Althaf

27 5 0
                                        


Tanganmu kok dingin sih Bel?" Tanyanya padaku yang langsung membuatku menundukan kepala.

Aduh mati deh aku, batinku.

Argan mengajakku ke kantin, dan ia belum juga melepas genggamannya pada tanganku. Aku yakin tanganku pasti sudah keringetan deh.
Di sepanjang koridor banyak siswa dan siswi yang memperhatikan kami berdua. Apalagi kalo bukan karena tangan kami? Argan benar-benar membuatku malu deh.

Banyak siswa dan siswi  yang menyapa Argan. Sudah kubilang, ia anaknya ramah pada siapapun.
Aku? Tentu saja tidak, memangnya siapa yang mengenalku? Paling hanya beberapa saja, karena aku bukan orang yang suka menjadi pusat perhatian. Tapi kali ini ia sukses membuat kami jadi pusat perhatian se antero sekolah.

"Gina." Panggil seseorang dari belakang. Sontak membuat langkah kakiku terhenti.
Argan pun ikut berhenti dan memutar badannya kearahku.
"Eh Al?" Tanyaku padanya.

Ia Althaf Mahesa Danendra, sahabatku yang juga merangkap sebagai tetanggaku dan rekan satu organisasi. Ia termasuk idola juga di sekolahku, parasnya yang tampan membuat banyak siswi mengaguminya. Namun ia sangat dingin, terkecuali padaku. Mungkin itu karena kami sering bersama, lagipula kami bersahabat dan tinggal bersebelahan. Masa iya kami tidak akrab.

"Jangan lupa hari ini kita ada rapat ya." Ucapnya padaku.
"Siap paketu!" Jawabku padanya.

Ia tersenyum padaku dan melirik kearah Argan sembari menyipitkan matanya, kemudian ia berlalu.

Aku rasa Althaf tak mengenali Argan, karena selama semester satu kemarin ia full absent untuk mengikuti olimpiade fisika di Jepang. Ia memang benar-benar cerdas! Kami sering belajar bersama di rumahku, atau di taman dekat rumah. Althaf itu anaknya asik banget, tapi kalau di sekolah benar-benar irit ngomong.

Aku dan Argan sudah sampai di kantin, untungnya saat kami tiba suasana kantin tidak terlalu ramai jadi kami tidak perlu berdesak-desakan.

"Disini yang enak apa Bel?" Tanyanya padaku.
Aku berpikir sejenak, "Hmm kalau menurut temen-temen sih banyak yang enak, tapi buatku cuma mie ayam Bu Sum yang paling juara dihati." Ucapku sembari tersenyum lebar dan mengacungkan jempolku.

"Kalau gitu aku mau jadi Mie ayam bu Sum aja biar bisa jadi satu-satunya juara di hatimu." Ucap Argan.

Aku hanya merespon ucapanya dengan tertawa ringan, ia yang melihatku tertawa pun jadi ikut tertawa.

"Jadi kamu mau makan mie ayam bu sum atau mau dimasak jadi mie ayam sama bu Sum biar jadi juara buatku nih?" Godaku padanya.

"Aku pilih makan mie ayam bu Sum aja deh biar ditemenin sama kamu bel hehe." Lagi-lagi ia menggodaku.

Aku memesan tiga mangkok mie ayam bu Sum favoritku, tentunya satu lagi untuk Sarah.

"Lho satu mangkok lagi buat siapa Bel?" Tanya Argan padaku.
"Buat Sarah Gan." Jawabku.
Ia terlihat seperti berpikir, "itu lho teman sebangku ku." Jelasku padanya.
"Ooh namanya Sarah." Sahutnya.

Aku tau pasti Sarah belum makan, tadi ia mengirimkan pesan singkat padaku untuk minta dibungkuskan mie ayam bu Sum karena tak akan sempat menyusul kami ke kantin.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi, aku segera merapihkan barang-barangku untuk dimasukkan ke dalam tas. Sore ini aku ada rapat dengan komunitas seni. Ya, aku memang suka sekali seni. Disana aku bisa mengeksplor kemampuanku, aku terkadang juga suka ikut lomba menari, menyanyi dan drama.

Baru saja aku hendak bergegas keluar kelas, Althaf datang ke kelasku.

"Yuk Gin!" Ajaknya.
"Oke wait ya." Ucapku padanya.
"Tuan putri sibuk banget ya, rapat mulu deh tiap hari. Sampe-sampe pangeran harus jemput ke kelas segala." Goda Sarah padaku.

Forever With You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang