"Jeruk? " satu tangannya memegang sebuah jeruk. "Atau nenas? " tangannya yang satu lagi mengambil nenas yang terletak didekat jeruk tadi. "Ah! Kalau apel ini boleh juga" dia meletakkan jeruk yang ditangan kirinya lalu mengambil apel. "Ish, bagaimana dengan .....DURIAN!!!! " teriaknya tiba-tiba.
Lalu dia berjalan bahagia keluar dari dapur.
"Tunggu, duriannya dimana? " tanyanya pada diri sendiri dengan menghentikan langkahnya tepat didepan dapur.
"Kenapa?" tanya sang istri yang lewat mau kedapur dan menemukan sang suami berdiri seperti orang bodoh.
"Aku mau beli durian tapi .....aku tak tau dimana akan membelinya" woojin mengerutkan keningnya, kenapa dengan suaminya ini?? .
"Kenapa harus durian kalau tak ketemu, bagaimana?? " woojin berjalan menuju counter dapur dirumah mereka.
"Aku juga tak tau, aku sangat ingin durian saat ini, jin" daniel melihat pergerakkan yang woojin lakukan.
"Yasudah, pergi lihat di toko buah mungkin saja ada" daniel menganggukkan kepalanya lalu bergegas pergi meninggalkan woojin yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah daniel. Bagaimana mungkin daniel membuat lemari pendingin mereka penuh dengan buah-buahan tapi woojin tak protes sedikitpun. Bahkan daniel sekarang meninggalkan jelly demi buah-buahan sungguh diluar dirinya.Woojin mengambil buah yang dipegang daniel tadi. Woojin hanya menghela nafasnya ketika menyadari buah-buahan itu tak hanya tergeletak disana tapi di mana-mana.
"Ish! Bikin repot!! " geram woojin mengemasi dengan tak ikhlas semua buah-buahan itu.
"Daniel.... " geram woojin kembali ketika sadar ada buah yang dimakan daniel setengah-setengah lalu dibiarkan berantakan tak dibuang.Drt.....
Drt....
Woojin mengalihkan pandangannya kearah suara handphone yang berada dibelakangnya.
"Jihoon?? " woojin tersenyum tiba-tiba melihat nama yang tertera di benda persegi itu.
"Hallo" ujar woojin gembira setelah mengangkat panggilan itu.
".........."
"Aku dirumah, kau mau kesini? " woojin terlihat seperti anak gadis yang akan bertemu dengan pacarnya. Diserang salah tingkah sendiri, memainkan buah yang ada ditangannya dan tersenyum-senyum sendiri seperti orang bodoh.
"......."
"Daniel sedang tidak ada, dia pergi cari durian"
"......."
"Sepertinya daniel ngidam" woojin terkekeh sendiri mengingat daniel yang sangat rewel akhir-akhir ini.
"........"
"Ayolah ji~,aku tak punya teman dirumah" woojin merengek seperti anak kecil.
"......."
"Iya, aku pastikan daniel tak akan menghajarmu"
"......."
"Baiklah, aku tunggu" woojin segera mematikan sambungan tadi, lalu tersenyum tak jelas seperti orang yang akan dikunjungi sang kekasih. Tak lama mata woojin membola tiba-tiba.
"Aku belum mandi! " histeris woojin lalu berlarian kekamar bergegas untuk mandi.
"Hai" woojin melambaikan tangannya kearah seseorang yang sekarang berdiri diambang pintu masuk rumahnya.
"Hai, wah.. Wah apa-apaan ini?? Kau semakin berisi, jin" jihoon menguyel pipi woojin yang mulai berisi itu.
"Apa-apaan sih, ji. Aku gak gemuk ya! " woojin langsung cemberut mendengar penuturan dari Cinta pertamanya itu.
"Ututututu.. Ada yang cemberut~" goda jihoon masih Setia menguyel pipi tembam woojin.
"Ji! Lepas ih" woojin menarik kasar tangan jihoon, lalu berjalan meninggalkan jihoon dengan menghentak-hentakkan kakinya. Sedangkan yang ditinggal hanya tersenyum melihat tingkah 'sang mantan kekasih' yang masih imut dan manja seperti dulu. Andaikan waktu masih diputar, jika dia tak meninggalkan woojin demi wanita lain mungkin sekarang woojin sedang mengandung anaknya bukan anak daniel. Tapi sayang daniel sekarang sudah jadi pemilik sah dari woojinnya."Kenapa masih disitu? " tanya woojin yang melihat jihoon masih berdiri didepan pintu rumahnya, seperti orang yang tak ingin masuk kedalam rumahnya.
"Ah! Maaf aku melamun" woojin mengangkat sebelah alisnya, jihoon melamun kenapa pikir woojin.
"Jangan melamun dipagi hari, ji. Pamali" woojin berbalik lalu pergi menuju dapur untuk menghidangkan apa saja untuk jihoon.
"Iya, sejak kapan daniel pergi? Apa sudah lama? " tanya jihoon sambil berjalan masuk.
"Sudah lumayan lama, tapi belum pulang. Mungkin belum ketemu" woojin sibuk meracik minuman untuk sang tamu dambaannya itu.
"Hmmmmm, kenapa daniel yang sering meminta sesuatu? Apa dia mengidam? " woojin tersenyum mendengar penuturan jihoon. Mungkin saja yang dikatakan jihoon itu benar, dan woojin pun juga berpendapat seperti itu. Danielnya sedang mengidam.
"Mungkin, aku juga tak tau pasti" jawab woojin mengangkat gelas yang sudah berisi air racikan nya tadi keatas talenan untuk disajikan kepada sang mantan.
"Ah, beruntung sekali dia bisa merasakan itu bersamamu" gumam jihoon pelan, woojin menyajikan minuman itu tak mendengar suara jihoon sedikitpun."Selamat menikmati" woojin tersenyum manis sampai sang sigingsul menyembul keluar.
"Bolehlah aku kembali merebutmu dari sidaniel? " senyum woojin langsung pudar dan wajahnya berubah menjadi terkejut mendengar perkataan jihoon.
"Merebutku? " jihoon menganggukkan kepalanya pasti. Dia benar-benar rindu gadis yang mengejarnya dulu, gadis yang bermanja dengannya dulu dan gadis yang mengisi hari-harinya dulu.
"Jangan aneh-aneh, ji. Aku sudah memiliki daniel" woojin berusaha setenang mungkin menjawab perkataan jihoon tadi. Walau didalam hatinya dia masih mencintai jihoon tapi disisi lain dia lebih menyayangi daniel. Dia merasakan seperti apa perjuangan daniel mendapatkannya, menjadi orang yang paling didepan untuk melindunginya bahkan daniel adalah orang yang menjadi sandarannya ketika jihoon meninggalkannya.
"Kau masih mencintaiku bukan? " woojin menundukkan kepalanya, pertanyaan jihoon jawabannya adalah iya, tapi tak mungkin baginya mengatakannya. Sudah ada daniel disisinya."Iya, dia masih mencintaimu" woojin menoleh dengan cepat kesumber suara yang berasal dari pintu utama rumahnya.
"Tapi dia milikku! Aku tak akan melepaskannya walaupun dia sendiri yang memohon! " ketusnya menekankan setiap kata yang diucapkannya, matanya menatap tajam kearah pria yang menjadi tamu woojin pagi ini. Kakinya melangkah cepat kearah wanita satu-satunya yang ada diantara mereka bertiga."Walau dia tak mencintaiku, tapi aku mencintainya" dia langsung menarik lembut tangan sang istri yang duduk disofa, menatap dalam matanya seakan menyampaikan semua ucapannya itu adalah kebenaran.
Woojin tersenyum mendengar penuturan daniel, benar! Dia masih belum mencintai daniel tapi dia sudah sangat menyayangi daniel. Daniel tak akan tergantikan."Jadi jihoon, kau tak akan bisa mendapatkannya. Dia milikku! Dia kepunyaanku! Aku sudah memberinya label! Dan itu sah! " mata woojin dan jihoon langsung membola mendengar penuturan daniel. Jihoon kaget karena daniel terdengar sangat posesif sedangkan woojin jengkel mendengar perkataan daniel, woojin merasa seperti barang sekarang yang sudah diberi label halal, yang sah dari MUI.
"Kau mencintainya, tapi ingin mengekangnya, aneh! " ujar jihoon dengan wajah sombongnya.
"Karena woojin sudah sah jadi hak milikku! Jadi wajar" jawab daniel tak kalah santai.
"Hah! Seharusnya aku yang memberi hak kepemilikan itu" jihoon mengambil gelas yang berisi air minuman yang diracik woojin tadi.
"Kau telat bung! " daniel tertawa menang, sedangkan jihoon hanya tersenyum tipis. Walau daniel pernah sangat membenci jihoon tapi sejak woojin hamil, daniel mulai bisa menerima jihoon karena permintaan woojin.Dan bahkan woojin terhibur dengan pertemuan kedua musuh ini, seperti tontonan baru bagi woojin. Ekslusif!
"Aku menyayangi kalian berdua"
TBC
Ada yang ingin membaca ini kah??
Terima kasih sudah mampir dan membaca bacaan ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Hamil (NielCham)
Historia Cortakisah singkat seorang suami yang sedang menghadapi istrinya yang sedang hamil. nielcham GS Local