Chapter 4 - Danau Es

250 35 6
                                    

Natal akan dalam waktu dekat dan semua pelayan nampak sibuk membersihkan rumah serta mendekorasi. Lentera – lentera diperbaiki, perapian diisi kayu – kayu baru, lalu pohon pinus dibangun tepat di tengah ruang keluarga untuk kemudian dihiasi ornamen – ornamen putih dan silver dengan sebuah lampu bintang benderang yang diletakkan pada puncaknya. 

Lalu tanpa kuperhatikan, hari natal benar - benar singgah ke tampat ini. Kurayakan waktu menyenangkan ini bersama sebuah keluarga baru di sudut dunia lain dan rasanya agak canggung. Mungkin karena memang aku belum terlalu mengenal orang – orang ini, atau karena memang aku tidak membuat diriku sendiri nyaman dengan apa yang sedang kulakukan di tempat ini, atau mungkin karena kehadiran Yoongi-hyung. Sungguh ia tidak nampak senang dengan keberadaannya di ruangan yang menempatkannya bersama aku, Ibu dan Tuan Min. Wajahnya terus memaparkan ekspresi dingin dan tidak bersemangat seakan baginya kegembiraan malam natal tidak lebih dari sebuah perayaan yang tidak memiliki arti. Namun aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya karena mungkin ia memang seperti itu dan walaupun ia membunuh situasi malam natal yang seharusnya menyenangkan, aku tidak ingin berkeluh karena malam ini aku menerima banyak sekali hadiah yang berhasil mendorong kembali perasaan gembiraku yang sempat hampir terlindas oleh kehadiran Yoongi-hyung.

Tahun ini aku menerima sebuah jam tangan Blancpain hitam dari Tuan Min dan sebuah anak anjing Samoyed putih dari Ibu. Sedangkan Yoongi-hyung, ia tidak mempersiapkan hadiah apa pun untukku bahkan untuk orang tuanya. Aku pun tidak mempermasalahkan hal itu karena aku sama sekali tidak berani menaruh harap kepada seseorang sepertinya. Lebih baik aku menganggap hal itu sebagai kesempatan untuk tidak berinteraksi dengannya.

Namun pada penghujung malam aku akhirnya melenguh malas karena natal berakhir lebih cepat di rumah ini. Biasanya aku dan Ayah akan merayakan natal bersama keluarga – keluarga dari kerabat dekatku hingga larut malam. Disini, semua orang sudah kembali ke kamar masing – masing pada pukul sepuluh malam. Ibu berkata ia harus tidur cepat karena besok pagi ada 'meeting penting sekali' dan Tuan Min memang selalu sudah harus tidur pada pukul sepuluh. Karenanya aku pun naik ke kamarku karena tidak memiliki pilihan lain. Lalu saat aku sampai ke dalam kamar,  kutemukan kameraku (yang sebenarnya saat ini milik Yoongi-hyung) tergeletak di atas meja belajar dengan secarik kertas bertuliskan 'Jangan protes. Ini hadiah natalmu.' tanpa ada keterangan akan siapa yang meletakkannya. Namun apakah aku sungguh harus mencari tahu siapa pelakunya?

Sungguh, saat ini aku sudah tidak tahu harus menempatkan perasaan dan pikiranku dalam bentuk atau situasi seperti apa saat memikirkan tentang eksistensi manusia yang satu itu.

Hari telah berganti dan saat ini aku tengah berjalan menuju sebuah danau yang kutemukan saat berkeliaran di hutan yang terletak di belakang rumah. Rencananya aku akan berseluncur di atas danau es dengan Neige, anak anjing Samoyedku. Namun keinginanku untuk bersenang – senang dibantah habis oleh semesta karena ia dengan semena – menanya menghadirkan sosok manusia yang paling tidak kukehendaki kemunculannya itu tepat saat aku baru saja mengganti sepatuku.

"Don't do it." ucap Yoongi-hyung yang menatapku serius dari atas punggung Dash.

"Don't do it." Aku memimikri ucapannya, mengejek. "Aku tidak berjalan sejauh ini untuk mendengar kau mengatakan 'don't do it'." ucapku seraya mengikat tali sepatu seluncurku.

"Jeon-" Yoongi-hyung turun dari kudanya.

"Tolong jangan jadi menyebalkan kali ini saja." ucapku yang kemudian turun ke lapisan es.

"Jeon naik sekarang juga." perintahnya.

Aku melemparkan tatapan sinis selama beberapa detik ke arahnya lalu pergi berselancar menjauhinya dengan Neige yang melompat – lompat mengejarku ke tengah danau.

Eyes TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang