P R O L O G

5.8K 263 34
                                    

Semesta selalu mempunyai berbagai cara untuk membuat setiap insan di bumi merasakan perih yang teramat dalam.

~andira camelia~

~oo0oo~

Andira menatap takdir dan hidupnya yang begitu kelam, malam yang dingin dan hampa seperti menggambarkan apa yang andira rasakan saat ini

Andira berdiri di bawah gemuruh hujan yang sedang membasahi dirinya, dirinya sekarang hancur dan tidak tertata lagi, ia pasrah dengan apa yang terjadi setelah ini kepada dirinya, karena mungkin hidup andira sudah berhenti semenjak ia tahu semuanya

Ia hancur, rapuh dan lapuk ketika melihat semua yang terjadi hari ini.

Ia menangis bersama dengan hujan yang turun membasahi kota bandung, impian yang ia impi impikan sejak dulu kini menjadi sebuah kenyataan yang begitu pahit.

Ia pikir hidupnya akan berangsur angsur membaik, tetapi salah ternyata ini kenyataannya, ia kehilangan semuanya.

Hujan dan malam ini yang akan menjadi saksi betapa hancurnya andira, ia memejamkan matanya menolak memori tentang kejadian tadi untuk ter ingat di benaknya.

Namun ternyata memori itu akan selalu membekas pada diri andira.

Andira menatap semua orang yang berada di rungan ini dengan tatapan yang sangat tajam dan wajah yang datar.

"andira" panggil seorang wanita paruh baya dari arah depan andira sambil merangkul gadis remaja yang berada di samping wanita itu.

Andira tersenyum getir, seharusnya ia yang berada di dalam rangkulan itu juga, namun mau bagaimana lagi? Ia hanya sampah yang tidak pernah di inginkan oleh mereka.

"andira maafkan mama" ucap wanita itu lagi dengan tatapan sendu, ya! Andira melihat tatapan itu.

"i don't can for call you mom" ucap andira masih dengan wajah datar tanpa ekspresi "karena ikatan itu terlepas semenjak hari dimana anda...." andira tidak bisa melanjutkan perkataannya, bahkan untuk mengingatnya lagi membuat hati andira berdesir hebat.

"andira maafkan kami semua, kami tahu kami salah tapi tolong kembalilah" pinta seorang wanita lanjut usia yang duduk di kursi roda, wajah yang sudah cukup keriput menandakan bahwa wanita itu sudah cukup lemah.

Cukup, cukup andira tidak ingin lagi mendengarkan kata maaf yang sudah terlambat mereka lontarkan.

"untuk apa saya kembali? Bukankah ini yang kalian inginkan? Saya pergi jauh tanpa ikatan dari kalian" ucap andira

"andira tolong, kami menyesal dengan perbuatan kami dulu" kali ini seorang pria paru baya meminta kepada andira dan jangan lupakan juga pria itu tengah merangkul hangat lelaki remaja di sampingnya.

Keluarga yang harmonis bukan? Lalu untuk apa andira di sini? Ia bukan siapa siapa dan ia hanya orang asing.

"17 tahun waktu yang tidak cukup singkat untuk melupakan kepahitan hidup yang saya alami, saya pikir saya hidup di bumi ini karena sebuah keinginan tetapi salah saya berada di bumi karena sebuah kesalahan" lirih andira

Semua orang kembali terdiam, mereka menatap andira dengan tatapan bersalah seharusnya mereka tidak melakukan itu kepada andira dulu.

"andira plis, jangan benci papa sama mama" pinta lelaki remaja itu sembari menatap andira penuh mohon.

Andira tersenyum miring "saya tidak pernah membenci siapapun, mereka yang membenci saya dan mungkin kamu juga"

Semua tercengang ternyata kejadian yang mereka lakukan dulu sangat membuat andira terluka hebat.

"baiklah, kamu bisa tidak menerima kami kembali, tapi tolong jangan pernah benci saudara saudaramu, mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi" tutur seorang pria paruh baya itu dengan nada yang memohon.

Saudara? Apakah andira mempunyai ikatan dengan mereka? Apakah mereka masih menganggap andira?

Andira tersenyum kecut "mereka bukan siapa siapa saya" ucap andira tenang namun mereka bisa merasakan bahwa andira saat ini sedang membentak mereka.

"kalian hidup dengan penuh kasih sayang yang sangat berlebih, lalu saya? Bahkan untuk menafkahi diri saya sendiri saja saya perlu banting tulang untuk itu, it's oke saya tidak mempermasalahkan itu lagi, saya ikhlas" lanjut andira bersamaan dengan air mata yang lolos dari kelopak matanya.

Gadis remaja yang berada di rangkulan sang ibundanya berjalan perlahan menghampiri andira, ia pasti tahu andira sangat terpukul mengenai ini semua.

"jangan mendekat!" bentak andira sambil berjalan mundur.

"andira bisakah kau memberi kami kesempatan kedua?" pinta gadis itu

"masih berhak kah kalian meminta kesempatan? Setelah saya mengetahui apa yang tidak mudah untuk saya terima? Saya juga manusia, saya amanah dari Allah tapi kalian malah menganggap saya tiada, saya minta maaf mungkin saya berdosa karena telah berkata demikian, jadi supaya ini tidak berlanjut lagi, mohon jangan pernah muncul lagi di hadapan saya, saya ingin hidup mandiri seperti masih bayi yang tidak memiliki orang tua" jelas andira panjang lebar

"tidak! Kamu adalah bagian dari keluarga ini, kamu anak pertama dari keluarga ini" ucap sang pria paru baya tidak terima dengan keputusan yang sudah andira ambil

"anggap saja saya telah tiada setelah istri anda melahirkan saya"

"andira, dia ibu kamu" bentak seorang lelaki remaja kepada andira karena sudah menyebut ibunya sendiri dengan kata 'istri'

"dosa bukan? Jadi tolong biarkan saya PERGI" ucap andira dengan sengaja menekankan kata 'pergi'

"andira kamu pasti ingin bersama kami kan? Kamu pasti pernah berdoa untuk kembali dengan keluarga kamu bukan? Jadi tolong kembalilah, mama mohon hiks" lirih wanita paruh baya itu lagi dengan seraya menangis

Mendengar pertanyaan itu membuat senyum kecut andira kembali hadir "apakah kalian tahu aku mempunyai sebuah impian untuk memiliki keluarga yang utuh, namun setelah melihat siapa keluargaku dan apa alasan mereka membungku bahkan impian itu berubah menjadi sebuah kepahitan yang sulit untuk di cerna" ucap andira dengan mengubah kata 'saya' menjadi 'aku'

ARGHH, andira berteriak di bawah gemuruh hujan yang melanda, hujan seperti tahu apa yang ia rasakan malam ini.

Sudah cukup penderitaan yang andira rasakan saat ini, ia harus punya kehidupan yang bahagia kelak.

Apakah andira bisa menata hidupnya lagi setelah ini? Kejadian tadi membuat semangat andira untuk hidup menjadi musnah

Tidak, andira hanya lelah bukan kalah, dunia memang seperti ini selalu mempermainkan setiap insan untuk mendapatkan pengalaman.

Andira harus bangkit, ia butuh masa depan yang cerah dengan cara meninggalkan masa lalunya.

Ya! Dia harus pergi dari tempat ini, tempat dimana ia merasakan rasa yang seharusnya tidak ia rasakan.

Andira mengangkat kepalanya menatap langit malam yang sedang menangis bersama dirinya, rintik hujan kini mulai mengenai matanya yang sudah bengkak karena menangis!

Mulai saat ini andira akan menangis ketika hujan datang, karena hujan adalah air mata andira yang jatuh karena air yang turun.

Semesta selalu mempunyai berbagai cara untuk membuat setiap insan di bumi merasakan perih yang teramat dalam.

------------

Sequel my psycopath man 🎉

Seneng nggak di buatin sequel? 😅

Vote dan comennya di banyakin ya :)

Sebuah Impian (Ar & An)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang