Berhubung aku sedang stuck di buku ini. Aku persembahkan cerita hasil gabut ku.
Ps. Cerita ini tyda nyambung ke book intinya ya, ini hanya selingan.
Enjoy
__________________________________________________
aku menaruhmu terlalu dalam dihati. Sehingga untuk menghapusmu, aku seperti menyakiti diri sendiri.
Cinta itu bisa di ibaratkan seperti kita menanam sebuah pohon. Semua berawal dari sebuah biji kecil, yang bisa saja kau buang begitu saja. Atau kau tanam dan kau rawat.
"San!" Wooyoung berlari ke arah San yang baru saja keluar dari gedung fakultasnya. Sang pemuda berwajah datar tersebut menengok ke arah sumber suara, dan tersenyum tipis ketika melihat Wooyoung berlari ke arahnya.
"Pulang bareng?" San mengangguk singkat, mendapatkan reaksi senang dari Wooyoung.
"Sebelum pulang kita makan dulu mau?" tanya San dan berjalan dengan Wooyoung menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari gedungnya.
"Boleh boleh, di traktir kan?" San tertawa halus mendengar ucapan Wooyoung, ah teman kecilnya itu sama sekali tidak berubah.
"Iya aku yang traktir,"
Tanaman itu akan tumbuh secara perlahan. Dari biji, berubah menjadi benih.
San hanya bisa tersenyum pahit ketika melihat betapa bahagianya Wooyoung memperkenalkan pacar barunya kepada San dengan semangat. Gadis itu cantik, bersikap ayu, dan sangat cocok bersama Wooyoung.
"Selamat ya Wooyoung, semoga langgeng," ucapan San bagai racun untuk dirinya sendiri. Namun, bukannya membunuh benih cinta yang sudah ia tanam, namun racun tersebut malah membuatnya makin subur.
San mulai menghindari Wooyoung, mencoba untuk merelakan sahabat kecilnya itu secara perlahan. Wooyoung yang kala itu sedang di mabuk cinta, tak menyadari bahwa mulai terbentuk dinding pembatas antara dirinya dan San.
Hingga suatu hari Wooyoung muncul di apartemen San, wajahnya basah dengan air mata. San cukup terkejut melihat Wooyoung, di tambah ketika sang sahabat langsung memeluknya erat, menangis di pelukannya.
"Ada apa Young?" San langsung menutup pintu apartemennya dan membawa Wooyoung ke sofa, mencoba menenangkan sahabatnya yang masih menangis.
"Lami selingkuh," dua kata cukup membangunkan perasaan yang sudah ia timbun dalam dalam. San bukannya mau berbahagia mendengar kabar ini, tapi salahkan perasaannya yang dengan cepat tumbuh subur.
Dari benih, tumbuh menjadi pohon muda, menghasilkan buah buah segar yang bisa di manfaatkan.
"Young, aku suka sama kamu lebih dari sahabat," San akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Wooyoung. Sang sahabat awalnya terkejut, terlebih San menyatakan perasaannya ketika mereka sedang mengerjakan tugas for God sake.
"Kamu gak bercanda kan?" San menggeleng, matanya masih fokus pada tugasnya.
"Aku juga suka sama kamu San," dan sejak itu mereka officially pacaran.
San selalu mengajak Wooyoung berkencan disaat mereka sedang bebas dari tugas. Mulai dari sekedar dinner di restoran terdekat, hingga berpergian bersama keluar kota.
Saat itu San menyadari bahwa Wooyoung adalah dunianya.
Tapi, walau pohon tersebut sudah tua dengan akar yang kokoh, suatu saat pohon tersebut akan tumbang.
"SAN!" Wooyoung berteriak histeris dan di tahan oleh petugas pemadam kebakaran yang menangani apartemen mereka yang dilahap api. Sebelumnya, San memang sempat keluar bersama dengan Wooyoung, tetapi pemuda itu kembali masuk ketika mendengar seorang nenek-nenek meminta tolong. Sang nenek berhasil keluar, namun jalan keluar satu satunya tertutup oleh api beberapa detik setelah nenek tersebut melintas.
"Suami saya masih di dalam! Lepasin!" Wooyoung memberontak, matanya penuh dengan air mata. Sang petugas membawa Wooyoung ke mobil ambulans, yang kini hanya bisa terisak ketika petugas medis menyelimutinya dengan selimut untuk melindungi tubuhnya dari dinginnya bulan November.
"San...."
Bagai akar pohon yang sudah tumbuh begitu dalam, aku menaruhmu terlalu dalam dihati. Sehingga untuk menghapusmu, aku seperti menyakiti diri sendiri.
San di temukan dalam kondisi tak bernyawa karena keracunan karbon monoksida. Ia terduduk di atas kasurnya dengan Wooyoung, menggenggam cincin pernikahan mereka juga di temukan sebuah kotak fire proof di sisi San yang pernah ia beli beberapa waktu lalu berisi wasiat juga sebuah kunci rumah kecil yang ia beli untuk Wooyoung
Semenjak kejadian itu Wooyoung diwajibkan untuk mendatangi psikolog seminggu 2 kali oleh keluarganya dikarenakan ia mengalami PTSD dan juga depresi semenjak kematian San.
Tatapan mata Wooyoung tak lagi hidup seperti dulu. Ia tak lagi berbicara, ia menjadi susah makan, susah tidur, dan melamun seharian. Terkadang Wooyoung juga menangis seharian tanpa henti. Tak lama berselang, Wooyoung memiliki sucidal thoughts ia beberapa kali mencoba melakukan bunuh diri namun selalu gagal akibat ada keluarganya yang datang.
Hingga suatu hari upayanya berhasil. Wooyoung di temukan tewas di kamarnya dengan posisi yang sama dengan San, yang membedakan adalah jantungnya berada di genggamannya.
__________________________________________________
Maav aku sedang keadaan mood angst. Sekian terima San

KAMU SEDANG MEMBACA
occur [On Going]
Fanfiction。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆ i fall too fast, crash too hard, forgive too easy, and care too much 。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆ Warn¡ this is bxb alias Yaoi, ga suka? Gausah baca:) riweuh sia!