6. Dihajar

2.9K 297 32
                                    

💙Happy Reading💙

"Ugh ...."

Satu pukulan pada ulu hati cukup untuk membuat Daniel tersungkur dengan punggung menabrak tembok kotor di belakangnya.

Setelah melemparkan bermacam umpatan dan ejekan pada Daniel, tanpa segan sosok bertubuh jangkung yang berdiri di depan Daniel melayangkan pukulan keras tersebut. Daniel meringis saat rasa sakit menjalar dari perutnya.

"Sakit, ya?" tanya siswa bernama Wahyu tersebut.

Belum sempat Daniel membuka mulutnya untuk memberi jawaban, siswa di sisi kanan Wahyu melayangkan bogem ke wajah anak itu hingga tersungkur ke tanah.

"S-stop ... shhh ...." Desis Daniel saat dirasa bibirnya perih. Tanpa melihat pun Daniel tahu jika sudut bibirnya robek.

Bukannya kasihan, ketiganya malah tertawa terbahak saat menyaksikan Daniel merintih kesakitan.

"Nggak salah, nih? Adik Mattew, kok, lemah gini, abangnya atlet karate. Kok adiknya kek kerupuk kena air gini? Lembek," ejek siswa berkumis tipis dengan kulit kecoklatan.

Tak ayal, apa yang baru saja siswa itu katakan membuat dua kawannya tertawa senang.

"Mau kalian apa? Kenapa main keroyok gitu?" protes Daniel saat ia berhasil menetralisir rasa sakitnya.

Sebenarnya Daniel ketakutan, tapi mulutnya malah bertindak lebih dahulu mengucapkan apa yang ada di dalam pikirannya.

Wahyu menatap geram pada Daniel. Direngkuhnya kerah seragam anak itu dan menatapnya tepat ke dalam manik kelam tersebut.

"We just wanna have fun with the loser," tukas Wahyu kemudian menghempaskan tubuh Daniel begitu saja.

Anak itu kembali tersungkur kedua kalinya ke tanah. Daniel meringis pelan saat telapak tangannya tergores oleh permukaan tanah yang tidak rata.

Tanpa berucap lagi, Wahyu dan kedua temannya mulai menghajar Daniel tanpa ampun. Memukul sesuka hati dan bahkan nyaris membuat Daniel bertelanjang dada karena dua kancing seragamnya terlepas.

Dengan kurang ajarnya, Wahyu meludah ke muka Daniel sebelum berhenti memukul anak itu. Ketiganya merasa puas saat melihat Daniel memohon untuk berhenti dan merintih kesakitan.

"Hahaha ... oke. Kita cukup sampai di sini, see you later boys," tukas Wahyu kemudian memberi instruksi pada kedua kawannya untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Gila, bro. Itu anak cowok tapi badannya mulus gitu," komentar siswa berkumis tipis pada Wahyu saat mereka sudah pergi menjauh.

"Ya udah. Makan aja sana," balas Wahyu yang lagi-lagi memancing tawa ketiganya.

Suara tersebut masih sampai ke telinga Daniel. Anak itu merapatkan kancing seragamnya dengan terburu. Kata-kata yang baru saja ia dengar cukup untuk membuat bulu kuduknya berdiri. Rasa takut menyelimuti hati Daniel begitu cepat.

Ayolah, apakah hidupnya yang sial ini masih belum cukup untuk membuat Tuhan tertawa? Dan sekarang Dia datangkan tiga sosok menakutkan itu ke hadapan Daniel.

Dengan sedikit tergopoh, Daniel berusaha bangkit dan meninggalkan tempat kumuh tersebut. Dilihat dari kondisi seragam yang ia kenakan saat ini, sangat tidak mungkin jika ia kembali ke dalam kelas. Siswa di kelasnya pasti akan menatap aneh padanya.

Satu-satunya tempat yang menjadi tujuan akhirnya adalah atap. Tempat yang sering dipanggil angker itu menjadi tempat ternyaman bagi Daniel untuk menghabiskan waktu hingga jam pelajaran usai.

🍁🍁🍁

Bunyi melengking dari alarm sekolah yang menandakan jika jam pelajaran telah berakhir. Bunyi itulah yang dinantikan oleh ribuan siswa selama delapan jam lamanya. Bunyi yang berarti akhir dari segala siksaan berupa rumus dan kalimat memusingkan yang guru jejalkan ke dalam otak. Dan bel itu merupakan kemerdekaan bagi siswa otak pas-pasan, contohnya Arsen.

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang