Bagian 6. Gadis itu

26 3 0
                                    

MAYA POV

Aku membelalakkan mataku terkejut dengan apa yang baru saja terjadi dihadapanku.
Sesaat seisi kantin seperti membeku.
Dan Hening...

Rona masih tetap berada disana, berdiri tegak dihadapanku tanpa bergeming sedikitpun seolah-olah sejak awal ia memang sudah berada disana bukan berdiri disampingku.

Monica pun masih berdiri angkuh disana terlihat membelalakkan matanya kearah Rona dengan sorot mata tak percaya.

Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah Rona karna rambut panjangnya yang jatuh menutupi sebagian wajahnya yang terkena tamparan Monica.

Tidak ada respon apapun dari Rona, ia hanya menatap Monica dengan sorot mata yang tidak terbaca olehku.
Aura itu, aura mengerikan itu mulai kembali terasa disekitarnya.
Membuat perasaan dingin menjalar ditubuhku.

Aku mencoba menggapai lengan Rona sebelum ia mulai melangkah maju dan mendekat kehadapan Monica sampai wajah mereka hanya berjarak beberapa cm, lalu dengan santai Rona menelengkan kepalanya kesamping wajah Monica dan mendekatkan bibirnya yang berbisik sesuatu ke arah telinga Monica.

Aku tidak dapat mendengar jelas apa yang Rona bisikkan pada Monica, tapi aku bisa melihat dengan jelas perubahan sorot mata pada wajah Monica yang berubah menjadi sorot ketakutan dan ketidakberdayaan.

Sebelum aku bisa mengatakan apapun, Suara Bapak Darma guru olah raga kami memecah kerumunan disekitar kami.
Dengan cepat aku mendorong Rona menjauh kesamping kedalam kerumunan.
Aku tidak mungkin membiarkannya terkena masalah dihari pertamanya disekolah, tidak karna kecerobohanku. Pikirku.

Akhirnya, Bapak Darma membawaku dan Monica ke ruang BK. Setelah sebelumnya membubarkan kerumunan para siswa dan siswi dikantin karna kejadian ini.

Aku dan Monica duduk bersebelahan dihadapan Bapak Darma yang duduk dibalik mejanya diseberang kami.
Dan interogasi pun dimulai.

•••

RONA POV

Aku mengatup erat bibirku, rasa besi terasa menyebar didalam mulutku. Rasa panas dipipiku mulai menjalar diwajahku.
Rasa sakit ini terasa tidak asing bagiku.
Aku kembali menatap Monica dihadapanku.
Hanya satu hal yang ingin kuperjelas padanya, pikirku.

Dan mulai melangkah maju mendekati Monica sebelum Maya menggapai lenganku tapi kuabaikan.
Aku tetap melangkah maju kearahnya hingga aku bisa merasakan napasnya diwajahku.
Dengan perasaan yang pernah kukenal sebelumnya, aku menelengkan wajahku mendekat ketelinganya dan berbisik lirih
"Jika kau berpikir bisa menyentuh dan menyakiti Maya lagi, aku tidak akan berpikir dua kali untuk menyakiti atau mungkin memotong tangan cantikmu ini,"ungkapku "dan kau tidak akan berhenti merasakan sakitnya hingga kau berpikir untuk lebih memilih mati" bisikku dengan nada penuh ancaman.

Sesaat aku tidak mengerti apa yang baru saja kulakukan, tapi perasaan ini seperti sudah pernah ada dibenakku.
Apakah sebelumnya aku adalah seorang yang sekejam ini?Tanyaku.

Aku... Aku mulai ragu akan diriku sendiri, sekilas bayang-bayang gelap itu mulai muncul dipikiranku, aku berusaha untuk tetap bernapas dan mendorong semua bayangan -bayangan jahat itu dari pikiranku.

Sampai suara teriakan seorang pria membuyarkan pikiranku dan membawa kesadaranku kembali ke saat ini. Kerumunan disekitar kami mulai berlarian.

Sebelum aku sepenuhnya sadar akan sekitarku, Maya mendorongku menjauh kedalam kerumunan siswa dan siswi yang ada dikantin.

Setelah Maya mendorongku menjauh, aku membaur dalam kerumunan dihadapanku.
Kenapa Maya tidak membiarkanku untuk ikut bertanggung jawab bersamanya? Pikirku, tapi aku juga tidak mau menimbulkan masalah dihari pertamaku ini, dan itu akan sangat mengecewakan Dokter Laras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bayang-bayang RonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang