BAYI YANG HILANG & EMBER TIMBA

47 5 6
                                    

Seorang gadis remaja muncul dari dalam semak-semak yang tinggi, kedua tangannya membentang, merusak cara berdiri tumbuh-tumbuhan hijau itu. "Akeela, Stop!" Perintahnya saat ia melihat sebuah ember timba di pinggir sungai yang mengalir deras itu.

     Yang diperintahkan untuk berhenti menghentikan langkahnya yang berlari, tubuhnya sedikit sempoyongan mengatur keseimbangan. "Ada apa, Tresia?" rambutnya mekar berantakan, tubuhnya penuh keringat-sama seperti Tresia-kumal, dan mereka ngos-ngosan. Mata perempuan bernama Akeela itu melotot, dia tampak kesal.

     "Ada bayi." Kata Tresia. Bola matanya yang berwarna kuning berputar, ukuran pupilnya kembali ke ukuran normal dan warna matanya kembali cokelat.

     "Bayi? Kau bergurau?" Suara Akeela meninggi tapi terbata-bata karena napasnya yang belum teratur. Kepalanya sesekali menoleh ke belakang menghawatirkan sesuatu di belakangnya yang masih cukup jauh.

     "Itu disana!" Tresia mendekat ke arah ember.

     "Apa sih?-" Akeela mengikuti dari belakang. "-itu hanya sebuah em.." ucapannya terpotong diikuti dengan raut wajahnya yang bingung. Benar ada bayi di dalam ember itu.

     Bibir Tresia memanyun, "Oh sayang.." katanya sambil memanyun-manyunkan bibirnya.

     Akeela kembali menoleh ke belakang. "Tresia, ayolah! Waktu kita tidak banyak."

     Tresia tidak mengindahkan Akeela. "Oh, sayang. Tidurmu nyenyak sekali, dimana ibumu?" Tresia lalu menggendongnya.

     "Demi Tuhan dengan segala omong kosong Firmannya, Tresia! Dilihat dari caranya tidak bergerak dan kulitnya yang pucat, dia pasti sudah mati!"

     Tresia lagi-lagi tidak mengindahkan. "Hey, Akeela! kita bawa dia, ya? Sepertinya dia sengaja di tinggal disini."

     Kening Akeela mengerut. "Tidak." Dia menjawab dengan mantap. "Dan kurasa jika manusia benar-benar diciptakan oleh Tuhan, mungkin Tuhan terlalu bosan menciptakan manusia hingga Dia lupa meletakkan otak di kepalamu. Lihatlah!" Akeela berlutut dan menunjuk. "Dilihat dari embernya yang basah, selimut bayi yang basah, entah dari mana yang pasti Ibunya meninggalkannya di sungai, dan bayi malang ini terbawa arus hingga kemari."

     "Oh, seperti Musa?" Tanya Tresia.

     "Musa? Kau seorang Kristiani sekarang?"

     "Oh, Akeela, kau begitu kuno. Cerita tentang musa memang seterkenal itu, tahu." Dia mainkan hidung bayi itu. "Kau pasti reinkarnasi Musa! Tenang sayang, Akeela akan merawatmu."

     "Apa? Kenapa aku?" Akeela melotot.

     "Iya, tentu saja, kau kan sudah dua puluh enam tahun, aku masih lima belas tahun. Kaulah yang paling cocok untuk menjadi Ibu. Aku hanya akan menjadi kakaknya yang cantik."

     "Omong kosong! Ayo cepat pergi dari sini. Tinggalkan mayat malang itu, waktu kita tidak banyak!"

     "Oh, aku melihat perutnya bergerak. Dia masih hidup, Akeela!"

     "Bagus, kalau begitu dia akan mati tak lama kita pergi. Ayo!" Akeela mulai berlari.

     "Akeela kenapa kau begitu membencinya? Dia hanya seorang bayi!"

     Akeela membentak, "DIA MANUSIA, TRESIA!"

     Tresia mulai mengayunkan bayi itu dalam gendongannya. "Tapi dia hanya seorang bayi."

     "Tapi dia manusia! Kau lupa apa yang manusia telah lakukan kepada keluarga kita? Ayah, Ibu, Tameria, Sisca, Leroy!"

     "Tapi, Akeela-"

MUTANT & PROUDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang