Part 3 •

6.2K 221 14
                                    

Pagi cerah kini menyelimuti kota Jakarta. Udara segar dan dingin itu menyapu setiap bagian ibu kota itu. Lalu lalang kendaraan pun kini padat, lantaran hari ini ialah hari kerja dan hari sekolah.

Di sebuah kamar hotel, Matahari tanpa meminta izin masuk menyinari kedua pengantin baru yang masih asik berselancar di alam bawa sadarnya masing-masing. Semalam memang keduanya lupa menutup kain horden jendela kaca itu membuat cahaya matahari itu masuk menerangi seluruh ruangan itu.

Dikamar tersebut terdapat sepasang manusia yang masih lelap di alam tidurnya dalam keadaan saling berpelukan. Al dan Kayla. Perlahan mata salah satu dari kedua manusia itu terbuka dan tersenyum manis melihat pria yang sudah menjadi suaminya secara utuh itu tengah terlelap dalam tidurnya tepat di sampingnya.

“Hey, bangun.” ujar Kayla sambil menggoyang-goyangkan tangan kekar Al yang tertidur pulas di sampingnya.

“Hmmm.”

“Bangun, kamu ga mau sarapan?”
Tak ada jawaban, Al masih nyenyak dalam tidurnya. Bagaimana tidak ia baru tidur saat jarum jam sudah menunjuk pukul 4 pagi.

Kayla yang lelah membangunkan Al pun akhirnya memutuskan mandi terlebih dahulu dan akan mencoba membangunkan Al ketika ia selesai mandi nanti.

•••

“Hah, kok gue jadi kayak gini!” Tanya Al kepada dirinya sendiri, dan seketika fikirannya pun kembali mengingat kejadian tadi malam di mana ia sudah menjadikan Kayla sebagai istri seutuhnya untuknya.

Ia mengucek matanya, ia baru bangun dan tak mendapatkan seseorang di sampingnya. Dan begitu terkejutnya dirinya begitu terbangun, mendapati dirinya yang di tertidur dengan tanpa sehelai benang pun yang membungkus tubuhnya. Kilas memori yang terjadi semalam pun, berdatangan menghampirinya. Membuatnya meringis pelan.

“Bego, gimana kalau dia hamil” dengan kasar ia memukut kepalanya sesaat dan berhenti tiba-tiba memikirkan sesuatu, “Lah kan istri gua. Mau bunting pun gapapa.”
Al  menyibak selimut yang ada di sampingnya.

Tak ada darah. Membuatnya menghela nafas berat, jujur ia sudah mengetahui fakta Bahwa perempuan yang ia nikahi ini memang sudah tak perawan. Tak heran si karena pergaulan Kayla begitu bebas di Jerman.

Ada rasa kecewa yang menyelimuti hati Al. Lantaran dia bukan yang pertama untuk istrinya itu, walau ia sadar Kayla juga bukan yang pertama bagi dirinya.

Ceklek

Kayla yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap Al yang tengah menatap kosong ke samping tempat tidurnya, dengan masih mengenakan handuk ia berlari kecil kearah Al.

“Baru bangun? Buruan mandi, terus sarapan bareng di bawah.”

Al menatap Kayla sebentar dan langsung mengalihkan tatapannya. Rasa aneh tiba-tiba menjalar ditubuhnya begitu mendapati penampilan Kayla yang sedikit terbuka.

“Aku akan mandi.” Setelah itu Al pun berlalu dari atas kasur yang ia tempati tidur dengan memegang selimut untuk menutupi tubuhnya.
Sekitar 30 menit berada di kamar mandi akhirnya Al keluar dengan menggunakan baju koas berwarna hitam dan celana yang senada dengan bajunya.

Baju yang ia kenakan ialah baju yang ia beli dulu ketika liburan bersama Aisy, memikirkan Perempuan itu kembali membuat Al teringat bahwa wanitanya itu belum mengabarinya sampai saat ini.

Suffering and sadness Aisy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang