Prolog

15 3 0
                                    


HAPPY READING, GUYSSS!!!
SELAMAT MEMBACA DAN RASAKAN SENSASINYA.

Suka? Tambahkan ke perpustakaan dan jangan lupa vote dan komennya. Biar tambah semangat gitu, sih, authornya. Wkwkwkwk.

Oke, cukup basa-basinya. Happy readingg ...!

🌸🌸🌸

Entah sudah berapa lama pria itu tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Tidur larut malam tidak, lalu bagaimana bisa ia betah tidur mulai jam delapan malam sampai setengah sebelas siang?

Jika di rumah pria itu sedang santai-santai, di rumah sebelahnya-yang dulunya mantan rumah mantannya, eh, ya gitulah pokoknya-sedang sibuk memindahkan barang-barang dari mobil pick up.

"Pi, udah beres semua, kan?" tanya gadis dengan rambut yang digelung nyaris ke ubun-ubun. Dengan nafas memburu ia mengelap keringat yang membanjiri wajah cantik dan imutnya-katanya yang sangat percaya diri-dengan tisu karena tangannya kotor akibat debu.

Ardianto-Papinya yang baru saja menaruh meja kecil di ruang tamu mengangguk sambil memberikan jempol tangannya, "Udah!"

"Mami kemana, Pi?" tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah. Pasalnya sudah dua jam yang lalu ia tak mendapati sosok wanita yang sudah melahirkannya.

"Mami tadi kayaknya lagi di depan rumah. Biasa lah, menata bunga-bunga kesayangannya."

"Aku ke depan dulu ya, Pi!" Ia segera berjalan menuju halaman depan.

"Mami!" panggilnya. Maminya yang sedang berbincang-bincang dengan seseorang di depan pagar rumah itu lantas menoleh sambil tersenyum. Tangannya melambai, menyuruh putrinya untuk menghampirinya.

Gadis itu tersenyum manis kepada wanita yang kira-kira berumur hampir sama seperti Maminya. "Kok nggak salim, sih?" Ia meringis pelan. Pasalnya tangannya masih kotor. Bagaimana jika ia malah membuat tangan ibu itu ikutan kotor? Tangannya kan masih ada kumannya. Sedang ibu itu hanya tersenyum menanggapi hal itu.

Gadis itu langsung berjalan masuk ke halaman rumah dan memutar keran lalu mencuci tangannya sampai dirasa bersih. "Oh, iya ya, kan tangan ku basah, nanti malah basah lagi tangan tante itu," ia langsung berlari kecil masuk rumah dan mengambil tisu, lalu mengelapnya sampai kering. Tisu itu ia buang di tempat sampah.

Bersih! Gadis itu memang penyuka kebersihan. Ia tidak suka yang berdebu atau kotor. Ia paling tidak betah. Apalagi jika matanya melihat setitik noda di suatu benda, gadis itu akan membersihkannya sampai benar-benar bersih. Ia sangat mewarisi watak ibunya itu.

"Tante," sapanya sambil mencium punggung tangan wanita itu dengan santun.

"Maaf ya, kalau aneh. Dia emang gitu." gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal. Bagaimana bisa orang suka kebersihan dibilang aneh? Padahal ia hanya tidak mau mengotori tangan ibu itu.

"Apaan, sih, Mi! Aku kan cuma nggak mau tangan tante ini kotor," terangnya. Ibu itu tertawa kecil melihatnya. Lantas menggeleng-geleng.

"Namanya siapa?" tanya wanita itu.

"Yanti namanya." Mami sambil tersenyum penuh bangga.

"Yana, Tante," ralat Yana. Bukannya tidak bersyukur dengan pemberian nama itu. Tapi, ia lebih suka dipanggil Yana daripada Yanti. Tapi kalau sudah takdirnya dipanggil Yanti, ya, dia terima sajalah ... daripada bikin ribet. Tapi, sebelum dibikin ribet, lebih baik perkenalan awal dengan nama panggilan yang menurutnya cantik dan cocok untuk dirinya. Hihihi ....

"Iya. Yanti Zovayana namanya," sambung Mami sambil tersenyum manis. Ibu itu hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Nama yang cantik dan cocok," ucap Ibu itu.

CIRCLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang