CHAPTER 5. LUST OR LOVE

776 77 40
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Dia menatapku intens. "Masuk."

Setengah ragu aku melangkahkan kaki memasuki ruangan. Aku terpana seketika.

Ruangan dasar cukup luas terpampang di hadapan dengan beberapa fungsi ruang tanpa pembatas. Tak ada sekat, kecuali nuansa kegiatan di setiap ruangan sebagai pembeda. Lantai satu lebih seperti area hiburan. Ada ruang tamu yang diikuti dengan dapur.

Penggunaan material seperti kayu, kaca, marmer, granit, dan baja hitam sangat terasa di dalam ruangan. Lapisan dinding batunya juga memberi kesan menyatu dengan alam. Keseluruhan isi ruangan tak hanya memberi kesan modern dan bersih, tetapi juga menampilkan sisi sederhana khas pedesaan yang alami.

Aku tercengang melihat warna yang kontras dengan tekstur yang juga bermacam-macam. Ada lampu gantung unik di tengah dekat tangga, terdiri dari kumpulan bohlam lampu yang disusun secara acak, menambah kesan mewah karena warna kuning keemasannya yang tampil sangat mencolok dan cantik.

"Ini ... rumahmu? Lalu ... siapa Tuan Oscar Guillermo?" tanyaku sambil menatapnya bingung. "Jangan bilang kalau kau punya hubungan dengan mafia, hingga bisa memiliki kediaman seindah ini."

Ia menatapku acuh tak acuh. "Itu nama mendiang papaku, sekaligus nama tengah dan belakangku. Ini rumahku. Aku membelinya, tak ada hubungan dengan mafia."

Mataku melebar. "Aku tak percaya."

"Apa aku harus peduli?" Javiero menutup pintu, lalu berjalan cepat ke arah tangga. "Langsung saja ke kamar."

Aku melongo sejenak, tetapi tanpa protes mengikutinya.

Lagi-lagi mataku membesar saat menyadari masih ada bangunan terpisah yang terhubung dengan kolam renang. Aku harus mengeceknya besok pagi kurasa.

Setelah menaiki tangga ke atas, terlihat ada dua kamar berhadapan, ruang keluarga atau tempat bersantai sambil berkumpul, dan lantai kayu terbuka. Lantai dua kukira lebih seperti area privasi. Ia membuka salah satu pintu dan membiarkanku masuk lebih dulu.

Ada sedikit rasa gugup saat aku memasuki kamar berdinding batu dengan lantai kayu, memberi kesan menyatu dengan alam, berpadu serasi dengan furnitur simpel, tetapi unik. Seluruh isi ruangan tertata rapi dengan paduan warna seimbang dan memiliki kesan saling menguatkan. Ranjangnya terlihat sangat nyaman, siap menyambut siapa pun yang akan meniduri.

"Kamar mandi di sebelah sana," ujarnya menunjuk ke satu sudut ruangan. "Kau bau keringat aroma lelaki lain. Mandilah."

Aku bengong sejenak sebelum wajahku memanas seketika. "Tidak ada lelaki lain yang menyentuhku!"

"Aroma mereka ada di dirimu. Mandi," titahnya tanpa ekspresi.

"Fine!" sahutku sambil mendengkus kesal. Kutaruh tas di meja sebelum menuju ke kamar mandi.

Aku lagi-lagi terpana saat berada di dalamnya. Desain ruangan yang cukup besar mencerminkan kembali ke alam. Ada jalan setapak dan lantai terlingkup bebatuan. Bak mandinya sangat unik, ditambah area shower yang tertutup dinding kaca. Terdapat pula rak dan laci lengkap berisi perlengkapan mandi.

Sambil menahan gugup, aku segera membersihkan diri. Kupilih shower agar lebih cepat.

Setelah selesai proses itu, aku akan berendam di bak mandi dan merayakan hilangnya kehormatan yang sudah kujaga sekian tahun.

Kukeringkan rambut dan tubuh dengan handuk, lalu kukenakan jubah mandi yang tersedia di laci. Aku menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan di depan kaca.

JAVIERO - Lucis Series 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang