CHAPTER 1. THE SEXY MAN IN A DRESSING ROOM

1.9K 94 36
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Aku memarkirkan mobil yang dibelikan papa untuk Nenek Irene di parkiran kendaraan. Meskipun nenekku tak pernah memakainya, itu cukup berguna untukku selama menghabiskan liburan.

Pengunjung lumayan padat hilir mudik di sepanjang jalan pertokoan, tak peduli panas matahari yang mulai menyengat. Mereka kebanyakan turis-turis dari negara lain. Aku beruntung memiliki nenek yang bermukim di Madrid.

Beberapa kali liburan ke Gran Via membuatku sudah terbiasa dengan pemandangan bangunan-bangunan tua dan artistik, ditambah lagi banyak teater, restoran atau kafe, serta pertokoan dari barang-barang bermerek terkenal, juga busana dari butik ternama.

Mungkin itu salah satu alasan kenapa aku tak menolak saat nenek menyuruhku datang mengunjunginya setiap ia merindukanku. Alasan lainnya, hanya dengan cara ini, aku bisa menghindari kuliah, ocehan papa, dan wajah menyebalkan ibu tiri yang usianya terpaut hanya beberapa tahun dariku.

Aku mengambil langkah ke arah butik favorit. Sepatu bot hitam berhak sembilan senti yang kupakai berbunyi nyaring saat memasuki toko. Beberapa pembeli tampak sibuk memilih-milih jaket, kemeja, kaos, dan busana lainnya. Mataku segera mengedar, mencari yang kuinginkan.

Kakiku melangkah ke arah pakaian dalam dan gaun malam. Mataku menangkap lingerie renda hitam bertali ganda. Aku mendekati benda itu, meraba dan memegangnya pelan.

Sangat lembut dan lentur.

Kuambil lingerie itu tanpa mengecek label harga sebelum berkeliling lagi mencari model lainnya. Setelah mendapatkan short dress kasual tipis ketat berwarna dan bermodel senada, aku segera bergerak menuju dressing room.

Sengaja kupilih kamar ganti yang paling sepi dekat bagian kaos. Aku membuka tirai ruangan kecil pilihanku tanpa pikir panjang. Namun, mata abu-abuku membulat saat bersirobok dengan si pemilik mata hitam dingin yang baru saja melepaskan pakaian di ruangan itu. Ia mengerutkan kening saat melihatku.

Wajahnya sangat tampan walau terlihat kaku dengan rambut sedikit panjang acak-acakan di bagian depan. Yang paling menarik perhatianku adalah dadanya yang bidang dan berotot. Ada bulu halus tumbuh indah di bagian bawah pusar. Sebuah kalung dari untaian kayu yang dibentuk bulatan-bulatan kecil menghias di leher.

Aku menelan ludah dengan susah payah.

Lelaki itu menghindari tatapanku, menaruh kaos pada gantungan di belakangnya, persis di dinding dekat cermin. Gerakannya sedikit dipaksakan saat menoleh kembali, memandangiku dengan tatapan datar. "Puas memandangiku? Keluarlah."

Mulutku melongo. Belum pernah ada lelaki yang begitu bodoh mengusirku pergi. Aku bahkan kadang kesulitan menghadapi beberapa rayuan pria hidung belang.

Apa ia berasal dari planet lain yang memiliki selera berbeda? Siapa tahu, versi gadis cantik di tempat asalnya berbanding terbalik dengan yang ada di bumi.

Aku balas menatapnya sambil memamerkan senyum mautku. "Karena seorang gadis seksi menawan sepertiku membutuhkan ruangan ini, tidakkah kau bisa lebih sopan dan memberiku kesempatan lebih dulu?"

Lelaki itu mendengkus dengan ekspresi acuh tak acuh sambil menggerakkan tangannya ke arah kancing jeans.

Dia mau melepas celana di depanku?!

"Keluar." Hanya kata itu meluncur dari bibir indahnya yang berpadu dengan rahang kokoh.

Aku mendelik. "Kau tak sopan pada seorang gadis cantik!"

JAVIERO - Lucis Series 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang