BAB 7

23 0 2
                                    


Sesungguhnya masih ada jarak yang memisahkan kita
dan kita masih sama-sama egois untuk menghapus jarak itu”

*************

Suasana kampus seperti biasa. Gisha langsung menuju kelasnya karena dia tak ingin terlambat masuk karena tak mau membuat masalah dan diceramahi dosen kiler. Tetapi ketika tiba dikelas ternyata sang dosen belum masuk atau mungkin tak masuk.

Gisha tak tahu. Gisha pun langsung menuju kursi kosong dan tak sengaja matanya betatapan dengan mata hitam tajam yang juga sedang menatapnya. Siapa lagi kalau bukan Geraldi Abraham. Gisha langsung mengalihkan tatapannya kearah lain. Dia pasti sedang mengunjungi pacarnya itu.

Kenapa juga hari ini Gisha harus terus melihat Gerald? Dia langsung mengeluarkan ponsel dan earphone dan langsung memakainya ditelinga dan menghiraukan keributan dikelas. Dia dengan dunianya sendiri. Begitulah Gisha tanpa sahabat dan hanya menyendiri. Kalau dikelas dia tak banyak beradaptasi. Karena buat apa juga, semua orang tak mau dekat dengan nya entah kenapa?

Dia sendiri bingung. Pernah sih di semester awal dia punya beberapa teman tapi tak tau kenapa semakin hari mereka menjauh dan Gisha tak pernah tahu alasan nya karena mereka diam dan selalu menghindar darinya.

Awalnya dia merasa sendiri tapi semakin hari dia semakin terbiasa dengan kesendiriannya. Dan yang menjadi tempat favoritnya dikampus untuk menyendiri adalah taman belakang kampus yang langsung mengarah pada lapangan basket. ketika selesai kuliah Gisha pergi ketaman kampus. Disana dia bisa menikmati kesendiriannya. Dia bisa menonton para cowok dari berbagai jurusan bermain basket. Gisha juga bisa leluasa disana. Tak ada yang akan mengganggunya.

Setelah selesai kelas dijam pertama, Gisha harus menunggu kelas selanjutnya yang membuat dia harus menunggu dua jam lagi. Maka untuk membunuh waktu ia langsung menuju taman belakang yang langsung mengarah pada lapangan yang sudah dipenuhi oleh anak-anak yang main basket maupun yang menonton dan hanya sekedar lewat.

Earphone masih terpasang ditelinganya. Tak menyadari bahwa seseorang duduk disampingnya. Gisha sedang membaca novel. Cowok itu mengamati gadis yang duduk menyendiri itu. Sepertinya gadis itu sangat serius sekali sehingga tak menyadari kehadiran nya.

“ serius banget”

Cowok dengan seragam basket dan keringat yang menempel di tubuhnya itu. Namun tidak mengurangi pesona cowok itu.
Gisha masih tak merespon karena memang dia tak mendengar. Dengan gerakan tangan yang dikibaskan di depan wajah gadis itu sang cowok asing itupun mencoba menyapa kembali.

“ Haiii....”

Dengan memamerkan senyum pada sang lawan bicara yang mulai mengakat kepala dan menoleh sambil mengerutkan kening. Bingung. Siapa cowok ini. Itulah yang yang ada di pikiran Gisha saat ini.

“ Ha..haii..”

masih dengan kening yang mengerut dalam.

“ Gue ganggu ya?"

“oh..nggak kok.” kata Gisha dengan senyum kikuknya.

“ Lagi baca apa?”

cowok itu mencoba memulai percakapan.

“Novel” jawab Gisha singkat.

“suka baca novel ya?”

masih dengan basa-basi tidak jelas dan mungkin sedikit lagi makin tidak jelas.
Dan cowok ini harus memancing cewek didepannya ini untuk bicara. Berbeda dengan Gisha yang mulai risih. Siapa cowok ini dan apa maunya.

Gisha seperti diinterogasi saat ini. Respon Gisha selanjutnya hanyalah gumaman. Mungkin cowok itu akan menganggap Gisha adalah cewek sombong yang tak ingin mengobrol dengan orang lain. Tapi Gisha sungguh risih dengan orang baru apalagi orang yang tidak dikenalnya seperti cowok yang duduk disampingnya saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Resist DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang