I have died every day waiting for you
Darling, don't be afraid
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more_________________________________________
Allana tidak tau seberapa banyak Leo menyukai nasi goreng dan es jeruk susu dengan ukuran gelas besar. Yang Allana tau itu adalah menu andalan Leo setiap mereka berkunjung ke warung langganan mereka, warung nasi goreng Mang Asep. Seperti malam ini misalnya. Lagi-lagi Leo memesan menu yang sama.
Setelah menjalani rutinitas di kampus seperti biasanya, sore tadi Allana mendapati Leo sudah bersandar di motor nya saat gadis itu berjalan sendirian menuju ke halte bus. Leo bukanlah tipe yang akan mengabari apa-apa. Tapi dia lebih ke tiba-tiba muncul di depan Allana hanya untuk mengejutkan gadis itu dengan agenda keliling Bandung nya atau sekedar mengajak Allana makan di warung kaki lima selepas perkuliahan usai.
“Terus-terus? Mereka setuju nggak?”
Leo terkekeh kecil sembari menyuapkan sesuap nasi goreng kedalam mulutnya.
“Awalnya pada kaget dengernya. Tapi akhirnya mereka setuju kok. Malah pada mau jadi tim sukses nya nanti. Kalo Ocha sama Mark gimana?” tanya balik Leo. Kali ini membuat Allana semakin merapatkan duduk nya.
“Sama. Andai lo--- ah maksudnya, andai kamu ke kost aku tadi malem, heboh banget Le. Sampe Mbak Dewi nih, tetangga kost aku, dia sampe keluar kamar. Dikiranya ada kebakaran. Padahal itu Mark sama Ocha yang heboh gara-gara denger kamu ngelamar aku.”
Leo kembali terkekeh, lantas refleks mengusap saus kacang di ujung bibir Allana dengan tangan kosong nya. Dia sama sekali tidak berharap Allana akan mengganti panggilan mereka secepat ini. Tapi entah kenapa justru Allana yang yang ngotot untuk menggantinya segera. Katanya agar terbiasa. Karena tidak mungkin mereka terus-terusan memakai lo-gue seperti biasanya disaat hubungan mereka saja sudah mau seserius ini.
Ah, mengingat kalau akhirnya bisa memiliki Allana saja sudah membuat Leo berdebar tidak karuan, apalagi mendengar Allana memanggil nya dengan sebutan kamu untuk pertama kalinya. Leo benar-benar dibuat gila hanya karena hal kecil itu.
“Terus, kapan aku boleh ngobrol sama Ayah kamu soal kita, Al?”
Allana yang tadinya bersemangat bercerita, tiba-tiba tersedak. Bahkan garpu di tangan nya hampir jatuh mendengar pertanyaan spontan Leo.
Ah benar juga. Allana hampir lupa soal itu. Dan sialnya pipinya tiba-tiba memanas. Kira-kira bagaimana reaksi Ayah dan Bunda saat Allana membawa pulang Leo dengan maksud meminta izin menikah? Terutama bagaimana tanggapan kakak sulung nya? Allana belum memikirkan sampai sejauh itu.
“Anu... S-soal itu— aku belum bilang apa-apa sama orang rumah, Le,” balas Allana pelan. Takut Leo akan langsung kecewa karena Allana belum mengatakan apa-apa pada keluarganya. Dan terlebih lagi, saat melihat cincin yang melingkar di jari manisnya, rasanya tidak pantas saja Allana menganggap remeh hubungan ini.
“Yaudah nggak papa. Nggak usah buru-buru. Kita cari waktu yang pas sampe kamu siap,” balas Leo kembali menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya dengan santai. Tidak ada raut kecewa sedikitpun.
“Beneran nggak papa?”
“Iya Allana. Aku siap kapanpun kamu siap.”
“Kalo siap nya lama? Sampe seabad misal nya?”
Leo kali ini tergelak. Dia sudah tidak ambil pusing dengan seberapa lama Allana akan meminta waktunya. Seperti tekad awal. Selama Allana masih bisa Leo raih, Leo tidak akan pernah mempermasalahkan hal lain nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Leo | Rj✔️
Romance❝2nd PART of Alan Allana (ON GOING) _______________________________________ "Leo, hidup itu kaya sebuah buku. Orang tua kita yang kasih sampul, dan kita yang tulis sendiri isi nya. Gimana indahnya isi itu, kita yang atur. Jadi gue harap, lo bisa tul...