Ada detik detik dari waktu yang ku harap bisa ku putar kembali.
Layaknya sesal kayu yang tak sempat merayu pada api yang membuatnya jadi abu.
Seperti sesal awan yang tak mampu mencumbu pada hujan yang membuatnya menghilang.
Tak beda dedaun kering yang tak dapat menikmati siul angin yang membuatnya jatuh membumi.──̇─̇─̇─❒₍⸙ᰰ۪۪᭢❒──̇─̇─̇─
Nb : Akan ada beberapa foto/visual dari karakter. Siap mental dan otak readers.
────────────────────────────
"Ah kalau aku bertanaya sekali lagi apa boleh pak?" tanya Chan pada polisi tersebut.
"Tentu, kenapa tidak?"
Chan berdeham kecil
"Azura, apa kau punya pekerjaan lain selain menjadi sekretaris Direktur?
Azura terkejut, "A-apa maksudmu? Apa urusannya dengan kasus ini?"Chan memerhatikan Azura dengan teliti. Inci demi inci dia lihat sambil merebahkan badan di sandaran kursi belakangnya.
"Tidak ada, hanya ingin tau saja" sahut Chan tersenyum kecil.
Ini yang selalu di benci orang-orang. Chan sering menjadi incaran kejahatan manapun. Nyawanya hampir terambil beberapa kali namun fail.
Chan selalu memecahkan sesuatu atau kasus yang tak terduga. Dia hanya anak Sekolah Menengah Atas yang berumur 17 tahun. Memiliki banyak kemampuan, banyak bersembunyi dan berprestasi dalam berbagai bidang. Ia sangat cerdas, itu sangat sempurna bagi anak se-usia dia.
"Gue nemu Chan" sahut Nath diambang pintu masuk gedung.
Nath membawa baju di tangannya.
"Ah lo hebat Nath, gua dapet banyak bukti disini" sahut Nath lagi
"Bahasa lo anjing"-bisik Chan pada Nath
"Sorry"
"Ini. Baju milik Vano pak" Nath membeberkan baju itu.