Aku duduk di kursi ku yang berada di paling belakang pojok kiri dekat jendela, sedang menopang pipi kanan ku dengan tangan kanan ku sambil memperhatikan dari jendela sekumpulan burung pipit yang sedang terbang bebas di langit.
"Seandainya aku mempunyai sayap, aku pasti bisa menikmati pemandangan dunia ini lebih dalam lagi" khayalku dalam hati.
"Pagi..." "Pagi..." "Pagi..." Terdengar suara saling menyapa diantara teman-teman sekelasku yang sedang memasuki ruang kelas. Saat sekumpulan burung pipit itu telah pergi menghilang dari pandanganku, aku mulai melirik tanpa mengubah posisi tanganku yang masih menopang pipi sambil memperhatikan suasana kelas yang nyaman dan sedang bersahabat. Ada yang bergosip, memainkan video game, mendengarkan musik, dan membaca komik. Dan juga pemandangan dari beberapa murid baru mulai mengerjakan PR mereka disekolah. Aku berpikir dan menatap kesal mereka, "apakah kehidupan mereka benar-benar sibuk atau mereka benar-benar tidak memiliki motivasi dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas mereka. Terlebih lagi, kebanyakan diantara mereka adalah kaum laki-laki. Bukankah seharusnya seorang laki-laki harus lebih rajin dalam belajar dan mengajar nilai yang optimal dibandingkan dengan perempuan? Secara fakta bahwa laki-laki lah yang wajib mencari nafkah untuk keluarganya di masa depan nanti. Dengan kemampuan dan nilai yang minim, apakah presentase kesempatan mendapatkan kerja dan penghasilan yang memuaskan akan selalu sama dengan orang-orang yang bersungguh-sungguh? Walaupun presentasenya ada, tapi pasti kecil sekali kesempatan yang akan mereka dapatkan. Setelah diberkahi dunia yang indah ini, Apakah mereka tidak merasa berdosa melakukan hal seperti itu? Lalu, ketika kehidupan mereka terpuruk di masa depan nanti, apakah mereka akan mengatakan dunia yang tidak bersalah ini sebagai dunia yang sangat kejam bagi mereka? Berbagai macam pertanyaan bercampur aduk di pikiranku, aku memang benar-benar tidak tahan dengan orang-orang yang nantinya bakal menyalahkan Tuhan atau dunia yang indah ini. Bahkan saat mulai kehabisan sumber daya saja, banyak orang-orang yang kehilangan akal sehat dan saling berperang satu sama lain.
"Hfft..." aku menghela nafasku sejenak dan mencoba melupakan semua itu karena tidak baik bagiku untuk mengkritik kehidupan orang-orang yang bahkan tidak akrab denganku. Kecuali jika mereka memang menyalahkan dunia ini, mungkin aku akan segera bertindak sedikit.
BRAKK!!! Suara benturan pintu kelas yang terbuka sangat keras, menyita perhatian murid-murid satu kelas yang tiba-tiba memasang ekspresi kaget dan ketakutan kecuali diriku yang hanya menggerakkan bola mataku kearah pintu kelas. Wajar saja, sejak SMP aku telah terbiasa dengan suasana aneh setiap paginya yang dibuat oleh orang yang sama.
"Yo Semua!" Ia tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya yang memegang sebuah komik dengan ibu jari yang menahan bagian dari halaman komik agar tidak tertutup. Seorang gadis tomboy berkacamata merah dengan mata hitam dan rambut coklat bergelombang yg agak pendek muncul dari balik pintu ruang kelas yang baru saja dibukanya. Gadis tomboy yang berpenampilan cukup berantakan dengan pocky rasa coklat yang menyangkut dimulut seperti layaknya sebuah rokok, Tongkat baseball yang sedang di ayun-ayunkan di tangan kirinya, lengan baju yang digulung sampai ke bahu, dan jaket merah yang diikat disekitar pinggang. Walaupun sikap dan penampilannya sering ditakuti disekolah. Ia sebenarnya adalah orang yang santai dan mudah berkawan begitu kau mengenalnya. Tongkat baseball yang berada di tangan kirinya tersebut bukan untuk mempersiapkan diri mengikuti kegiatan club baseball di sekolah, Melainkan sebagai senjata yang akan di luncurkan ke orang-orang yang membuatnya kesal.
"Se.. selamat pagi Min-san!" Semua murid kecuali diriku yang sedang berpaling dan pura-pura menikmati pemandangan langit luas menyapanya dengan ekspresi panik. Ia adalah Min teman baikku saat masih smp, ia adalah gadis yang pemarah namun bisa sangat membantu ketika kau ada masalah. Namun ketika ia sedang marah besar, tidak akan ada satupun orang yang berani menghentikan Min dengan tongkat baseball kesayangannya itu. Aku juga sempat berpikir, kenapa pihak sekolah memberikan izin spesial agar Min dapat membawa tongkat baseball menakutkan itu kemanapun ia suka. Apakah pihak sekolah mengganggap Min sebagai murid khusus ataukah Pihak sekolah juga merasa ketakutan dengan kehadiran Min di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Miracles -On Going-
FantasiBenih Dunia adalah sesuatu yang membuat Dunia ini berjalan dengan damai hingga sekarang. Dengan adanya Benih Dunia umat manusia tidak perlu khawatir lagi dengan Sumber daya di dunia yang semakin menipis. Benih Dunia adalah sesuatu yang dapat mengisi...