empat

308 43 9
                                    

Woojin meregangkan badannya yang berada dalam pangkuan daniel. Dia melepaskan tangan daniel yang sedari malam bertengger pinggangnya.
"Hei, bangunlah. Sekarang bukan weekend lagi" woojin menepuk pelan pipi daniel yang tak menggubris ucapannya.
"Dan~" rengek woojin ketika daniel malah memeluk erat tubuh woojin dan menyembunyikan kepalanya didada montok sang istri. "Dan!, jangan manja!  Bangun dan bersiap-siap sekarang! " tegas woojin mendorong kepala daniel. Tapi tangannya terhenti mendorong ketika merasakan suhu tubuh daniel yang panas.
"Kau demam?  " woojin mendorong lagi kepala daniel, woojin langsung memeriksa suhu tubuh daniel.
"Kau demam! " woojin melepaskan tangan daniel, raut terkejut dan cemas seketika menyampir diwajah woojin. Daniel kembali mengaitkan tangannya kepinggang woojin.
"Jangan cemas, seperti ini saja dulu" ujar daniel kembali menenggelamkan kepalanya didada woojin.
"Tapi kau demam, dan" daniel tak menggubris. Woojin menghela nafasnya, daniel itu seperti anak-anak kalau sakit, bikin pusing.
Woojin hanya mengelus pelan rambut daniel, membiarkan daniel tidur dengan posisi seperti itu.



















"Sudah ku bilangkan!  Jangan makan durian terlalu banyak!!  Dasar bandel!  Tak mau mendengarkan orang bicara! " woojin terus mengomel sejak dokter pribadi keluarga daniel sudah pergi meninggalkan kediaman mereka. Suhu tubuh daniel naik karena terlalu banyak makan durian. Dan sekarang berakhirlah dengan omelan dari woojin.
"Kan aku ingin, gak...... "
"Masih ngebantah!  Kalau salah ya ngaku salah! " daniel langsung terdiam. Dia menundukkan kepalanya.
"Kenapa cerewet banget sih?  Yang sakit aku juga" gumam daniel ketika woojin keluar dari kamar.



"Aaaa.... " daniel menggelengkan kepalanya ketika bubur itu sudah mendekati mulutnya.
"Makan, dan. Terus minum obat" daniel masih tetap menggelengkan kepalanya.
"Kau ingatkan kata dokter 'makan obat tiga kali sehari sehabis makan'  dan sekarang kau harus makan dan selanjutnya makan obat" woojin kembali menyodorkan sendok yang berisi bubur tadi kearah mulut daniel.
"Tapi obat pahit, jin" tolak daniel menjauhkan wajahnya dari sendok woojin.
"Kalau tau obat itu pahit kenapa bandel kalau diperingatin?! " bentak woojin karena daniel yang memaksa makan durian yang banyak kemaren.
"Aku gak tau bakalan demam" daniel menundukkan kepalanya, daniel menyesal?  Paasti. Dia  dengan obat karena pahit, daniel suka yang manis-manis seperti woojin.
"Itu akibat durhaka sama istri,  sekarang makan" woojin kembali menyodorkan sendok tadi, dan kali ini daniel menerimanya walau dengan wajah ditekuk.

"Bagus" woojin tersenyum ketika daniel melahap sendok yang diberikannya.

"Pintar" woojin kembali memuji daniel ketika daniel kembali melahap sendok selanjutnya.

"Kau sangat pintar" puji woojin lagi. Dan daniel entah mengapa dipuji woojin seperti itu membuatnya semangat makan.

"Pintar sekali papamu, sayang" woojin meletakkan piring bubur yang sudah bersih tanpa bubur dinakas dekat kasur. Woojin mengelus perutnya yang mulai membuncit tanda adanya kehidupan kecil disana.
"Tentu saja, anak papa pasti juga pintar" balas daniel ikut mengelus perut woojin. Woojin tersenyum menatap daniel yang terlihat lebih baik dari pagi tadi. Wajahnya tak sepucat tadi, bibirnya tak lagi sekering tadi dan matanya tak sesayu tadi pagi ditambah lagi sekarang dia sudah kembali tersenyum.
"Tapi jangan bandel kayak papa ya, sayang. Jangan ditiru" daniel menghentikam elusannya menatap woojin, yang ternyata menatapnya juga.
"Aku tidak bandel" woojin menatap datar daniel, lalu mengambil obat yang sudah diberikan dokter tadi.
"Kalau tidak bandel, obat ini tak akan ada disini dan sekarang buktikan pada ku dan dedek kalau kau tak akan bandel lagi" tantang woojin dengan obat ditangannya.
"Aku tak bandel dan tak akan bandel lagi" jawab daniel tak mau kalah menjawab perkataan woojin.
"Sekarang makan ini" woojin menyodorkan obat itu. " lihat kan sayang, papamu bandel" ucap woojin ketika daniel urung mengambil obat yang disodorkan woojin.
"Papa tak bandel kok" daniel mengambil obat itu, dan secepat kilat memasukkan obat itu ke mulutnya dan disusul dengan segelas penuh air.
"Sudah? " tanya woojin ketika daniel terdiam setelah menelan air tadi. Seketika mata woojin terbelalak karena daniel meneteskan air matanya.
"Huwe... Pahit!!  Obatnya tak tertelan!!  Pahit huweeeee" woojin langsung berlari keluar kamar mengambil air dan madu untuk meredakan pahit obat yang mulai hancur dimulut daniel.








Daniel tertidur setelah meminum air dan madu tadi dengan menggenggam tangan woojin seperti sekarang.
"Cepat lah sembuh, jangan sakit lagi" woojin mengelus pelan rambut Daniel dengan tangannya yang bebas.
"Lihat sayang, papa kayak anak kecil ya? " woojin terkekeh pelan, ia merasa seperti orang bodoh yang berbicara sendiri dengan mengelus perutnya yang sedikit buncit dari biasanya.
"Dia bandel, keras kepala, banyak makan, aneh ,suka ketawa gak jelas dan mama gak tau kenapa mau sama dia. Aneh bukan?  Atau memang takdir mama ya jodoh sama orang aneh kayak papa? "Woojin mengingat semua kelakuan Daniel selama mereka kenal ditambah setelah menikah. "Jangan seperti papa ya sayang, mama gak mau nanti kamu aneh kayak papa" woojin tersenyum lalu melepaskan elusannya pada perutnya dan kembali beralih pada rambut Daniel yang masih Setia menutup matanya dengan nafas teratur tanda tidurnya masih nyenyak.
"Apa aku menyusahkanmu?  Apa aku membuat mu menderita, dan?  Terima kasih ya atas perjuangannya" woojin merundukkan kepalanya lalu mengecup pelan kening Daniel yang masih panas karena demam.

"Aku menyayangi kalian" woojin merebahkan tubuhnya disebelah Daniel, dia tak masalah jika demam Daniel akan menular padanya setidaknya dia juga merasakan apa yang Daniel rasakan. Berbagi itu Indah.


























"Hei bangun" woojin menggoyangkan pelan tubuh Daniel yang masih tertidur sedari siang tadi.
"Dan, bangun. Makan dulu " woojin masih menggoyangkan tubuh Daniel tapi yang memiliki tubuh masih enggan membuka mata.
"Daniel! " seru woojin yang mulai kesal karena Daniel.  Tapi Daniel masih tidur dengan nyenyak walau sudah diteriaki oleh woojin.
"Sabar woojin, orang sakit... Gak boleh marah" woojin mengelus pelan dadanya meredakan amarahnya yang mulai menggerayangi otaknya.
"Daniel, bangun ini udah malam" woojin menepuk pelan pipi daniel. Dan itu berhasil Daniel menggerakkan tubuhnya karena terganggu dengan tepukkan pelan dipipinya.
"Ayo bangun" ujar woojin ketika melihat daniel membuka matanya.
"Hmmmmmm" daniel mulai mendudukkan dirinya dengan bantuan woojin yang menarik tangannya.
"Masih ngantuk~" rengek Daniel.
"Itu makan dulu, nanti dingin lalu minum obat setelah itu kamu tidur lagi" woojin menarik kembali tangan daniel. Tapi yang ditarik tak bergeming sedikit pun.
Woojin melihat kearah daniel yang merunduk.













"DANIEL!!!!!! "




















TBC














ada yang rindu?  Pengen baca?  Atau gak??



Aku sih rindu tapi sama.....................






























Orang tua, kakak²,adek😢😢😢😢😢😢











Sama readers juga kok!!  Banget!!...

Makasih ya udah baca....



Hamil (NielCham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang