"Selamat pagi Mr.Orlando saya ingin menyampaikan bahwa rapat ditunda 10 menit karena keterlambatan dari client mengenai Kendaraan mereka. Saya sudah menyiapkan unit kita untuk menjemput mereka, dan sedang menuju kemari sekitar 5 menit lagi." Jelas Sekretaris itu, yaitu Mrs. Janeth Vidocim.Seorang wanita dengan umur 32 tahun yang kini sedang mengandung 4 bulan. Dia wanita satu-satunya yang paling lama bekerja sebagai sekretaris disini.
"Lalu?" Juan menatap notebook yang diberikan oleh sekretarisnya itu
"Akomodasi untuk pihak marketing berangkat ke Canada sudah diberikan kepada ketua pelaksananya, saya sudah memberikan brieving kepada mereka kemarin, dan mereka akan berangkat nanti siang setelah hasil rapat dari redaksi pagi ini menemukan keputusan yang disepakati bersama." Mrs. Janeth menjelaskan dan berusaha untuk menyelesaikan semua urusan kantor secepat mungkin. Seperti biasanya.
"baiklah, tolong buatkan aku teh hangat. Letakkan di meja tamu. Aku akan membaca bahan ini seben..." Juan meletakkan notebooknya. Dan Mrs. Janeth menyela nya.
"maafkan aku Mr. Orlando. Ada hal yang ingin saya sampaikan."
"apa itu Mrs. Janeth?" Juan menatap sekretarisnya setelah perbincangan lama yang terjadi. Juan menatap raut wajah wanita itu gelisah. ia tidak menyangka sekretarisnya itu berani memotong pembicaraanya terkecuali urusan yang sangat mendesak.
"saya akan mengundurkan diri dari perusahaan." Wanita itu berkata dengan tersenyum ramah dan rasa bersalah yang kentara disana.
"Apa? Eumm, apa kau salah bicara?" apa yang dia katakan ? berhenti ? pikir Juan.
"maafkan saya sekali lagi Mr. Orlando, saya sudah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya." Ucap Mrs. Janeth.
"jadi ini bukan soal gaji?" Juan menaikkan sebelah alisnya, berusaha untuk memprovokasi namun, diurungkannya.
"bukan Mr. Orlando." Mrs. Janeth berusaha menjaga senyumnya.
"kita akan membicarakan lagi setelah rapat. Aku terlalu kaget mendengar pernyataanmu. Dad dan Mom akan berfikir bahwa kau tidak betah bekerja denganku." Juan menatap Komputer didepannya dengan gelisah, bagaimana bisa dia mencari sekretaris untuk menggantikan Mrs.Janeth.
"Maafkan saya My Lord. Kalau begitu saya akan segera menyelesaikan pekerjaan saya yang lain."
Mrs. Janeth meninggalkan ruangan, Juan terus berfikir apa yang terjadi pada sekretarisnya itu. Namun tak urung Juan berfikir bahwa itu adalah keputusannya dan dia tidak berhak untuk menghalangi. Sangat disayangkan sekretarisnya adalah seorang wanita yang sangat kompeten. Dia lulusan Harvard diusia yang tergolong masih muda. Tidak ada lagi yang bisa diandalkan untuk urusan mendadak yang selalu dikerjakan Mrs. Janeth selama ini.
Terdengar sura ketukan pintu, lalu sedetik kemudian James masuk dengan senyum merekah yang dibuat-buat. Hari ini ia mengenakan jas yang membuat Juan terasa sangat silau karen setelan itu sangat mengkilat dan mencolok di dalam ruangannya yang bernuansa Doubt dan Elegan. Seleranya benar-benar buruk.
" Kau mengenakan setelan berwarna sangat terang ya James." Tatapannya menyelidik."Ya, apa kau suka?" katanya sambil berputar ala model anak-anak yang sangat tidak cocok untuk pria seumuran dirinya.
"seleramu sangat unik James, pastikan Client kita tidak sakit mata melihat setelanmu." Juan bangkit berdiri dan menghampiri James dengan tatapan aneh.
James hanya tersenyum dengan kedua tangan memegang pinggangnya. Mereka berdiri dengan jarak yang sangat dekat. Juan sebenarnya ingin membedakan penampilannya yang elegan dengan penampilan James yang terlihat kikuk dan terlalu Ceria, atau kelewat Ceria seperti ini. Apa kata Clientnya jika Ia punya kaki tangan yang Cute seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (About Love And Dream)
Random"Carl, tenang saja kita akan bertemu kembali.saat itu cintai aku seperti yang seharusnya. Maafkan aku untuk ini." "Jangan bicara sembarang Carol.. Kau tak boleh" Tangannya berusaha meraih wanita itu namun terhalang dengan kayu sialan yang begitu kua...