"Cih, Kau telat Yukito!" Sapa Min yang masih memakai baju sekolah dan sudah duduk bersandar dengan santai di salah satu kursi panjang di taman, sambil melihat ke kumpulan bintang dilangit dan menggigit pocky coklat di mulutnya.
Aku sudah sampai di depan jalan masuk taman samping sekolah yang berjarak sekitar 800 meter dari rumah ku. Kemudian aku mulai menundukkan badanku dan mengatur nafasku yang terengah-engah akibat berlari dengan terburu-buru.
"Hehh... Hehh..." lalu melanjutkan perkataanku sambil mulai mengangkat kepalaku dan mengarahkan mataku ke Min. "Ma... Maaf Min-san!" Aku padahal sudah......" Terdiam dan Terkejut.
Aku hanya melihat Min yang menatap ke atas dengan tongkat baseballnya dan sedang duduk di taman tanpa memperhatikanku sedikitpun.
"Eheh? A... Apakah aku benar-benar terlambat?" Kataku dengan sedikit tawa gugup.
"Entahlah" Jawab Min dengan santai.
"Heee?!" Sambil memasang wajah yang terlihat sangat malas dan kebingungan.
Lalu aku mendatangi Min yang sedang duduk santai dan duduk di sebelahnya dengan sedikit gugup dan membuat sedikit jarak yang menurutku merupakan faktor yang mendukung keamanan hidupku.
"Tangkap ini!" Ia melemparkan sesuatu berbentuk kotak kecil berwarna pink kepadaku.
"Hehh?" Responku kaget sambil mencoba menangkap kotak kecil tersebut. Namun sayangnya, aku tidak mampu menangkap kotak kecil itu dan menjatuhkannya ke tanah.
"Apa ini? Pocky?" Sambil mengambil kotak pocky yang terjatuh di tanah.
"Aku penasaran dengan pocky rasa strawberry yang baru, jadi aku membelinya. Dan rasanya tidak sesuai dengan seleraku"
"Terima kasih Min-san" Kataku dengan gugup.
Min tidak berkata apapun lagi setelah ucapan terima kasih yang aku lontarkan kepadanya. Lagipula, kali ini aku sangat beruntung karena tidak terkena omelan darinya karena telah membuatnya menunggu.
"Hei Yukito..." Kata Min dengan santai dan masih menatap ke atas.
"Em?" Responku sedikit bingung.
"Apa menurutmu, orang-orang seperti Fajar pantas hidup di dunia ini?"
Aku sangat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Min kepadaku. Sepertinya ia juga telah melihat rekaman tentang hancurnya Kyoto yang baru di siarkan tadi. Dengan pertanyaan seperti itu, aku dapat dengan mudah menyimpulkan jika Min mempunyai pemikiran yang sama denganku, yaitu memusnahkan Fajar.Tetapi, aku hanya bisa menundukkan kepalaku dan berkata dengan pelan.
"Entahlah..."
Lalu Min langsung menjawabnya dengan tenang.
"Kyoto adalah kampung halamanku, dan sekarang..."
"Min san..." Kataku yang terkejut dengan perkataannya.
Dan seketika, suasana di sekitar kita berubah menjadi sangat sunyi. Hanya angin malam dingin yang dapat bergerak sesukanya mengitari dan membuat kami tenang. Aku benar-benar tidak ingin mengatakan apapun sekarang. Salah sedikit saja, mungkin kata-kata dari mulutku ini bisa membuat Min tersinggung. Aku bisa sedikit menebak apa yang sedang ia rasakan sekarang. Namun mengingat dirinya adalah Min, ia pasti tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depanku atau yang lainnya. Muka tenang di wajahnya itu mungkin adalah sebuah peran untuk menutupi kesedihannya tersebut.
Lalu setelah berdiam diri hampir dua menit lamanya, Min mulai mengangkat tongkat baseballnya itu, dan mengarahkannya ke langit dan menggoyang-goyangkannya sedikit dengan tangan kanannya, sambil berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Miracles -On Going-
FantasyBenih Dunia adalah sesuatu yang membuat Dunia ini berjalan dengan damai hingga sekarang. Dengan adanya Benih Dunia umat manusia tidak perlu khawatir lagi dengan Sumber daya di dunia yang semakin menipis. Benih Dunia adalah sesuatu yang dapat mengisi...