04

213 15 0
                                    


Teruntuk Nona.

Seandainya bisa kutebas yang gelap dan membangkitkan para penerang; matahari, lampu, kunang-kunang, lilin, api unggun, bioluminescent algae, layar seluler, apa saja, pasti akan kulampirkan bersama dengan surel ini. Tapi aku tidak memiliki satu pun hal-hal terang itu.

Masa... mungkin tidak bergerak linear. Karena seringkali yang telah lalu justru berada di depan mata, nyata. Memori mengkristal, berputar-putar. Air mata meninggalkan jejak, Nona, namun itulah sifat air. Mengalir, menghujani, membasahi, membanjiri, menenggelamkan... kemudian ia berkumpul menjadi genangan-genangan, setiap hari baris erat partikel di permukaan bergantian mengembun ke langit, berkumpul menjadi awan-awan yang terbawa angin jauh dan tinggi. Tenang dan ringan, meluap dalam lukisan romantik pergantian waktu, hingga nanti semakin berat dan gelap, dan runtuh kembali di atas tanah yang lain.

Kita bergerak dalam sebuah siklus. Sirkular dan lestari, dalam wujud-wujud berbeda, dan warna dan raut yang berbeda. Naik dan turun bagai duduk dalam bianglala: dunia yang terus berputar dengan hari-hari yang selalu baru. Matahari terbit dan tenggelam dan terbit lagi. Dalam sistem seperti ini, akan sangat sulit untuk benar-benar memutus masa lalu, tapi pagi selalu datang, kan? Udara baru yang menyesap ke dalam kamarmu dan gemerisik daun yang terdengar samar namun riuh, jika kamu percaya, mereka bukan dengan tidak sengaja sampai padamu.

I watched the sun moving round the kitchen,

an early spring sun that strengthened and weakened,

coming and going like an old mind.

I watched like one bedridden for a long time

on their first journey back into the world

who finds it enough to be going on with:

the way the sunlight brought each possession in turn

to its attention and made of it a small still life:

the iron frying pan gleaming on its hook like an ancient find,

the powdery green cheek of a bruised clementine.

Though more beautiful still was how the light moved on,

letting go each chair and coffee cup without regret

the way my grandmother, in her final year, received me:

neither surprised by my presence, nor distressed by my leaving,

content, though, while I was there.

"This Morning" – Esther Morgan

(Sebuah translasi tidak resmi, yang walau kurang tepat, dibuat untuk Nona)

Semoga surel ini sampai padamu pada waktu yang baik.

Yours,

Agen Meridian

***

Bagaimanapun keangkuhan matahari di langit, terkadang saya bisa menjadi mendung yang paling mendung. Terkadang, saya menyimpan banyak tanya, duka, luka, dan patah yang hanya mampu saya tampung sendiri. Seperti awan yang menghimpun kumpulan air, pada suatu hari, saya penuh dan disesakkan oleh banyak hal yang menakutkan. Pada suatu hari, saya sadar, kapasitas tubuh saya tidak lagi cukup menahan segalanya. Pada suatu hari itu, saya menjadi hujan yang deras. 

Agen Meridian adalah satu-satunya nama yang bisa saya percaya. Meskipun saya masih berhati-hati bercerita, dia menerjemahkan kegelisahan saya dengan dada yang paling lapang. Saya memang suka menulis. Banyak imajinasi yang saya olah menjadi kata-kata. Tapi di satu sisi, saya juga selalu berimajinasi mendapatkan tulisan-tulisan yang menyenangkan hati. 

Pada suatu hari baik, sebuah pesan datang ketika saya sedang menikmati masa liburan menulis. Pesan di atas jatuh di kedua mata saya. Terbaca manis, seperti semua kata yang dirangkaikan darinya mendekap saya dan bermaksud mengatakan, "kamu akan baik-baik saja."

Terima kasih Agen Meridian. Tulisanmu menyembuhkan saya yang sempat terpatahkan. Tulisan ini menenangkan saya, menyadarkan bahwa banyak hal yang hanya akan diselesaikan pada kalimat, "saya hanya manusia."

Bagi kalian yang penasaran dengan sosok Agen meridian, kalian bisa memukan lebih banyak tulisan di Instagram dengan nama serupa. 

Sekali lagi, terima kasih Agen Meridian. Bersama kata-katamu, saya berani untuk memulai kembali. 

Yang Tidak Pernah Mampu TersuarakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang