3. Siapa?

2.7K 392 22
                                    




"Jeff, sepertinya ada yang mengawasimu." Jeff merespon bisikan Taeyong dengan tatapan penuh kewaspadaan.

"Oke, kita akan bertemu pukul 00.00. Aku akan menghubungimu untuk memberitahukan tempatnya," ucap Jeff sembari menepuk pundak Yuta. Setelah itu, Jeff segera berjalan ke arah tangga darurat untuk berbicara empat mata dengan Taeyong. Taeyong memberitahukan kecurigaannya, termasuk kecurigaannya pada Braile.

"Kau gila? Untuk apa mencurigai Braile? Lagi pula, Yuta yang merekomendasikan langsung kepadaku," ucap Jeff dengan nada yang kian meninggi.

"Aku melihatnya bertemu dengan orang yang sedari tadi mengawasimu. Mereka pernah bertemu di dekat paviliun yang tidak ada CCTV-nya. Apakah kau benar-benar sudah mengecek datanya?"

Jeff masih tampak berpikir karena data yang diberikan oleh Yuta tidak ada yang mencurigakan.

"Aku akan mengecek data diri Braile lagi dan akan kukabarkan padamu secapat mungkin." Jeff pun mengangguk menyetujui perkataan Taeyong.

"Sehabis ini kita akan bertemu dengan klien. Persiapkan dirimu."

"Siapa? Orang yang berbincang denganmu tadi?"

"Iya. Dia Yuta. Pemilik kasino yang biasa aku datangi."

"Baiklah. Aku sudah tidak sabar."

Kini, Jeff, Braile, dan Taeyong masuk ke dalam lif untuk menuju kamar masing-masing. Taeyong tampak membenarkan tali sepatunya yang sebenarnya tidak perlu untuk dibenarkan. Begitu sampai di lantai tujuan, Taeyong segera mencegah Jeff untuk memberitahukan sesuatu.

"Aku memasang alat penyadap di baju Braile."

Mendengar itu, kelereng Jeff membulat. "Kau gila?" tanyanya memekik.

"Tidak semudah itu bagiku untuk mempercayainya."

"Ini sudah berlebihan, Taeyong."

"Aku hanya tidak ingin kau berada dalam bahaya, Jeff. Tunggu saja, aku akan melaporkan hasilnya padamu."

Jeff hanya bisa menghela napas panjang dan pasrah akan ide dan rencana yang telah dirancang oleh Taeyong. Segila-gilanya Jeff, belum ada apa-apanya dibandingkan dengan Taeyong.

Sementara itu, di dalam kamarnya, Braile mengabarkan kepada Johnny mengenai apa yang baru saja terjadi antara Jeff dan Yuta. Tak lama kemudian, Braile menerima pesan dari Jeff yang mengatakan bahwa ia akan menghadiri rapat mendadak dengan klien pukul 00.00 nanti. Jeff mengatakan bahwa ia tidak bisa makan malam bersama Braile dan pria itu menyuruh Braile untuk makan malam sendiri. Braile hanya bisa mendengus kesal. Perutnya sudah lapar sedari tadi. Hingga akhirnya terbesit sebuah ide. Braile mengajak Johnny untuk bertemu karena Braile tidak suka jika harus makan malam sendiri. Mereka sepakat untuk bertemu di kafe yang terdapat di dekat hotel tersebut.

Tak terasa, tengah malam pun tiba. Jeff segera berjalan menuju ruang VIP hotel tersebut. Rupanya, Yuta sudah menunggu di sana. Selang beberapa menit, Taeyong masuk. Yuta tersenyum lebar begitu melihat Taeyong. Taeyong menyadari senyum lebar Yuta. Dia sangat paham, bahwa orang yang berada di hadapannya ini pasti sudah tidak sabar karena sebentar lagi dendamnya akan terbalaskan.

"Jadi, apa yang membuatmu ingin menemui kami?" tanya Jeff tanpa basa-basi.

Yuta tersenyum lebar lalu membenarkan posisi duduknya. Ia menangkupkan kedua tangannya, tatapannya pun menjadi serius.

"Oke. Aku langsung ke intinya saja. Kau tahu kan aku sudah lama mengelola kasino? Kau juga tahu siapa saja yang datang dan mengunjungi kasinoku. Ada salah satu orang yang membuatku sangat menderita selama ini.

"Aku tahu, pemasukanku melalui kasino sangat cukup untuk menghidupi keturunanku nanti, tapi orang ini sekarang sedang berada di atas. Dia tidak ingat bahwa aku telah membantunya dan memberikan pinjaman uang yang begitu besar. Dia sering datang ke kasinoku, tapi tidak pernah sekali pun membayar hutang," jelas Yuta panjang lebar.

TRAP [PUBLISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang