, karena beberapa lebam sudah mulai terlihat tampak menghilang dan meninggalkan warna-warna kebiruan dan keunguan disekitar kulitku yang putih pucat, luka-luka disekujur tubuh, lengan dan kakiku juga meninggalkan sedikit bekas luka yang tampak sedikit memprihatinkan. dan itu terkadang membuatku bertanya-tanya "apa yang sudah terjadi pada dirimu tubuh ??"
Bahkan luka dikeningku meninggalkan sedikit bekas jahitan yang mungkin akan tetap membekas untuk seumur hidupku. tapi entah mengapa lebih dari itu aku merasakan luka yang masih menganga dan berdarah didalam diriku, terkadang aku merasa seperti ingin menjerit sekuat-kuatnya dan menangis sejadi-jadinya karna menahan rasa sakit atas kekosongan yang ada didalam hatiku tapi tetap air mata ini seperti kering, tidak satetes air mata yang bisa aku tumpahkan sepertinya airmata itu sudah membeku bersama perasaanku.
Aku berusaha untuk tidak peduli dengan perasaan yang menyakitkan ini tapi sepertinya sakit ini terus menggerogoti dan membunuh perasaanku. aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuk diriku tapi tetap aku tidak mengetahui, itu apa? yang ada hanya kekosongan dan kehampaan.
Untuk beberapa waktu para perawat atau dokter datang untuk mengecek dan mendiagnosa keadaanku, mereka dengan ramah berusaha mengajakku berbincang atau hanya mencoba menyapa untuk menghiburku tapi aku hanya bisa menatap kosong tanpa tahu harus mengatakan apa, tidak ada yang benar- benar aku hiraukan. Dan tidak ada yang benar-benar aku pikirkan. Sepertinya hati dan otakku sudah tidak berfungsi dan bekerja lagi, ini hanya berupa sebuah raga kosong yang semata-mata berpura-pura hidup.
"Selamat pagi rona? Ucap seorang perawat menyapaku, ia tersenyum sambil menyiapkan beberapa mangkuk makanan dan minuman disebuah meja lipat dan menyodorkannya dihadapanku seperti biasanya.
"Bagaimana kabarmu hari ini? Tanyanya tanpa memperdulikan diamku. Ia tersenyum menatapku dengan tatapan mata itu, tatapan mata yang memancarkan rasa iba, tatapan rasa iba yang mungkin kutemukan hampir disetiap mata yang memandangku, rasa iba dan kasihan, dan aku tidak mengerti kenapa tatapan itu membuatku lebih membenci diriku sendiri.
Aku memalingkan wajahku, berpaling menatap kearah jendela yand ada disampingku.
"Waahh hari ini cuaca cukup cerah ya", ungkapnya menyingkap tirai jendela kamar dan kembali berbalik menatapku yang hanya terdiam menatap cahaya matahari yang langsung menerobos masuk dari balik jendela itu menyinari seluruh ruangan dan memberikan sedikit kehangatan dikulitku. aku mengangkat sebelah telapak tanganku dan menghela sinar matahari yang menyentuh wajahku. dan Cahaya matahari itu tampak bersinar dari celah- celah jemari tanganku.
"Apa yang ingin kau lakukan hari ini hmmm?" Tanyanya kembali disampingku dan mulai menyisir rambut hitamku yang sudah mulai panjang melewati pinggang.
"Kita bisa berjalan-jalan ditaman menikmati cuaca yang cerah," lanjutnya.
Aku hanya termenung memikirkan pertanyaannya. "Apa yang ingin aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan? Pikirku atau adakah yang harus aku lakukan? Pertanyaan itu mulai berputar-putar dikepalaku hingga tanpa sadar perawat itu sudah kembali lagi bersama sebuah kursi roda dihadapannya dan membantuku menaikinya.
Ia mulai mendorongku yang berada dikursi roda keluar dari kamar menuju lorong diluar melewati beberapa kamar-kamar yang berderet disepanjang lorong rumah sakit ini. Beberapa orang lalu lalang disepanjang lorong dan menyapa para perawat dan dokter, dan ada beberapa orang juga yang aku perhatikan memakai pakaian yang sama denganku yang berarti mungkin mereka adalah seorang pasien disini sama sepertiku.
Ia berhenti didepan sebuah lift dan menekan tombol disebelahnya setelah beberapa bunyi denting, lift itu pun terbuka dan membawa kami turun menuju kelantai bawah, ia kembali mendorong kursi rodaku melewati dua pintu kaca besar dan akhirnya kami keluar dari bangunan utama dan masuk melintasi halaman berumput yang luas yang ada dihadapan bangunan rumah sakit ini.
Aroma rumput dan bunga yang sejuk langsung menyeruak menyambutku, beberapa bangku-bangku kayu berwarna putih berderet disepanjang pinggir podium taman sampai ketengah podium yang berbentuk seperti lingkaran dan manyemburkan riak air mancur yang indah dan tumpah mengalir kebawah sebuah kolam mata air yang jernih.
Matahari masih bersinar cerah menampakkan kilauan- kilauan cantiknya dari permukaan kolam.
Beberapa petak tanaman bunga daisy berjajar rapi disepanjang pinggir kolam mengeluarkan aroma seperti yang selalu aku bayangkan.
Beberapa petak tanaman bunga -bunga yang lain juga berjajar rapi disepanjang halaman berumput ini dengan warna-warna yang cantik menghiasi halaman. langit terlihat lebih biru dari sini,pikirku.
Angin sepoi-sepoi mulai meniup helai -helai rambutku dan bermain-main menyentuh wajahku dengan lembut, perasaan tenang dan damai ini menyelimutiku sampai akhirnya aku memejamkan mataku. Ada ingatan yang segera muncul dipikiranku "bunga daisy" bisikku, aku selalu menyukai aroma bunga daisy, pikirku.
Dan ini adalah ingatan pertama yang bisa kuingat tentang diriku.•••
Bunga Daisy
Daisy melambangkan kepolosan, kemurnian, kesetiaan, kesucian, kelembutan, dan kesederhanaan. Konon sebagian menafsirkan bunga daisy adalah arti dari keceriaan anak-anak dan kekuatan cinta yang mampu mengalahkan segalanya.
Selain itu menurut legenda bunga Daisy berasal dari seorang Peri yang berubah menjadi bunga liar yang anggun tapi tak menawan agar tidak terusik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang-bayang Rona
Teen FictionRona seorang gadis misterius yang diketahui tidak memiliki keluarga ataupun kerabat dekat, ia tidak mengetahui asal usul dirinya yang jelas. Yang dapat ia ingat hanya perasaan trauma atas pelecehan dan kekerasan yang telah ia alami selama 16 tahun k...