3. Tetangga

3.2K 274 20
                                    

💙Happy Reading💙

Kicau burung gereja menyapa rungu Daniel usai ia membuka pintu jendela. Pagi yang cerah di hari Minggu, membuat anak itu merekahkan senyum cerahnya tanpa ia sadari. Di pagi yang cerah ini, saat matahari baru saja menampakkan sinar hangatnya. Daniel berencana untuk jogging ke sekitar kompleks rumah, sekadar menghirup udara pagi dan menyapa beberapa tetangga sudah cukup menghiburnya.

Dengan mengenakan hoodie dan celana training, Daniel siap untuk berangkat. Sekilas terbesit niat untuk mengajak sang kakak untuk pergi bersamanya. Namun, dari pengalaman-pengalaman sebelumya, Mattew pasti menolak dan memilih untuk berkutat dengan buku tebalnya daripada menghabiskan waktu untuk berkeringat.

"Niel, mau ke mana?"

Daniel terlonjak begitu Mattew membuka pintu kamarnya saat Daniel melangkah tepat di depan pintu. Pemuda dua tahun lebih tua darinya itu sudah berpakaian kasual seperti biasa, rambutnya pun sudah tertata rapi. Itu artinya Mattew sudah mandi dan bersiap untuk pergi.

"Kakak sendiri mau ke mana?" Tak langsung menjawab, Daniel justru balik bertanya.

"Ikut lo," balas Mattew ringan.

Daniel mengernyit. "Ikut gue? Yang bener aja, gue mau jogging, loh."

Tentu saja Daniel tak percaya, karena sudah ratusan kali ia mengajak Mattew untuk jogging, tapi hanya kata tidak yang ia peroleh. Beruntung Mattew sering pergi ke gym, jadi otot anak itu tetap terawat.

"Beneran, gue juga pengen sehat asal lo tahu. Lagian udah lama nggak jogging keliling kompleks. Siapa tahu ada tetangga baru, biar sekalian kenalan gitu," ujar Mattew dengan santainya.

'Padahal nggak pernah,' batin Daniel menyanggah ucapan sang kakak.

"Heh, ngapain bengong? Ayo keburu siang, nih."

Dengan penuh semangat, Mattew berjalan mendahului adiknya yang masih mematung tak percaya. Lagi pula, hari ini ia memang sedang ingin keluar dari rumah. Itu saja, memang apa salahnya?

Kini keduanya berlari santai secara beriringan usai mendapat ijin dari mama dan papanya. Dan Mattew, seperti biasa ia menyumbat kedua lubang telinganya dengan headset. Berlari santai tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya, sementara Daniel beberapa kali menyapa tetangga yang kebetulan mereka temui.

"Eh, Daniel. Jogging lagi, ya? Duh, rajinnya yang tiap Minggu jogging. Pasti tubuh kamu seger terus, nggak kaya anak Tante, jam segini masih kelon sama guling." Seorang wanita usia akhir tiga puluhan menyapa Daniel begitu anak itu sampai di depan pintu rumahnya.

Daniel menghentikan langkahnya sejenak dan menghampiri wanita tersebut, tersenyum hangat dan membuka percakapan. Sementara Mattew ikut berhenti pula, namun anak itu memilih fokus pada ponsel yang digenggamnya.

"Tante bisa aja. Aku nggak sebugar itu, kok. Jogging juga cuma seminggu sekali, biar rileks aja. Dan anak Tante pasti capek sekolah jadi dia bangunnya kesiangan," tutur anak itu ramah.

Wanita di hadapannya ini bernama Tia Chandra, dan Daniel biasa memanggilnya Tante Tia. Sudah tinggal di kompleks itu sejak awal berumah tangga. Sementara keluarga Daniel baru menetap di daerah ini dua tahun lalu.

Tia bilang, anaknya juga seumuran Daniel dan bersekolah di sekolah Daniel. Namun, sampai sekarang Daniel belum pernah bertemu dengan anak Tia itu. Karena anak Tia ini selalu pulang sekolah larut malam, entah apa yang ia perbuat, sang ibu pun tidak terlalu tahu. Akan tetapi, Tia sangat percaya bahwa anaknya tidak berbuat aneh-aneh.

"Ya sudah. Kalian lanjut saja jogging-nya, Tante mau belanja buat makan malam nanti."

"Iya, kalau gitu Daniel duluan, Tan," ujar Daniel sebelum akhirnya melanjutkan kegiatan pagi harinya.

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang