Beberapa hari terakhir, Jogja menjadi rindu. Sudut-sudutnya sibuk mengais masa lalu, sementara tanahnya basah dicumbu oleh hujan yang tidak mengenal waktu. Berhari-hari kepalaku dibuatnya tidak ingin mengelanakan pikiran ke manapun. Dia berdiam, mengunci ingatan pada nama seseorang, pada segala perihal seseorang.
Namun hari ini, aku merasa sudah waktunya untuk menyederhanakan kehilangan sebagai sesuatu yang memang bukan menjadi milikku.
"Kamu tidak akan benar-benar sampai di titik paling baik dalam mengenali ataupun memahami seseorang, bahkan seberapa jauhpun perjalanan yang kamu tempuh bersama dia."
Aku lupa bagaimana kata-kata itu bisa sampai di kedua mataku. Yang terpenting, mereka melekat dengan baik di kepala. Menengahkan kegaduhan di antara hati dan logika.
Semalaman kemarin, aku lelap dalam dekap demam. Mereka menyusup pelan-pelan, masuk ke dalam dada, mengakar, lalu tumbuh besar hingga mampu menyentuh inti jantung.
Malam itu juga, hati sedang gelap gulita. Ada seseorang datang berusaha membagikan sedikit cahaya. Entah apa rencana semesta kali ini, tapi aku benar-benar lelah dengan hati yang bercahaya. Karena sedikit saja retak, dia terlihat begitu menyedihkan.
Retakan itu bukan atas ulah siapapun, aku saja yang kembali lalai melindungi dengan sebaik-baiknya.
Hari ini, aku tidak ingin menuliskan hal pilu yang membebankan hati siapapun. Aku hanya ingin menuliskan kata-kata dingin, mereka terpikirkan selama melewati hari-hari yang merdu oleh gerimis.
Aku hanya ingin berbagi rasa ketika hati terjatuh tanpa alasan, namun dia harus bangkit kembali karena suatu alasan: pengkhianatan.
Memang tidak mudah. Namun seperti pesan Ibu, "Bukan hati siapapun, hatimu sendirilah yang patut untuk diperjuangkan."
Semoga masing-masing dari kita akan kembali baik-baik saja.
-A-
***Halo semuanya. Mungkin, sebagian dari kalian udah pernah baca work ini. Kalau iya, saya memang sengaja ngeunpublish semua kumpulan puisi yang sempat dibagikan (sisa ini aja) karena punya rencana lain untuk mereka. Nah, berhubung waktu sedang mayan berlimpah buat nulis, saya bermaksud memanfaatkannya buat jadiin work ini sebagai karya saya dan para pengikut akun ini. Karena juga cukup sering mendapatkan keluh kesah dari pengikut di sini.
Gimana cara kerjanya? Kalian bisa ngirim tulisan yang udah jadi (via dm atau email yang ada di bio yah) nanti yang terpilih bakal saya posting di sini. Tapi bagi kalian yang ingin bercerita dan rasanya sulit untuk mengisahkan, kalian bisa ngasih beberapa poin peristiwanya, nanti saya yang merangkai kisahnya.
Untuk identitas pengirim karya, saya membebaskan kalian mau pake nama asli atau anonim, senyamannya aja karena sesuai judul tulisan ini, Yang Tidak Pernah Mampu Tersuarakan, mari kita bagikan pada dunia kisah-kisah yang belum menemukan keberanian untuk bersuara :)
Siapapun kamu, kita semua bisa berkarya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tidak Pernah Mampu Tersuarakan
RandomSekumpulan kata yang mencoba menyentuhmu. Semoga terbaca.