If you're on your own in this life
The days and nights are long
When you think you've had too much
Of this life to hang on
Well, everybody hurts sometimes
Everybody cries
Everybody hurts, sometimes_________________________________________
Leo memijaki tangga demi tangga yang menuju kearah kamar kost nya. Pukul 5 sore akhirnya Leo sampai juga ke kost nya dengan keadaan hampir 100% lemas. Setelah berdiam diri selama kurang lebih 3 jam di dalam toilet dan memastikan kalau kampus sepi, Leo akhirnya berlari ke parkiran dengan bermodal outer nya yang dia balurkan keatas kepalanya demi menutupi wajah nya.
Seperti dugaan, wajah Leo mulai terlihat bercak merah-merah perkara alerginya. Ditambah lagi sekarang Leo merasa tubuhnya menggigil padahal udara sore hari itu tidak terlalu dingin. Jadilah sebelum ada orang lain yang melihatnya seperti itu, Leo memilih buru-buru pulang. Dia sampai tidak mengecek apakah Allana sudah pulang atau belum. Tapi sepertinya sudah, karena Leo yakin Faris punya 1001 macam alasan untuk mengajak Allana pulang.
Baru sampai di dua tangga terkhir, Leo bisa melihat seseorang berdiri di depan pintu kamar kost nya. Dengan posisi menyandarkan bahunya ke kusen pintu dan menutupi kepalanya dengan tudung hoodie. Dari postur tubuh nya, Leo merasa sedikit familiar. Tapi Leo juga tidak terlalu yakin sebab keadaan disana remang-remang karena lampu lorong kost nya yang belum dinyalakan.
"Le!"
Barulah setelah mendengar suara itu, Leo tau kalau itu adalah seorang laki-laki yang hampir Leo pukul saat di gazebo tadi. Arsen. Dia sendirian di sana entah sudah sejak kapan. Namun dari raut wajahnya, Arsen terlihat sudah cukup lama menunggu disana.
"Sen," balas Leo dengan nada pelan sebab masih merasa lemas.
"Lo darimana aja anjir. Gue udah hampir jadi prasasti nungguin lo disini daritadi. Mana serem bet kaya lagi syuting film suzana." Ocehan Arsen mewarnai langkah letih Leo. Alih-alih menjawab, Leo justru merogoh kantong celana nya, mengeluarkan access card nya, lantas masuk lebih dulu. Disusul Arsen yang mengikuti langkah Leo. Kedua laki-laki itu mulai membisu begitu sudah sepenuhnya masuk ke kamar. Bahkan saat melihat Leo membuka gorden jendela kamar nya, Arsen masih berdiri tegak di ambang pintu masuk.
"Btw kamar kost lo enak banget Le. Beda banget sama kontrakan gue yang kaya penangkaran satwa. Mana nggak ada AC nya. Berasa lagi dikumpulin di padang mahsyar versi low budget nya," kata Arsen memecah keheningan, dengan nada sedikit bercanda. Mencoba sebisa mungkin membuat mereka tidak merasa canggung. Namun sayang nya Leo tidak bereaksi apa-apa selain tetap melanjutkan kegiatan rutin nya setiap pulang dari kampus. Seperti menyalakan lampu, membuka gorden dan jendela, menyalakan AC, dan semacamnya.
Merasa atmosfer nya belum pas untuk bercanda, Arsen lantas berdeham. Ekspresinya mendadak berubah serius.
"Le, gue kesini mau minta maaf sama lo. Gue nggak pernah bermaksud buat jelek-jelekin Ibu gue tadi." Arsen menyatukan kedua tangan nya kedepan. Menyiratkan kalau kalimat itu benar-benar sebuah kesungguhan dari hatinya. Arsen tidak mau kalau mereka sampai harus perang dingin. Apalagi Leo bukan sembarang orang yang bisa Arsen hindari. Rasanya tidak baik saja sesama teman dekat menyimpan masalah terlalu lama.
"Gue emang salah. Nggak seharusnya gue bilang kalimat kaya gitu. Sorry kalo kata-kata gue tadi bikin lo tersinggung Le," sambung Arsen, masih menyatukan kedua tangan nya kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Leo | Rj✔️
Romance❝2nd PART of Alan Allana (ON GOING) _______________________________________ "Leo, hidup itu kaya sebuah buku. Orang tua kita yang kasih sampul, dan kita yang tulis sendiri isi nya. Gimana indahnya isi itu, kita yang atur. Jadi gue harap, lo bisa tul...